Penyihir kegelapan di dunia magus

Kebangkitan



Kebangkitan

2Para dewa tidak bisa mati. Meskipun mereka mati, namun selama para pengikut mereka masih menyebutkan nama-nama mereka siang dan malam, maka suatu hari mereka akan bangkit dari dunia astral serta kembali ke masa kejayaan mereka yang sebelumnya.     

Sekarang, dengan doa yang dirapalkan oleh para pengikut Gereja Kalajengking Beracun, altar itu tampak memancarkan sebuah kobaran api yang aneh. Daging dan darah mulai melebur menjadi satu, mengungkapkan wajah-wajah yang terlihat kesakitan.     

"Dewa yang Mahakuasa, Chester Potter sang Dewa Kalajengking Beracun!"     

"Chester Potter!" "Chester Potter!" Para pengikut dewa itu berulang-ulang merapalkan nama tersebut dan segera bergabung bersama wajah-wajah terdistorsi yang ada di altar itu. Sepertinya suatu kekuatan misterius telah menarik sebuah kesadaran ke tempat ini, sehingga kesadaran tersebut turun di tempat ini.     

"Oh dewa... Bangkitlah dari tidurmu!" Tangan dan kaki Schliff mulai gemetar karena dia merasa bersemangat...     

"Upacara dewa palsu sudah dimulai! Hentikan mereka!" Di bawah pimpinan Romese, para pasukan elit dari kedua gereja itu telah mencapai kastil pohon bersama sejumlah besar prajurit yang mengikuti di belakang mereka.     

"Seekor makhluk setengah dewa yang sudah mati tidak perlu dibangkitkan kembali!" Romese menghunuskan pedang berwarna biru es yang ada di pinggangnya dan sebuah badai es mulai bergejolak. "Semua Profesional berperingkat tinggi ikuti aku, sedangkan yang lainnya fokus untuk menyerang kastil itu!"     

Tidak peduli setinggi dan dan sekokoh apapun kastil itu, sebuah kastil yang tidak dilindungi oleh mantra-mantra tingkat tinggi tidak lebih dari sebuah lelucon bagi para Profesional yang kuat. Romese menyelimuti tubuhnya dengan kekuatan spiritual saat pertarungan dimulai dan beberapa saat kemudian dia melompat ke atas. Dia menjangkau jarak belasan meter dalam satu lompatan dan mendarat di dinding kastil bersama sebuah bunyi gedebuk.     

"Bunuh dia!" Terdengar sebuah suara orang marah, dan banyak prajurit dengan baju pelindung berwarna hitam yang mulai mengepung Romese.     

"Jangan sombong!" Teriak Romese dan salju mulai menari-nari di sekujur tubuhnya. Dalam sekejap, angin dingin mengubah para pengikut dewa tersebut menjadi patung-patung beku dan mereka jatuh ke atas tanah.     

"Apakah kamu baron dari kastil ini?" Romese kembali melompat dan terbang melewati semua rintangan untuk tiba di depan seorang pria yang mengenakan pakaian bangsawan. Pria itu memegang sebuah tongkat berlambang kalajengking.     

"Dasar anjing penjaga yang hina!" Tampaknya ada percikan api yang ditembakkan dari mata baron tersebut saat dia bergegas maju sambil memegang tongkat itu.     

"Tidak ada jejak dari mantra manipulasi kesadaran atau pengurangan kecerdasan..." Romese menggelengkan kepalanya, "Kamu adalah seorang pendosa sejati, pengikut seorang dewa palsu. Terimalah hukumanmu!"     

Cahaya berwarna biru bersinar dan pedang Romese menembus dada baron tersebut. Pria itu mengerang kesakitan dan melihat dadanya dengan tatapan tak percaya.     

"Hng! Kamu pikir identitas sebagai seorang bangsawan adalah benda keberuntunganmu? Benar-benar naif," Ujar Romese dengan acuh tak acuh. Namu dia mengernyit ketika melihat ke tengah kastil yang merupakan tempat aula itu berada.     

Sebuah roh jahat yang mengerikan telah berkumpul di tempat itu membentuk sebuah pusaran air yang sangat kuat.     

"Chester Potter! Chester Potter!" "Engkau adalah Dewa Pembantaian. Engkau memegang Palu Pemusnah di tangan kirimu dan Kitab Penghakiman di tangan kananmu. Semua musuh akan berubah menjadi genangan daging dan darah sebelum engkau datang. Engkau adalah rumah bagi jiwa kami, kami bersedia untuk..."     

Gabungan kekuatan keyakinan dari para pengikut dewa dan wajah-wajah terdistorsi itu membentuk seberkas cahaya berwarna merah yang menyatu di atas altar tersebut yang kemudian mendarat di atas singgasana tulang. Energi berwarna merah menyelimuti Raike dan memasuki tubuhnya melalui pori-pori kulitnya sementara pemuda itu terus berteriak tanpa henti.     

Aura Raike terus berkembang menjadi semakin kuat, hingga akhirnya energi di bawah kulitnya mulai mengalir dan mengubah bentuk tubuhnya. Sepertinya akan ada sesuatu yang hendak keluar dari dalam kulitnya.     

Namun tetap saja, tubuh pemuda itu tampak seperti sebuah jurang kegelapan tanpa dasar yang menyerap semua energi di sekitarnya. Kesadaran tersebut tidak dapat memasuki tubuh itu.     

"Jumlah pengikutnya tidak cukup," Gumam Schliff sambil melihat ke arah dinding kastil, "Bahkan dengan formasi mantra pengorbanan dan dua puluh ribu jiwa, kita tidak bisa membangkitkan dewa kita..."     

"Apakah mereka sudah menerobos masuk? Mereka mungkin dibantu oleh beberapa Legenda!" Waktu yang tersisa semakin sedikit.     

"Sepertinya tidak ada pilihan selain menggunakan ini..." Schliff mengeluarkan sebuah kristal emas berbentuk belah ketupat. Kristal itu adalah hadiah dari Gereja Ular Raksasa, tapi dia tidak ingin menggunakannya kecuali semua metode lainnya sudah gagal. Ular Raksasa itu bukanlah orang dengan kepribadian yang sederhana. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan di dalam semua benda yang dia berikan kepada mereka.     

Namun keadaan saat ini membuat Schliff tidak punya pilihan lain. "Tuan! Tolong bimbing saya dan tunjukkan jalannya!" Dia berdoa untuk yang terakhir kalinya, dan matanya dipenuhi dengan tekad. Kemudian dia melemparkan kristal itu ke atas lantai.     

*Bang!* Altar itu bereaksi keras ketika bersentuhan dengan kristal emas tersebut. Sejumlah besar kekuatan keyakinan dan kekuatan ilahi yang dilepaskan dari dalam kristal tersebut membuat pusaran air itu berputar belasan kali - bukan, tetapi seratus kali lebih cepat dari sebelumnya!     

Bola berwarna merah tua di atas altar itu tiba-tiba berkobar, mencairkan semua daging dan darah yang ada di tempat tersebut itu untuk membentuk lapisan-lapisan geleombang energi.     

"Argh!" Suara jeritan Raike yang berada di dalam kurungan itu naik beberapa oktaf dan tubuhnya mulai menggembung.     

"Tuan Chester Potter! Bangkitlah sekarang!" Suara teriakan Schliff terdengar mengerikan.     

*Boom!* Tanah bergetar, dan altar itu berubah menjadi sebuah tungku besar ketika semua energi mulai memasuki singgasana tulang tersebut.     

*Bang!* Kurungan yang di atas tulang-tulang berwarna putih tersebut terbuka untuk mengungkapkan sosok Raike. Tubuh pemuda itu telah menjadi beberapa kali lipat lebih besar dari sebelumnya dan energi berwarna merah tua memenuhi seluruh bagian tubuhnya. Tiba-tiba tubuh tersebut tampak terbakar oleh api, seolah-olah di dalam dirinya terdapat sesuatu yang menghancurkan semua bagian tubuhnya.     

"Tuanku!" Schliff menangis bahagia. Selama terjadinya ledakan, dia merasakan ada sebuah kesadaran yang sangat dia kenal sedang melintasi rintangan-rintangan yang ada di dunia astral untuk turun ke aula tersebut.     

Cahaya berwarna merah tua mengoyak tubuh Raike, dan seorang pria paruh baya berjalan keluar dari dalam tubuhnya.     

"Nama ilahiku adalah Chester Potter. Aku adalah Dewa Kalajengking Beracun, sang Penguasa Pembantaian!" Chester Potter melambaikan tangannya dan sebuah aliran udara berwarna hitam membentuk jubah yang menutupi dirinya. Sepasang mata berwarna merah darah terbuka, dan dia berteriak sangat keras, "HELM! Aku kembali, dan kali ini aku tidak akan gagal!"     

Romese dan Rafiniya baru saja tiba untuk menyaksikan kejadian ini.     

"Dia telah dilahirkan kembali dari tubuh anak kandungnya sendiri dan menggunakan nyawa keturunannya itu sebagai sebuah wadah, para dewa palsu ini benar-benar jahat!" Rafiniya merasa sangat marah. Dia mengeluarkan pedangnya dan cahaya suci memenuhi langit.     

"Aku akan menyucikanmu!" Cahaya pedang itu memancar keluar sambil mengeluarkan suara raungan melengking ketika pedang tersebut dihunuskan ke arah Chester Potter.     

"Seorang prajurit gereja berperingkat Legenda? Kamu adalah bawahan Tyr?" Ketakutan terpancar dari mata Chester Potter, tetapi kegilaan yang lebih besar menutupi ketakutannya itu. Dia mengarahkan tangan kanannya ke depan dan sebuah ledakan mengerikan terjadi saat tangan kanannya tersebut menghantam pedang suci Rafiniya sehingga menimbulkan munculnya gelombang-gelombang kejut yang menyebar di sekitarnya.     

Meteor Strike!     

"Siapapun yang menentangku harus mati!" Teriak Chester Potter ketika cahaya dari sebuah mantra pemanggilan bersinar dari tubuhnya.     

Peringkat 9 Mantra - Extradimensional Summon!     

*Chirp! Chirp! Chirp!* Sejumlah besar monster berbentuk kalajengking keluar dari sebuah portal, jumlah mereka yang sangat banyak itu membuat ekspresi wajah Rafiniya dan Romese berubah.     

Ekspresi wajah Romese berubah-ubah, tetapi akhirnya dia menggertakkan giginya dan membuat sebuah keputusan, "Mari kita mundur terlebih dulu!"     

Bibir Rafiniya bergerak, tetapi dia tidak menyatakan keberatan. Mereka adalah dua Profesional berperingkat Legenda yang sedang berhadapan dengan seekor makhluk setengah dewa. Mereka bahkan tidak berada pada peringkat yang sama.     

Karena misi telah gagal, maka melindungi diri mereka sendiri akan menjadi prioritas utama.     

"Cepat pergi! Akulah yang akan bertanggung jawab!" Pedang biru Romese melepaskan sebuah kekuatan es dan membentuk dinding-dinding es yang menghalangi pergerakan kalajengking-kalajengking itu. Dia berteriak ke arah para kalajengking yang mengejarnya tersebut.     

Dalam waktu singkat, Rafiniya dan para pasukan lainnya telah mundur ke luar dinding kastil. Dari posisi ini, mereka bisa dengan jelas melihat Chester Potter yang berada di tengah altar. Awan-awan mengerikan berwarna merah tua melayang di atas makhluk tersebut ketika awan-awan itu tampaknya membentuk sebuah pusaran di atas kepalanya. Makhluk setengah dewa tersebut sedang mengumpulkan energi yang mengalir di sekitarnya dan auranya yang mengerikan membentuk sosok seekor kalajengking jahat.     

"Kalian semua... Jangan berpikir untuk melarikan diri!" Kalajengking yang tampak jahat itu mengejar mereka, dan kalajengking lain yang juga telah dipanggil oleh Chester Potter tersebut meraung sambil melesat maju.     

"Para pengikutku, jangan panik, dan jangan bingung..." Pada saat itu, terdengar sebuah suara lembut yang mengandung sebuah efek menenangkan yang misterius.     

"Itu adalah dewa kita! Dewa kita telah turun!" Romese berlutut ke sebuah arah dan Rafiniya juga ikut membungkuk dengan hormat. Sebuah rune aneh berbentuk mata terbentuk di udara dan celah spasial terbuka saat avatar dari seorang dewa keluar.     

Ini adalah Avatar milik Helm, dan ini adalah kekuatan terbesar yang bisa dikerahkan oleh seorang dewa di dunia nyata utama. Karena ritualnya berhasil dan Chester Potter telah dihidupkan kembali, kini Dewa Perlindungan telah turun untuk mengurus sendiri masalah ini.     

Pada awalnya Helm melihat ke arah awan berwarna merah tua dan kalajengking aneh tersebut, kemudian ekspresi wajahnya berubah menjadi serius.     

"Seekor makhluk ilahi telah mengaburkan ramalan kita dan membuat kita memilih waktu yang salah. Inilah alasannya mengapa Chester Potter berhasil dibangkitkan." Kata-kata Helm itu mengagetkan hati para pembela kebenaran tersebut.     

"Dikaburkan? Ramalan kita?" Gumam Romese, dan hatinya membeku.     

Pengalaman Romese membuatnya mengetahui betapa menakutkannya seorang lawan semacam itu. Lawan tersebut tidak hanya bersembunyi di dalam kegelapan, tetapi dia juga merupakan seekor ular berbisa yang sedang menunggu sebuah kesempatan untuk memberikan cedera yang mematikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.