INDIGO

#Mandi Sore



#Mandi Sore

3Kamu Tidak Akan Pernah Tahu Siapa Yang Mengganggumu, Sampai kamu Benar-Benar Tahu.     

--------------------     

.     

.     

.     

Aku langsung memutuskan untuk turun mandi dibawah.     

Baru saja aku mau melewati tangga, dua sosok anak kecil berlari menaiki tangga dan melewatiku tanpa menghiraukanku.     

Kasihan kadang-kadang, ya mereka berdua masih berpikir bahwa mereka masih hidup. Dan bermain seperti anak seusianya.     

Aku turun dan duduk di ruang makan.     

"Mas Ejh tadi kemana aja!"     

Gerry datang dan langsung duduk di pangkuanku.     

"Iya, tadi habis dari pantai. Gimana sekolahnya hari ini?"     

Tanyaku halus     

"Mantai ae og senengane mas Ejh mbek mas Zahid... Sekolah ya koyok biasane to mas. Hehehe! Mas Ejh peyan gak usah mantuk ya, disini ae"     

Manja Gerry sambil mencubit-cubit pipiku.     

"Haha iya iya"     

Aku hanya mengiyakan apa yang dia minta, ya biasalah anak kecil.     

"Hmm sana sayang-sayangan sama mas Ejh pokoke aku sayang mbek bapak!"     

Aku menoleh saat Ellem datang sambil ngomel-ngomel hehe.     

"Kenapa to dek Ellen"     

Tanyaku manja padanya     

"Embuh wis, aku mau masak jadi jangan ganggu aku ya!"     

Sambil menyalakan kompor     

"Iya iya, dek Ellen mau masak apa toh?"     

"Pentol to mas, ini lo pentol!"     

Sambil menunjukkan beberapa biji pentol yang ada di mangkuk.     

"Wih, dek Ellen udah jago masak loh"     

"Yaya, to mas namanya cewek ya harus bisa masak!"     

Aku hanya mengiyakan jawabannya hehe biasa anak kecil. Tapi dia mirip banget sama kakanya, Tirza.     

Kayak foto kopian wes.     

"Kak mandi!"     

Seru Zahid sambil keluar dari kamar mandi.     

"Ok"     

"Gerry, Ellen kaka mandi dulu ya!"     

"Yoo kak mandio sana"     

Seru Gerry     

"Alah kak mandi kok garek taren, yowes ndang mandi!"     

Seru Ellen menambahkan     

Haha, aku langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi.     

Pada waktu sudah berada di dalam kamar mandi hawanya kok tiba-tiba beda ya.     

Hmm aku langsung bergegas untuk mandi.     

Aku rasa seperti ada yang memperhatikan aku di pojokkan dari belakang pintu kamar mandi ini.     

Tapi aku tetap fokus mandi.     

Ku cuci mukaku, pada saat aku menutup mata aku merasa seperti ada yang melihatku pas di depan wajahku. Ku bilas dengan segera dan ku melihat sekeliling.     

Dan kembali lagi aku menyiramkan air di kepalaku, karena aku berniat untul keramas sore ini.     

Pada saat aku siramkan air di kepalaku, aku sengaja tidak menutup mataku dan dengan samar-sama pula aku bisa melihat bahwa ada sosok hitam bermata merah sedang memelototi ku sekarang...     

Kusudahi menyiram kepalaku dan ku usap wajahku dengan tanganku untuk menghilangkan air yang masih bercucuran mengalir.     

Saat ku lihat lagi, sosok hitam bermata merah itu sudah tidak ada lagi.     

Ku ambil sambun untuk membersihkan kaki dan seluruh badanku.     

Saat aku jongkok, aku melihat sosok kaki hitam itu berada di pojokan pintu kamar mandi ini. Ku memalingkan wajahku dan ku ambil gayung untuk mengambil air...     

Kok berbulu?     

Ku melihat lagi gayung yang ku ambil, namun tidak ada bulu.     

Sebelumnya aku rasa kalau aku memegang bulu kasar pada saat mengambi gayung.     

Hmm sikat gigiku kemana?     

Odolku dimana?     

Perasaanku tadi aku udah bawa semua, kok malah gak ada di dalam sini.     

"Zahid!"     

Aku berteriak dari dalam mandi.     

"Zahid!! Ada orang di luar?"     

Kok sepi sih, dimana orang-orang yang ada di dapur tadi?     

"Bunda? Ellen? Gerry?"     

Ku teriak memanggil nama mereka, namun tidak ada jawaban yang ku dapat dari mereka.     

Hmmm aku putuskan untuk mengambil handuk dan ku sudahi mandiku.     

Kubuka pintu dengan cepat dan langsung keluar dari kamar mandi.     

Aku kaget pada waktu aku keluar, aku tidak berada di dapur. Aku keluar malah berada di bekas bangunan tua yang sudah runtuh dan sudah kelihatan lama sekali.     

Aku langsung masuk lagi ke dalam kamar mandi, ku tutup pintunya.     

Hmm tunggu ini seriusan nyata atau hanya ilusi?...     

Kok aku jadi rapuh banget sih...     

Kubuka pintunya lagi dan     

"Loh kak Ejh, cepet banget mandinya baru aja masuk udah keluar!"     

Seru bunda.     

"Hah"..     

Aku tidak menjawab apa yang bunda bilang. Loh kok aku jadi bingung sendiri.     

Keadaan sudah kembali seperti semula, bukan rumah yang hancur dengan reruntuhan tua. Melainkan sudah pada nyatanya yang aku lihat dari kemaren kalau ini ya memang rumahnya Bunda.     

"Bunda aku naik dulu ya!"     

Aku langsung bergegas naik ke kamar, tanpa menunggu jawaban dari bunda.     

Aku berjalan agak cepat untuk memasuki kamar.     

Ku buka pintu dengan keras dan menutupnya dengan keras juga.     

"Kenapa ka!"     

Zahid kaget bertanya     

"Hmm gak papa!"     

Jawabku singkat.     

Aku rasa harus cepat pulang ke Batu, karena semakin lama semakin tidak jelas kejadian yang aku dapatkan disini.     

Bukan karena aku gak betah berada disini. Namun memang seperti nya aku tidak di terima disini...     

"Hid kaka besok pulang rasanya!"     

"Hmmm loh, kenapa kak? Padahal masih banyak pantai yang belum di kunjungi lo kak"     

"Hmm gak bisa rasanya"...     

"Kak lusa aja lo pulangnya, kaka tak ajak ke satu pantai ya, satu aja"     

Sambil nada memohon kepadaku.     

"Hmm pantai yang mana?"     

"Kalau di Papua punya Raja Ampat, di Pacitan juga punya Raja Ampat versinya Pacitan"     

"Hmmm"     

"Ayo lah kak, cuma besok aja"     

Aku bingung sebenarnya, namun tujuanku kesini ya salah satunya untuk berlibur.     

Jadi aku iyakan aja apa yang dia bilang.     

"Iya iya!"     

"Aaaaa thank u kak"     

Terlihat sekali raut wajah yang senang darinya.     

Ya semoga aja besok bisa berjalan sesuai dengan keinginan. Yaitu berlibur tujuannya.     

Bukan yang aneh-aneh.     

Aku berganti pakaian, malam ini ku putuskan untuk berada di rumah saja. Sengaja aku tidak keluar ataupun jalan-jalan, karena aku harus simpan tenaga dan jaga kesehatan agar tidak drop.     

"Kak nonton film ya"     

"Ok"     

Zahid mencari channel di TV yang ada siaran film langsung. Jadi di kamar ini ada sebuah TV yang lumayan lebar dan besar, ya gunanya buat hiburan di kamar.     

Aku dan Zahid menonton film sampai larut malam.     

Gak kerasa juga ternyata udah hampir tiga film berbeda yang kita tonton.     

Zahid sudah tertidur pulas.     

Film yang terakhir ini adalah film Bergenre komedi jadi aku biasa aja sih...     

Karena udah mulai ngantuk, ku putuskan untuk tidur.     

Karena dipacitan itu panas, malam pun harus menyalakan kipas angin agar bisa tidur.     

Klaakkk...     

Aku langsung menoleh ke arah jendela, karena aku mendengar ada sesuatu yang di lemparkan kejendela. Bukan benda berat dan besar, kelihatan dari suaranya barusan ya sekedar kayak ranting atau batu kecil gitu.     

Braaakk...     

Aku langsung duduk di ranjang saat bunyi yang kedua lebih keras dari sebelumnya. Seperti ada sesuatu yang menabrak kaca tersebut.     

Hmmm aku putuskan untuk diam terlebih dahulu.     

Braakkk...     

Aku langsung bangkit berdiri saat bunyi yang ketiga lebih keras dari pada yang kedua.     

Aku memundurkan langkahku dan lebih merapat ke almari yang berada di belakangku. Mataku masih mamandangi jendela itu.     

Braakkk...     

Kali ini suaranya tidak keras, cuma berhasil membuatku kaget.     

Kumelihat jam di dinding menunjukkan pukul 01.15 pagi.     

Kutarik nafas dalam-dalam dan kuputuskan untuk mendekati jendela itu.     

Jalanku sangat pelan hingga tidak terdengar decitan suara dari langkah kakiku.     

"Hid, Zahid... Ssuuustt!"     

Aku mencoba membangunkan Zahid, tapi kalau dia udah tidur sulit sekali di bangunkan.     

"Hid, woeee!"     

Tidak berkutik sama sekali.     

"Braaakkk!!!"     

Badanku langsung bergetar, saat suara itu muncul lagi.     

Hmmm aku langsung bergegas dengan cepat dan ku buka Jendela.     

"Siapaaaa!!!"     

Ku keluarkan kepalaku sambil teriak.     

"Siapa, langsung aja sini!"     

Kuteriakan yang kedua kalinya, namun tidak ada jawaban sama sekali.     

Lama-kelamaan aku jengkel kalau terus kayak di teror gini...     

Aku berdiri mematung di jendela, memandang kosong ke arah pohon rimbun depan jendela. Jengkel rasanya masih teraduk di dalam hati.     

Aku diam pada saat kurasakan ada yang dingin di belakang leherku.     

Dingin seperti hembusan nafas.     

Tertiup beberapa kali.     

Aku masih diam...     

Ku majukan sedikit badanku ke arah jendela.     

Dan detik itu juga aku langsung membalikkan badanku dengan cepat...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.