Penyihir kegelapan di dunia magus

Pertemuan



Pertemuan

0Setelah memasuki wilayah Pulau Debanks, kepala pelayan tua dan pemuda itu dijaga oleh sekelompok prajurit dari suku penduduk asli yang 'ramah dan sopan'. Karena mereka berada di sebuah wilayah yang bukan milik mereka, mereka mengizinkan pengaturan semacam ini. Setelah beberapa hari menunggu dengan gelisah, mereka berhasil mengatur sebuah pertemuan dengan Leylin.     

Dalam perjalanan ke gunung suci, kepala pelayan tua tersebut melihat ke arah pemuda itu dengan tatapan mata serius. "Apakah anda ingat apa yang saya katakan kepada anda, tuan muda?"     

Meskipun tubuh pemuda itu menjadi kaku dan dia merasa tegang, tetapi dia masih berhasil mengangguk, "Mm."     

'Huh... Negara yang indah dan subur ini... Ini adalah sebuah markas yang kuat bahkan untuk para makhluk setengah dewa. Tidak heran dia bisa berkembang dalam waktu yang sangat lama tanpa takut dihancurkan oleh orang-orang dari benua tengah...' Kepala pelayan tua itu memandang ibukota kekaisaran yang sedang berkembang dan menghela napas kagum. Leylin benar-benar telah memilih sebuah tempat yang luar biasa. Tempat tersebut tidak hanya memiliki populasi besar yang bisa menyediakan kekuatan keyakinan untuknya, namun benua tengah hanya memiliki sedikit pengaruh di pulau ini.     

Namun pada akhirnya, pikiran hanyalah sebatas pikiran. Hanya sedikit yang memiliki keberanian seperti Leylin dan bertujuan untuk mengambil alih kekaisaran penduduk asli. Kekurangan yang dimiliki oleh jiwa para penduduk asli tersebut membuat para dewa menghindari mereka layaknya wabah.     

Dengan adanya berbagai macam faktor tersebut, entah bagaimana Leylin berhasil mendapatkan bagian terbaik dari semua faktor yang ada. Jika bukan karena para penduduk asli itu, Pulau Debanks pasti sudah lama dibagi oleh para dewa, dan dia tidak akan memiliki peluang sedikitpun.     

*Clang!* Gerbang berat dari Gereja Ular Raksasa perlahan-lahan terbuka. Para pemburu iblis yang menjaga di sisi-sisi gerbang tersebut dan sejumlah besar pendeta yang berjalan di sekitar gerbang itu membuat suasana terasa semakin berat.     

"Selamat datang!" Tiff mengenakan pakaian kebesaran dan mahkotanya. Dia berdiri di tangga dan tampak seperti orang suci yang baik.     

"Seharusnya Tuan Paus tidak perlu repot-repot dengan para pelayan yang rendah seperti kami..." Kepala pelayan itu menarik pemuda yang dengan cepat menyadari posisinya dan bergegas membungkuk tersebut.     

Tiff hanya tersenyum ketika melihat kesalahan kecil yang dilakukan pemuda itu, "Mohon ikuti aku. Tuanku akan menemui kalian secara pribadi..."     

Kepala pelayan dan pemuda itu jelas menjadi semakin gugup ketika mendengar berita tersebut.     

'Sang Ular Raksasa, penyihir berperingkat Legenda termuda di dunia yang menaklukkan sebuah kekaisaran bersama beberapa ribu orang... Leylin Faulen, legenda dari para legenda...'     

Pemuda itu saling berpandangan dengan kepala pelayannya, terlihat jelas bahwa dia merasa gelisah. Namun Tiff sudah beranjak, dan keduanya sudah tidak bisa menghindar dari pertemuan ini lagi. Mereka hanya bisa mengikuti di belakang dengan perasaan was-was.     

Ketiganya segera tiba di istana yang terletak di belakang markas tersebut. Seorang dewa dengan jubah warna putih sudah menunggu di dalam istana itu, dia berdiri di bawah patungnya sendiri. Cahaya berwarna emas yang menyinari tubuhnya membuat patung besar dari Dewa Ular Bersayap tersebut ikut bersinar. Dewa itu tampak selaras dengan kuil tersebut dan hampir menyatu menjadi satu kesatuan.     

Setelah melihat sekali ke arah orang itu, kepala pelayan tersebut merasa yakin bahwa dewa ini adalah Leylin Faulen yang namanya disebutkan di dalam legenda-legenda! Dia adalah penguasa Kekaisaran Debanks dan seorang penyihir yang merupakan manusia setengah dewa!     

"Oh makhluk yang agung, mohon terimalah doa dari seorang manusia yang rendah hati ini!" Kepala pelayan itu membungkuk dan berlutut, kemudian pemuda tersebut segera mengikuti tindakannya itu.     

"Penyihir berperingkat tinggi, Schliff sang Daybreak Shift... Kesetiaanmu layak dipuji..." Meskipun Leylin tidak berbicara dengan suara keras, tetapi suaranya masih bergema di seluruh kuil tersebut. Nada suara itu menunjukkan bahwa pernyataan tersebut tidak perlu dipertanyakan lagi.     

Gereja Ular Raksasa sudah lama mengetahui semua rahasia dari penyihir berperingkat tinggi ini. Pikiran sejatinya tidak bisa disembunyikan di hadapan Leylin.     

"Apakah ini adalah putra sang Kelajengking Beracun?" Tatapan mata dewa itu bergerak melewati Schliff dan tertuju kepada pemuda tersebut.     

"Ra... Raike menyampaikan salam kepada Yang Mulia..." Pemuda tersebut tergagap. Dia bisa merasakan bahwa aura Leylin yang mengesankan itu bahkan lebih kuat daripada aura ayahnya sendiri yang merupakan makhluk setengah dewa dan pernah menjadi penguasa gerejanya tersebut.     

"Ya... Raike mewarisi garis keturunan dan kemuliaan tuan kami, dia pasti akan menjadi seorang Santo di masa depan!" Ketika menyampaikan masalah keyakinannya tersebut, Schliff terus berbicara, "Yang Mulia, tolong bantu kami demi niat baik tuan kami di masa lalu..."     

Leylin tidak berkomentar untuk menanggapi permintaan manusia yang rendah hati ini. Sebaliknya, ada sebuah tatapan mengasihani di matanya saat dia memandang Raike.     

"Sebagai anak seorang dewa, apakah kamu tahu apa takdirmu?"     

"Takdir?" Mata Raike menunjukkan kebingungannya.     

"Sebagai keturunan tuan kami, dia tidak punya pilihan lain!" Schliff menjawab dengan suara keras, terlihat jelas bahwa dia sedang berusaha menyembunyikan sesuatu untuk waktu yang lebih lama.     

"Heh!" Leylin hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum, tetapi tidak mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya.     

Para dewa sejati hanya membutuhkan keyakinan untuk membangkitkan diri mereka kembali, tetapi segalanya sangat berbeda bagi para makhluk setengah dewa. Pemimpin Gereja Kelajengking Beracun itu belum mengumpulkan kekuatan ilahi apapun. Karena sekarang dia telah mati, maka meskipun nantinya dia memperoleh keyakinan dalam jumlah yang cukup, namun dia tidak memiliki hal yang paling penting untuk bisa bangkit kembali, yaitu sebuah wadah.     

Wadah yang digunakan harus cukup kuat untuk menampung kekuatan seorang dewa. Namun yang paling penting, orang ini harus memiliki darah yang sama dengan dewa tersebut. Raike jelas bisa menjadi wadah bagi Kelajengking Beracun. Suatu hari nanti ayahnya akan memasuki tubuhnya dan kembali dibangkitkan di dunia.     

Bukan hanya para makhluk setengah dewa. Sebenarnya, banyak dewa sejati yang suka menggunakan metode ini. Leylin bahkan pernah bertanya-tanya apakah Alustriel, sang ratu di wilayah utara itu telah dipersiapkan untuk melaksanakan rencana semacam ini oleh Dewi Weave.     

"Ada sebuah kontrak antara Kelajengking Beracun dan aku. Kami harus saling memberikan semua bantuan yang bisa kami berikan. Janji di tingkat kami adalah janji yang tidak bisa dilanggar." Jawab Leylin sambil menyetujui permintaan Schliff.     

"Terima kasih banyak, Yang Mulia!" Schliff membungkuk dengan gembira. Bahkan dia sendiri tidak menyangka bahwa segalanya akan berjalan dengan begitu lancar. Namun setelah melihat Raike, dia sempat merasa ragu sebelum dia mempertajam sorot matanya.     

"Tuan yang perkasa, ini adalah sebuah persembahan sederhana dari kami." Raike menggertakkan giginya ketika melihat tatapan mata Schliff dan mengeluarkan liontin yang berkilauan dari lehernya, kemudian memberikannya dengan menggunakan kedua tangannya...     

Setelah semua orang meninggalkan istana, Leylin memusatkan perhatiannya pada kalung yang ada di tangannya tersebut.     

'Sebuah senjata ilahi? Dan bahkan sepertinya ada suatu kekuatan tersembunyi di dalam senjata ini...' Cahaya A.I. Chip bersinar di mata Leylin yang dengan acuh tak acuh melemparkan benda itu ke dalam sebuah dunia sekunder. Karena sekarang dia sedang menyempurnakan sebuah senjata Kekuatan asal, sebuah senjata ilahi menjadi tidak terlalu berarti baginya. Namun, benda tersebut cukup bagus untuk dijadikan sebagai sebuah koleksi.     

"Raike... Aku merasakan sebuah aura kuat dari darah seorang dewa..." Leylin melihat ke arah perginya Raike, seolah matanya memperlihatkan kejadian-kejadian yang akan terjadi setelah pemuda itu pergi.     

...     

Di dalam kereta kuda, sepertinya Raike telah membuat keputusan sebelum dia bertanya kepada Schlif, "Yang tadi itu... Apa yang dikatakan oleh Yang Mulia..."     

"Anda tidak perlu mengetahui masalah itu, tuan muda!" Schliff segera memasang sebuah ekspresi wajah tanpa perasaan, auranya yang kuat mencegah Raike untuk bertanya lebih lanjut.     

"Yang perlu anda ketahui adalah bahwa anda dilahirkan demi tuan kita. Segala sesuatu yang menjadi milik anda harus dikorbankan untuk membangkitkan tuan kita..." Semangat terpancar dari mata Schliff, semangat yang mengerikan tersebut membuat Raike mengalihkan tatapan matanya ke bawah.     

...     

Sebagai manusia setengah dewa, Leylin dapat dengan mudah mengintip aktivitas seorang penyihir berperingkat tinggi tanpa disadari oleh penyihir itu. Banyak rahasia yang terungkap di hadapannya.     

Sayangnya, Leylin tidak merasa kasihan pada Raike dan dia tidak punya keinginan untuk membantunya.     

"Darahnya terkonsentrasi, sehingga peluang kebangkitan menjadi lebih besar... Tapi itu tidak cukup..." Penglihatan ilahi Leylin tampaknya melintasi lautan dan diarahkan ke benua tengah yang luas.     

...     

Di wilayah selatan benua tengah, di dalam sebuah rawa berbahaya yang dipenuhi dengan semak-semak rimbun.     

Seorang pemburu iblis dengan lambang Gereja Ular Raksasa dengan hati-hati bergerak melewati sejumlah besar wilayah pembunuh bayaran dan suku-suku Barbarian serta kobold, hingga akhirnya tiba di bagian dalam rawa-rawa tersebut.     

Ini adalah sebuah wilayah dengan angka kematian tertinggi. Ada kabar yang mengatakan bahwa terdapat seekor monster berkepala sembilan yang tinggal di rawa ini, dan kabut beracun yang dikeluarkan oleh monster tersebut dapat membunuh makhluk hidup apapun. Bahkan mantra-mantra ilahi tidak berguna ketika berhadapan dengan monster itu.     

Namun, tidak banyak orang di benua tengah yang mengetahui bahwa ada sebuah suku yang wujudnya mirip dengan manusia tinggal jauh di dalam rawa tersebut.     

*Ooooo-* Sejumlah besar siluman berkumpul ketika terdengar suara dari sebuah terompet besar yang terbuat dari tanduk sapi. Makhluk-makhluk ini memiliki penampilan fisik yang berbeda-beda, mereka terlihat seperti siluman serigala atau kobold.     

Seorang dukun berjalan menuju altar. "Ukekelu, dewa kami... Kami memanjatkan doa kepada anda dengan setia, dan menawarkan sebuah pengorbanan darah!"     

Beberapa budak yang dijadikan persembahan ditelanjangi ketika orang tua itu berdoa dan para budak tersebut gemetaran ketika mereka dipindahkan ke atas panggung. Kemudian pria tua yang matanya berwarna merah darah itu mengambil sebilah belati obsidian dan menciumnya sekali dengan ekspresi wajah khusyuk sebelum berdiri di depan para budak tersebut, seolah dia sedang mengawasi beberapa ekor domba yang akan disembelih.     

Dukun itu dengan mudah memotong-motong tubuh para budak yang dijadikan persembahan tersebut dengan menggunakan sebuah teknik yang diturunkan selama berabad-abad. Teknik itu membuat para budak itu dapat tetap hidup sampai dukun tersebut melakukan potongan terakhir. Hanya tindakan semacam itu saja yang akan menyenangkan Ukekelu sehingga dewa itu bersedia untuk memberi bantuan kepada mereka.     

Para makhluk setengah dewa, iblis, dan monster yang merupakan dewa palsu tersebut berbeda dengan para dewa sejati. Mereka bisa melakukan apa saja demi mendapatkan keyakinan dan kekuatan serta mencari para pengikut baru secara membabi buta.     

Leylin seringkali percaya bahwa orang-orang yang sangat picik seperti mereka inilah yang membuat reputasi para makhluk setengah dewa menjadi begitu buruk. Bahkan perilaku mereka itu membuat Gereja Ular Raksasa-nya tidak bisa beroperasi dengan baik di benua tersebut.     

Namun Leylin hanya bisa mengomel. Tanpa melakukan pengorbanan darah, para makhluk setengah dewa yang hanya mendapatkan sedikit kekuatan keyakinan dari para pengikut mereka itu pasti sudah lama mati. Hanya orang seperti dia yang mengambil kendali atas Pulau Debanks dan tidak memiliki pesaing dalam mendapatkan kepercayaan dari penduduk pulau tersebut saja yang bisa memperlakukan para pengikutnya dengan murah hati serta memberikan lebih banyak keuntungan pada mereka. Dalam jangka panjang, ini adalah metode terbaik, tetapi sulit bagi semua orang untuk melakukan ini mengingat keadaan.     

Ketika dukun tersebut melanjutkan upacaranya, para pengikut dewa lainnya segera berdoa sambil berlutut. Darah mengalir ke mana-mana, seolah-olah sedang mengundang suatu kekuatan yang mengerikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.