INDIGO

#Rumah Tercinta



#Rumah Tercinta

3Bukan Salah Di Saat kita Memberikan sebuah Kebenaran     

--------------------     

"Buk, Yah... Aku pulang!"     

Aku memasuki ruang tamu di sambut oleh ibuku dan belum sempat berkata-kata ibuk langsung memelukku dengan erat dan mencium mengabsen semua wajahku.     

"Bagaimana kabarnya?"     

Sambil memegang kedua pipiku     

"Astungkara baik buk, kalau ibuk? mana ayah?"     

"Baik juga dong, ayahmu lagi mandi tadi hehe"     

Sambil tertawa.     

"Ahh ok ok, buk laper makan sama apa?"     

Lantas aku mulai manja di hadapannya.     

"Tuh kebelakang sana atau mau ibuk ambilin... Ada oseng-oseng terong sama telur bumbu kesukaanmu!"     

"Wahhhh!!!"     

Tanpa pikir panjang aku langsung menuju ke dapur untuk makan malam.     

Oh iya aku nyampe sore dari Pacitan.     

Ku taruh semua tas dan barang bawaanku di ruangan tengah di kasur depan tv.     

"Eh Ejh nanti ramalin aku pake kartu tarot ya"     

Aku kaget saat tiba-tiba kak Emi berbisik langsung mengucapkan hal itu saat aku lagi makan.     

"Ah iya iya"     

Balasku sanggupi.     

Tumben banget, kak Emi minta untuk di baca tarot. Tapi memang sih dia sudah tahu bahwa aku bisa baca tarot, karena terkadang aku sering Whatsapp-an sama dia tentang kartu tarot. Ya makanya itu mungkin dia ketagihan untuk di baca. Karena kalau udah sekali di baca, maka banyak yang akan di tanyakan dan membuat ketagihan untuk di baca.     

Aku cuma merasa ada sesuatu yang aneh dengan kak Emi pada saat pertama kali jumpa tadi. Gak tahu aneh aja, bingung jelasinnya.     

Jadi kak Emi sekarang tinggal juga di Jawa tepatnya di Kediri juga, dan satu desa masihan sama aku dan ortu. Namun kalau mau ke rumahnya agak horror, karena rumahnya di paling ujung dari desa dan jauh dari pemukiman warga. Lebih tepatnya masih di hutan.     

Karena disitulah kak Emi bisa membuat rumahnya, di karenakan lahan yang tersedia juga di situ.     

Untuk suaminya sedang merantau di Taiwan jadi TKI. Sudah jalan satu tahun disana, karena kalau kerja di luar negeri pasti sistemnya adalah kontrak. Jadi kakak iparku mengambil yang tiga tahun untuk masa kerjanya.     

Namanya Anto, dia sangat baik sekali kepadaku. Dan sudah aku anggap juga sebagai kakak kandungku sendiri.     

Kak Emi dan kak Anto memiliki tiga anak...     

Yang pertama yang namanya Angga, sudah pernah aku bahas dulu di bagian pertama. Dan anak yang keduanya ini kembar bernama Tirta dan Galang. Aku memberikan nama untuk mereka yaitu 'Keirach' ada singkatannya itu hehe singkatan dari Kediri dan Aceh.     

Untuk nama lengkapnya adalah     

Keirach Samudera Tirta Permana     

Keirach Samudera Galang Permana     

Memang sih kebanyakan orang pasti tanya, kok namanya beda?     

Kenapa gak Gilang & Galang?     

Atau siapa gitu...     

Jadi ceritanya bagaiman kok bisa anaknya kembar begini.     

Kak Emi waktu hamil tidak tahu bahwa anaknya kembar. Karena dari keturunan pun kita gak ada yang kembar...     

Namun kejadian itu terjadi pada waktu kak Emi masih hamil, terus waktu aku izin pulang hanya sehari dan waktu aku di rumah minta untuk di masakin telur. Akhirnya kak Emi masak telur buat aku.     

Waktu mecahin telurnya tiba-tiba isi kuningnya ada dua dan pas disitu ada aku juga. Aku langsung nyeletuk,     

"Wah besok anaknya kakak kembar pasti!"     

Langsung kakakku menolak.     

"Mit amit jabang bayi, semoga tidak"     

Karena dari kakaknya sendiri tidak mau kalau anaknya kembar.     

Dan berjalannya waktu, akhirnya dibuatlah sebuah nama. Aku mengusulkan cuma satu nama yang tadi yaitu 'Keirach' dan aku meminta agar setiap nanti keturunan dari anaknya nanti harus menggunakan nama 'Keirach' seperti marga.     

Nah kakakku membuat cuma satu nama saja kalau cowok yang keluar dia memberikan nama Tirta kalau cewek yang keluar maka kak Anto yang memberikan nama.     

Nah waktu sudah hari dimana akan melahirkan, kakakku bingung kenapa kok belum terasa sakit. Akhirnya di periksalah ke dokter dan dokter pun bilang bahwa ini anaknya kembar dan harus di operasi.     

Dari situlah awal mulanya nama itu dan kejadian yang tidak di sangka-sangka juga terjadi.     

Selanjutnya,Mereka berdua memiliki kelebihan yang wow juga menurutku. Meskipun mereka berdua masih kecil, namun aku bisa melihat mereka bahwa mereka berdua memiliki sebuah kelebihan dalam dirinya.     

Dan uniknya lagi Tirta dan Juga Galang ini memiliki sebuah lafat 'Allah' di telinganya. Dimana bentuk dari daun telinganya kalau di lihat dengan seksama akan menuliskan kata 'Allah' dalam tulisan Arab.     

Ya memang mereka muslim. Kakakku muslim, dan dulunya keluarga aku juga muslim...     

Namun karena ibuk ikut ayah jadinya Hindu. Dan kak Emi ikut suaminya mangkanya jadi Islam, suaminya dari Aceh.     

Namun belum pasti kelebihan yang seperti apa yang akan mereka berdua miliki nantinya, namun yang aku tahu adalah sekarang tingkat ke sensitif annya sangatlah tinggi di bandingkan dengan anak pada usianya.     

Mereka berdua saling melengkapi. Dan ikatan batin mereka juga kuat.     

Ku melihat jauh di dalam diri Tirta yang menjadi penjaga nya adalah alm nenekku, untuk Galang adalah alm kakekku.     

Mereka berdua tetap jadi satu dalam jiwa mereka juga.     

Untuk aku ikut ayahku Hindu. Memang pada waktu aku di rawat oleh nenekku, aku Muslim. Namun pada waktu aku sudah beranjak dewasa, aku memilih untuk kepercayaan ku Hindu.     

Begitu sih sedikit penjelasan tentang keluarga ku, terlebih di kakakku dan keponakanku.     

Setelah selesai makan, aku langsung menuju ke ruang tamu bersama dengan kak Emi.     

"Beneran mau di baca?"     

Ku tanyakan lagi padanya sebelum aku benar-benar membacanya.     

"Iya to"     

Sambil tersenyum kepadaku.     

Ku meminta untuk kak Emi meletakkan tangannya di atas kartu tarot.     

Dan ku bacakan kuncinya.     

"Ingat, ini hanyalah sebuah kartu. Percaya tidak percaya itu urusanmu. Namun jangan pernah berbohong dengan dirimu"     

Lantas ku kocok kartu dan ku tanyakan.     

"Mau tanya apa?"     

"Bagaimana kedepannya aku dan suamiku!"     

Aku langsung kaget dengan Pertanyaan itu. Namun aku tidak bisa menghentikan apa yang sudah di mulai.     

Ku jabarkan kartu di meja, dan ku meminta untuk kak Emi memilih tiga kartu dari ke tujuh puluh delapan yang sudah terjabar di atas meja.     

Dia diam sejenak.     

Kak Emi melontarkan pertanyaan itu dengan sangat ringan dalam artian dia benar-benar biasa saja pada saat menanyakan hal tersebut.     

Sesudah memilih tiga kartu, lalu aku memisahkan tiga kartu tersebut dengan yang lainnya. Kartu yang tidak terpilih aku tumpuk lagi jadi satu dan ku taruh di samping kanan ujung meja...     

"Okay kak ini pilihan kartumu!"     

"Iya!"     

"Ingat apapun yang keluar, yang memilih kartu itu adalah kak Emi apapun hasilnya itu adalah sebuah jawaban untuk apa yang telah kak Emi tanyakan. Jangan menyesal dengan jawaban yang kurang tepat dengan kemauan, dan jangan takut akan jawaban yang belum tentu terjadi, dan jangan langsung percaya dengan jawaban yang langsung kelihatan benarnya"     

Dia hanya menganggukkan kepalanya.     

Saat ku buka tiga kartu tersebut, semua aku mulai dari kartu paling pertama dipilih yaitu kiri.     

Aku terkejut pada saat melihat kartu pertama, dan yang kedua juga apalagi yang ketiga.     

Kartu yang keluar adalah sebuah kartu yang sangat pas dengan Pertanyaan dari kak Emi.     

Gak mungkin...     

--------------------     

Apakah aku harus katakan yang sebenarnya?     

Atau aku katakan hanya kesimpulannya?     

Tidak, tidak boleh. Aku harus katakan yang sebenarnya yang akan terjadi nanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.