INDIGO

#Penghuni Tanah



#Penghuni Tanah

2Baik Buruknya Perilaku Orang Terhadap kita, Kitalah Penentunya     

--------------------     

Aku langsung fokus pada orang yang sekarang duduk pas di hadapanku.     

Aku tidak pedulikan dua sosok yang berada di samping kanan dan Kirinya...     

"Jadi gimana mas?" dia memelas sambil bertanya kepadaku. Sebut saja namanya mbak Nanik (Nama Samaran).     

"Hmmm apa yang mbak nanik rasakan sekarang?" ku melihatnya seperti tersiksa sekali.     

Belum dia jawab, namun tiba-tiba punggungku gatalnya minta ampun. Aku garuk perlahan sambil melihat mbak Nanik. Thio yang duduk di samping kananku, merasa aneh dengan tingkahku.     

Aku langsung melihat ke arah belakang dan aku melihat sosok hitam itu sudah berdiri di belakangku.     

"Pergi sekarang!" ku perintahkan kepadanya untuk pergi dari sisiku. Aku berkomunikasi dengan telepati tentunya.     

Tak perlu menunggu waktu lama dia sudah berpindah kembali di belakang mbak Nanik.     

Dan rasa gatal itu menghilang.     

"Ada apa sebenarnya yang terjadi sama saya. Saya rasa semua itu bermula ketika saya menempati rumah baru saya! Kalau memang saya itu ada salah ya saya mau minta maaf sama 'Mereka'!" terlihat matanya yang berbinar-binar memohon kepadaku. Aku rasa memang mbak Nanik sangatlah tersiksa dengan apa yang dia alami saat ini.     

"Sebentar ya mbak" aku mencoba untuk diam dan menerawang apa yang sebenarnya terjadi di rumahnya mbak Nanik.     

Aku melihat sebuah kilasan yang tidak begitu jelas disana.     

Hmmm aku tidak bisa melihat rumahnya disana, aku rasa ada yang menutupinya hingga aku tidak bisa menerawang kesana. Namun pada waktu aku mencoba ke arah samping. Aku melihat. 'Mereka' berkumpul di sebuah galian tempat pembuangan gitu.     

"Mbak apakah ada sebuah galian atau sejenis sumur gitu di samping rumahnya mbak?" ku tanyakan hal tersebut sambil masih mencoba menerawang kesana.     

"Iya mas, itu adalah bekas pembuangan pada waktu rumah saya dulu belum di bangun. Tempat itu sebagai tempat pembuangan gitu!"     

"Disanalah rumah mereka mbak!" sambil ku tegaskan bicaraku.     

"Ada banyak jasad hewan disana!"     

Tambahku.     

"Iya mas, dulu sebelum saya membangun rumah disitu. Memang disitu sebagai tempat pembuangan jasad hewan!" sambil gemetar mengucapkanny.     

"Bukan hanya hewan! Namun saya juga melihat ada sesosok jasad yang seperti manusia disana!"     

Mbak nanik langsung terdiam tidak berkutik atau mengucapkan satu patah katapun. Bergeming dalam waktu sesaat.     

"Apakah iya mas? Masa seperti itu?"     

"Saya cuma melihat saja dari penglihatan saya. Saya belum tahu asal muasal tempat itu seperti apa dulunya!"     

"Saya dulu juga gak tahu mas, tiba-tiba kepengen aja pokoknya beli tanah itu! Dan setelah saya beli dan dapat, banyak yang bilang kepada saya bahwa kamu salah telah membeli tanah itu, kamu goblok, jual sekarang dan masih banyak lagi. Namun saya tidak memperdulikan apa kata orang mas, saya tetap membangun rumah disitu!"     

Aku mencoba berkomunikasi dengan 'Mereka' yang ada disana.     

Aku melihat sekeliling, 'Mereka' yang berada di tempat galian seperti pembuangan sampah yang sekarang di gunakan sebagai sapiteng.     

Aku bertanya kepada salah satu sosok yang hanya duduk diam di pojokkan. Aku rasa dia yang paling lama disini.     

"Ada apa sebenarnya?" kutanyakan itu pada sosok dipojokkan itu. Sosok perempuan yang tidak menunjukkan wajahnya, dia hanya duduk sambil melingkarkan tangannya ke lutut yang menempel di dada serta menyembunyikan wajahnya.     

"Dia harus pergi dari sini!!! Dia telah mengusik semuanya!!!"     

Berbicara sambil mengeram     

"Ada lagi yang mau di sampaikan? Agar aku sampaikan kepada orang yang kamu maksud"     

Aku tidak mendekat, hanya melihatnya dari jauh.     

"PINDAH DARI TEMPAT INI!!"     

Aku langsung keluar dari terawanganku pada saat dia tiba-tiba berbicara dengan sangat keras.     

Aku diam sejenak, melihat mbak Nanik yang sangat menunggu jawaban yang akan keluar dariku.     

"Apasih?"     

Awan datang dengan tiba-tiba.     

"Udah kamu dengerin aja, jangan ribut!" Balasku sambil memberikan sebuah kode meliriknya di sebelah kiriku.     

Aku tarik nafas perlahan dan mulai untuk menyampaikan     

"Saya habis berkomunikasi dengan mereka yang ada disana!"     

"Apa mas jawabnya?" tanya dengan tergesa-gesa     

"'Mereka' bilang mbak Nanik harus pindah! Karena salah satunya adalah rumah yang mereka tempati sudah mbak Nanik pakai sebagai sapiteng. Mereka tidak terima dengan perlakuan mbak Nanik yang seperti itu"     

Mbak Nanik diam dan menunduk, dan kumelihat sosok perempuan yang berada di samping kirinya itu tiba-tiba mendekat ke arah telinga mbak Nanik. Rasanya dia menyampaikan sesuatu kepada mbak Nanik...     

Atau lebih jelasnya rasanya menghasut atau mempengaruhi mbak Nanik dengan bisikannya.     

"Saya tidak bisa mas pindah dari sana, adakah cara lain? Karena saya juga takut kalau tiba-tiba suami saya tanya "kenapa harus pindah?" dan belum lagi yang lainnya, suami saya yang berpikiran saya gila lah atau bagaimana... Saya bingung mas, tolong lah mas mungkin ada cara lain yang bisa di gunakan atau apa gitu agar saya bisa lepas dari semuanya... Saya itu capek mas, kalau tiba-tiba mendengar suara atau bisikan yang mengatakan bahwa saya harus banting anak saya kalau dua rewel. Terus bisikan lagi ketika bilang bahwa suami saya selingkuh dan bisikan itu selalu datang dan membuat saya ingin sekali mengatakan perceraian... Memang mas kalau di bilang saya sejak di rumah situ saya memang bisa beli apa-apa itu dengan cepat. Contohnya mobil, motor dan lainnya. Namun itu kan dari jerih payah yang kami kerjakan agar bisa mendapatkan uang. Saya kalau itu bingung masss...!!!"     

Terlihat berbinar-binar matanya, dan ingin sekali mengungkapkan apa yang tidak bisa dia ungkapkan seblumnya.     

"Saya itu capek mas, kalau saya cerita kepada suami saya kalau saya sering di ganggu gitu. Karena suami saya selalu gak percaya dengan apa yang sudah saya katakan dan saya sampaikan" menarik nafas dalam-dalam dan diam sejenak.     

Aku tahu apa yang mbak Nanik rasakan. Namun memang semua ini perlu di luruskan semuanya.     

"Saya itu capek kalau saya lagi jahit atau ngapain dirumah... Selalu di ganguin entah kancing yang ada di meja jahit saya itu beterbangan dengan sendirinya, terus mesin jahit saya nyala dengan sendirinya. Pada waktu saya cek saya datangin, ya tidak ada siapa-siapa..."     

"Okay saya mengerti, jadi maunya mbak Nanik seperti apa sekarang. Kita fokus aja sama solusinya bukan masalahnya" jelasku mempercepat perbincangan.     

"Saya itu pengen bisa menyampaikan bahwa, ya kalau ini dunianya kita ya kita aja. Kalau itu dunianya 'mereka' ya mereka saja. Pada intinya saya itu tidak mau mengganggu dan berurusan dengan 'mereka' saya tahu bahwa kita berdampingan hidup dengan 'mereka' namun kan yang bisa melihat kita ini kan 'mereka' ya minta tolong kan bisa agar tidak mengganggu. Karena kita ini tidak semuanya bisa melihat 'mereka'.. Hmmm uhhwweeegg"     

Belum selesai dengan apa yang mbak Nanik bicarakan. Tiba-tiba dia rasa mual beberapa kali dan ingin muntah. Rasa mual yang hadir itu tidak membuat dia muntah namun cuma memberhentikan apa yang di bicarakan olehnya.     

Mbak Nanik hanya diam sambil menutupi mulutnya dengan tangan kirinya. Dan dengan waktu yang sama, sosok hitam berambut lebat dan tidak bermuka ini menggosokkan jari-jarinya di leher bagian belakang mbak Nanik.     

Aku ingin bertindak dengan caraku, namun aku takut salah langkah dengan caraku.     

Karena dua sosok ini benar-benar menempel dengan mbak Nanik. Hingga aku pun tidak bisa mendeteksi dimana khodam (penjaga) nya mbak Nanik. Karena khodam juga berperan sangat penting dalam hal ini.     

"Kamu mau lakuin apa?" Awan bertanya padaku.     

"Aku juga tidak tahu!"     

"Atau aku memakai beras itu untuk menetralkan semuanya?".     

----------------------     

Tidak Mudah Mengusir yang sudah Tinggal...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.