Penyihir kegelapan di dunia magus

Meninggalkan Kota



Meninggalkan Kota

1Janji memberikan hadiah berupa makan malam dan akomodasi yang baik itu sudah cukup untuk membuat para pelayan karavan tersebut mengerahkan semua kekuatan yang mereka miliki. Mata mereka memerah penuh semangat ketika karavan itu kembali melesat bersama sejumlah besar suara teriakan.     

"Lebih cepat lagi! Ayo cepat..." Rasa cemas yang tidak bisa Anya perlihatkan di wajahnya itu membuatnya mengingat kembali kesepakatan paling berbahaya yang pernah dia buat ketika dia memasuki hutan belantara tak berujung untuk bernegosiasi dengan para Orc berbau busuk tersebut.     

'Masalah kali ini jauh lebih gawat daripada transaksi yang pernah kami lakukan dengan suku itu...' Ekspresi wajah Anya tidak berubah ketika dahulu dia berhadapan dengan para Orc tersebut, tapi kali ini dia mulai benar-benar merasa gugup. Bagaimanapun juga, jika tindakan-tindakan yang dia lakukan kali ini sampai ketahuan, seluruh anggota klannya akan berada dalam kesulitan besar! Kegelisahan dan ketakutan yang sangat menyiksanya selama beberapa hari terakhir ini sampai membuat ada lebih banyak kerutan yang muncul di atas alisnya.     

Bagian depan karavan tersebut tiba-tiba berhenti dan menyebabkan terjadinya sebuah gangguan besar di belakang karavan itu ketika beberapa kereta kuda langsung saling bertabrakan. Kejadian itu membuat Anya merasa sangat marah.     

"Ada apa? Mengapa kamu berhenti?" Anya memanggil pelayan pribadinya dan menahan keinginan untuk menggunakan cambuk kudanya. "Pergilah ke depan dan periksa apa yang sedang terjadi!"     

Namun, sebelum pelayan itu sempat pergi memeriksa keadaan, seorang pelayan yang mengenakan pakaian militer bergegas menghampiri mereka dengan wajah penuh keringat.     

"Nona, itu adalah para prajurit gereja! Ada sekelompok prajurit gereja yang menghalangi jalan!"     

"Dasar anjing-anjing pemerintah sialan..." Beberapa pelayan menggerutu dengan suara pelan. Dari sudut pandang mereka, para prajurit gereja tersebut telah mengambil sebagian besar keuntungan dari Keluarga Bane dan meninggalkan sedikit keuntungan untuk mereka. Bahkan ketika mereka sedang mengambil risiko dengan meninggalkan Kota New Silverymoon di tengah peperangan, para prajurit gereja tersebut masih mengejar karavan itu. Para prajurit gereja tersebut benar-benar sangat keterlaluan!     

Namun, Anya merasa ketakutan ketika mendengar berita tersebut.     

"Apakah mereka sudah mengetahuinya?" Anya merasa seolah jantungnya copot dan merasa kedinginan seolah dia telah jatuh ke dalam sebuah gua es. Sayangnya, para bawahannya sedang berada di sini. Dia tidak punya pilihan selain memasang ekspresi wajah berani dan bergegas maju.     

Anya segera melihat sekelompok prajurit gereja yang mengenakan baju pelindung berwarna keperakan sedang berdiri di depan karavan tersebut, di dada mereka terdapat lencana-lencana Dewa Keadilan yang menyilaukan. Tekad yang terpancar dari mata mereka membuat kegelisahannya memuncak.     

"Kapten Elric..." Ujar Anya sambil melangkah ke depan, dia hampir tidak bisa berpura-pura tersenyum ketika dia mendapati sebuah wajah yang dia kenal di antara para prajurit gereja tersebut. "Kelompok Pedagang Neon selalu patuh kepada hukum. Kami bahkan menjual 80% barang kami di Kota New Silverymoon, dan kamu memberi kami izin untuk pergi..."     

Anya berbicara dengan suara rendah sambil memperlihatkan jejak ketenangan dalam nada bicaranya tersebut. Ini adalah sebuah kebiasaan yang dia pelajari dari pekerjaan yang dia lakukan. Sayangnya pendekatan ini tidak berpengaruh pada para prajurit gereja tersebut dan mata Kapten Elric justru memperlihatkan tatapan jijik.     

Namun Elric tidak mengatakan apa-apa. Dia berdiri dengan hormat dan memberi jalan kepada seorang prajurit gereja perempuan yang berdiri di belakang.     

'Sang Knight Suci!' Saat Anya mengenali Rafiniya, dia merasakan keputusasaan di dalam hatinya, seolah-olah tulang-tulang telah ditarik keluar dari tubuhnya.     

"Ketika aku melihatmu, aku tahu bahwa tidak ada kesalahan dengan informasi yang kami terima! Pendosa Anya, apakah kamu masih tidak bersedia mengakui dosa-dosamu?" Sebagai seseorang telah mencapai peringkat Legenda, bahkan pertanyaan sederhana dari Rafiniya itu terasa mengerikan. Kekuatan yang terkandung di dalam pertanyaan tersebut menembus jantung Anya dan kengerian itu hampir membuatnya jatuh serta mengakui perbuatannya.     

"Ini semua sudah diatur oleh kapten. Apakah kamu pikir aku akan menanggalkan kehormatan sebagai seorang prajurit gereja karena trik kotormu yang tidak ada artinya itu?" Dengan bangga Elric mengangkat kepalanya sementara tatapan jijik memenuhi matanya. "Melenyapkanmu di dalam kota akan terlihat terlalu mencolok... Namun situasinya menjadi berbeda ketika kita berada disini. Menyerahlah dengan patuh dan kamu akan menerima persidangan yang adil. Kami tidak pernah melepaskan para penjahat, tetapi pada saat yang sama kami tidak akan memperlakukan orang baik manapun secara tidak adil."     

Elric jelas merasa percaya diri dengan kekuatan kelompoknya yang terdiri dari beberapa prajurit gereja berperingkat tinggi dan pemimpin mereka adalah sang Knight Suci yang berperingkat Legenda! Mereka bisa menyingkirkan semua kejahatan!     

"Atas nama Yang Mulia Alustriel, aku meminta untuk melakukan penggeledahan karavan kalian!" Ujar Rafiniya dengan suara lantang. Karena dia dan para prajurit gereja tersebut mewakili Tyr dan Alustriel, sebagian besar orang yang berada di dalam karavan itu mulai merasa ragu-ragu. Banyak dari orang-orang tersebut yang selalu bersembunyi di dalam kegelapan dan bahkan para tentara bayaran yang dibayar mahal jarang mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.     

Ketika berhadapan dengan Aliansi Silverymoon dan gereja dari seorang dewa berperingkat tinggi, Anya tidak yakin akan ada orang yang bersedia berdiri di sisinya terlepas dari berapa banyak bayaran yang dia tawarkan.     

"Kapten Rafiniya, kamu selalu menjadi idolaku... Aku percaya pada integritasmu, tetapi aku yakin bahwa ada semacam kesalahpahaman disini..." Anya turun dari karavan dan menyapa Rafiniya dengan sapaan seorang wanita. Setelah itu, dia berjalan ke sebuah kereta kuda yang telah terbalik dan merobek kain minyak yang terbungkus rapat.     

"Silakan lihat... Ini semua adalah kulit biasa dan sebagian besar barang di kereta ini adalah kotak-kotak kosong..." Anya mencoba menunjukkan arang-barang yang diangkutnya kepada Rafiniya. "Semua yang ada di sini adalah barang-barang yang telah mendapat izin, tidak ada barang selundupan."     

"Trik kecilmu ini tidak ada artinya di hadapan keadilan. Berhentilah memamerkannya, ini terlihat konyol..." Rafiniya menjawab dengan ekspresi wajah sinis sambil membalik beberapa kulit.     

*Clang!* Sarung pedang di pinggang Rafinya mengeluarkan sebuah suara mendengung keras dan sebuah pancaran cahaya terang yang menyilaukan memancarkan sebuah jejak cahaya indah di udara.     

*Kacha!* Poros roda kereta kuda itu rusak dan kayunya hancur berkeping-keping. Kuda-kuda berlari ketakutan sambil meringkik ketika melepaskan diri dari kekangan. Pelarian kuda-kuda tersebut membuat tanah menodai rok Anya yang indah, tetapi sepertinya dia tidak merasa keberatan sama sekali.     

Pada saat ini, hanya ada satu pikiran yang berputar di dalam benak Anya... Mereka sudah ketahuan!     

*Crash!* Pecahan-pecahan kayu berterbangan ke langit dan mengungkapkan sebuah lapisan penyimpanan yang terdapat di antara ruang penyimpanan kereta kuda dan bagian di bawah ruang penyimpanan itu. Beberapa buah kristal berwarna merah gelap yang memancarkan cahaya berdarah berjatuhan ke atas tanah. Bahkan para pedagang yang berdiri di tempat yang jauh bisa mencium bau darah.     

"Sebuah pengorbanan darah... Berapa banyak jiwa yang dikorbankan untuk membuat esensi darah ini semurni ini?" Tangan Rafiniya gemetar ketika dia memegang gagang pedangnya, "Kamu berani mengorbankan orang-orangmu sendiri untuk para dewa jahat pembunuh itu?     

"Dosa-dosamu telah ditetapkan. Seluruh Kelompok Pedagang Neon dan Keluarga Bane akan dihukum karena dosa-dosamu!" Rafiniya mengumumkan dengan suara lantang.     

Para prajurit gereja yang berada di belakang Rafiniya menghunuskan pedang panjang mereka pada saat yang bersamaan, mata mereka dipenuhi dengan tekad dan tatapan mata jijik. Suasana yang mengerikan tersebut membuat orang-orang yang tidak menyadari adanya barang-barang itu tiba-tiba bersimpuh di atas tanah.     

"Oh dewa... Ini tidak ada hubungannya dengan saya, saya hanya seorang perawat kuda sewaan! Tolong maafkan saya... Maafkan saya..." Kedua kaki kusir yang mengenakan topi jerami dan pakaian linen kasar itu sudah tidak bisa berdiri lagi. Dia langsung berlutut sambil masih memegang cambuk di tangannya.     

Orang-orang lainnya juga menunjukkan reaksi yang sama. Karena saat ini mereka sedang berhadapan dengan pihak pemerintahan dan gereja, tidak banyak orang yang cukup berani untuk melakukan perlawanan.     

"Mundur!" Tentara bayaran yang dipekerjakan oleh karavan tersebut memiliki kecerdasan yang lebih baik daripada orang-orang biasa. Ketika merasakan adanya sebuah situasi yang buruk, pemimpin mereka segera berteriak sambil mencambuk kudanya keras-keras. Mereka bermaksud untuk mundur.     

Pemimpin tentara bayaran itu jelas mengetahui parahnya masalah ini. Meskipun dia tidak mengetahui keberadaan kristal-kristal tersebut dan tidak bersalah, namun gereja lebih memilih untuk membunuh para korban daripada melepaskan seorang pendosa. Dia tidak akan bisa membuktikan bahwa dia tidak bersalah! Dan dengan adanya para prajurit gereja berperingkat tinggi di pihak lawan, para tentara bayaran tersebut tidak mungkin menang jika bertarung melawan mereka. Kabur adalah satu-satunya pilihan yang mereka miliki.     

"Sebuah upaya sia-sia untuk menghindar dari hukuman? Dasar orang-orang bodoh! " Rafiniya mengevaluasi dengan acuh tak acuh.     

Meskipun Rafiniya tidak bertindak secara pribadi, namun dua prajurit gereja yang berada di sampingnya bergegas melesat ke depan. Pancaran cahaya dari mantra pemanggil bersinar ketika beberapa kuda celestial muncul, kuda-kuda ini adalah teman setia para prajurit gereja sejati.     

Karena para prajurit gereja itu begitu kuat, bagaimana mungkin para tentara bayaran yang mengendarai kuda perang biasa itu bisa melarikan diri?     

"Tunggu... Aku bisa bersaksi... Aku tidak..." Pemimpin tentara bayaran itu tidak berhasil melarikan diri ke jarak yang cukup jauh sebelum dia ditangkap. Wajahnya terlihat putus asa ketika dia berteriak. Sayangnya, prajurit gereja yang wajahnya terlihat tanpa perasaan tersebut tidak banyak berbicara dan langsung menusuk jantung pemimpin tentara bayaran itu dengan sebilah pedang panjang.     

Sejumlah besar prajurit gereja yang mengendarai kuda celestial mengepung karavan tersebut, dan menutup semua rute pelarian yang bisa digunakan sehingga membuat semua orang gemetar ketakutan.     

"Dasar pendosa! Berapa banyak kerusakan yang terjadi di dunia karena keserakahan dan kejahatan kalian?" Ketika melihat wajah cantik Anya, wajah Rafiniya memerah karena marah. "Sebuah sumber kejahatan seperti kamu seharusnya tidak ada di dunia ini... Atas nama Keadilan, aku akan menghakimimu!"     

Cahaya berwarna putih susu memadat di permukaan pedang panjang Rafiniya dan Anya melihat ke arah orang kepercayaannya yang sedang bersiap untuk melesat ke depan dengan tatapan penuh arti.     

"Para pelayan ini tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa, tolong kasihani dan ampuni mereka...." Akhirnya Anya berbicara.     

"Pendosa jahat yang licik, apakah kamu masih berusaha untuk menunjukkan kebaikan paslumu?" Sebuah semangat membunuh tanpa perasaan terlihat di mata Rafiniya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.