INDIGO

#Seribu Satu Tangga (Awan)



#Seribu Satu Tangga (Awan)

3Percaya Dengan Dirimu Sendiri Terlebih Dahulu     

---------------------     

"Gilbert?"     

Panggil Albert pelan pada saat Gilbert hanya diam menunduk tidak melihat ke arah mereka sama sekali.      

"Hei, ada apa?" Albert mendekati adiknya sambil duduk di anak tangga dan memeluknya.      

Tiba-tiba dia menangis terisak perlahan di pelukkannya Albert.      

"Hei, ada apa ceritakan" tanya Albert dengan lembut membujuknya agar mau untuk bercerita.      

Namun dia masih terdiam dengan isakan tangisnya, di pelukkannya Albert.      

Dan akhirnya semua Roh pun mendekat ke arah dimana Albert dan Gilbert duduk, mereka ikut duduk berkeliling.      

"Aku hanya memperlama,  aku tidak bisa berlari dengan cepat, aku hanya menghambat, aku tidak berguna!" seru Gilbert menangis pecah di pelukkannya Albert.      

Dan detik itu juga semua para Roh yang mendengar ucapannya langsung terenyuh hatinya dan melihatnya dengan sayu.      

"Hei, tahukah kamu... Kamu adalah Roh cilik yang paling berani menurutku, dan kamu juga yang paling kuat, karena kamu bisa sampai disini, di tempat yang kamu pijaki saat ini adalah tempat yang sangat di inginkan oleh banyak sosok lain! Kamu harus bangga dengan dirimu Gilbert, kamu luar biasa!" ujar Sekar sambil mengelus lembut rambut gadis kecil itu.      

"Oh ya, kamu juga sosok yang tangguh loh dan pemberani tentunya... Aku salut sama kamu!" tambah Guike.     

"Kamu tahu benar apa yang di katakan Sekar, bahwa tidak semuanya bisa dsn berhasil melalui semuanya sampai di titik ini loh, namun kamu yang masih kecil bisa membuktikan itu dengan nyata. Kamu percaya kan bahwa kami semuanya bisa karena bersama-sama, jadi jangan pernah berpikir bahwa kamu yang paling menyusahkan dan lain-lain, kamu adalah kamu, kamu adalah gadis kecil yang pemberani yang bisa menaklukkan segala rintangan dan juga jalan agar bisa sampai disini...!!!" seru Awan sambil memegang pundak Gilbert dan menegakkannya.      

"Coba ingatlah betapa besarnya perjuanganmu dari awak kita mendarat di dua batu besar di Alas Purwa sampai disini, ingatlah semua itu adalah sebuah perjuangan. Dan sekarang, sebentar lagi kita akan bersama-sama bisa menggapai apa yang akan kita nikmati bersama hasilnya. Kamu pasti bisa!" tambah Awan dengan menyemangati dan di akhir kata dia berbisik kepada Gilbert.      

Dan tak di sangka bahwa ucapannya Awan langsung membuat Gilbert bisa tersenyum kembali dan mulai membuka wajah cerianya kembali.      

"Terimakasih semuanya, maaf kalau Gilbert rewel" ujarnya dengan nada manja.      

"Apakah kamu masih capek? Atau mau istirahat terlebih dahulu?"      

"Ayo kita lanjutkan perjalanan, karena sebentar lagi kita akan sampai ke tempat tujuan!" ujar Gilbert menjawab pertanyaan Sekar.      

Dan akhirnya semuanya langsung bangkit berdiri dan berbaris kembali di tempatnya masing-masing dan bersiap untuk berlari dengan perlahan menaiki tangga.      

"Ayo!!!" Sekar membuka aba-aba dan semuanya dalam hitungan detik langsung berlari kembali dengan perlahan menuju ke Temuran Abdi.      

Semuanya berpegangan tangan, indah sekali momen yang di rasakan oleh mereka saat ini. Dan Awan juga merasakan hal yang luar biasa bisa berada di tengah-tengah mereka semuanya.      

Aku tidak tahu mengapa, seperti menjadi baru dalam perjalanan hidupku. Rasanya aku mulai nyaman dengan mereka semuanya, mereka adalah keluarga baru bagiku, yang sulit untuk aku tinggalkan.      

Semuanya yang aku ingat, hanyalah semua kenangan yang berada disini, melalui semuanya bersama dengan mereka semuanya membuat aku merasa nyaman dan hangat, untuk pertama kalinya. Batin Awan sambil melihati satu-persatu dari seluruh para Roh yang berada di samping kirinya.     

Semua penghuni yang berada di sekitar Seribu Satu Tangga itu tidak putus pandangan mereka pada tujuh sosok yang sedang berlari menuju ke puncak atas dari Seribu Satu Tangga ini untuk bisa menuju ke Temuran Abdi.      

Dimana disana nantinya mereka akan benar-benar melihat sebuah proses asal mula kelahiran para Jigawaratur yang berada di Kerajaan Alas Purwa ini.      

Semuanya melihat ke arah enam sosok Roh dan satu Jigawaratur itu dengan tidak ada putusnya, mulai dari Rumpal, dimana Rumpal adalah sosok Jigawaratur berbentuk pohon yang besarnya bervariasi.      

Ada juga Jigawaratur yang berupa hewan namun campuran dengan manusia, mereka biasanya di sebut dengan Jigawaratur Wansang Galing. Mereka banyak sekali jenisnya, mulai dari yang setengah Singa setengah manusia yang dimana badannya manusia namun wajahnya mirip dengan Singa dan juga tubuhnya dipenuhi dengan bulu.      

Ada yang setengah burung merak dan setengah Harimau, mulai dari kepala adalah harimau namun di bagian belakang adalah ekor burung merak.      

Ada lagi yang sekarang barusan saja mereka lewati adalah sosok Jigawaratur Wansang Galing berupa setengah manusia dan setengah kuda, dari kepala sampai pinggang adalah manusia namun dari pinggang ke bawah adalah badan kuda.      

Mereka adalah sekelompokan Prajurit pemanah, yang menjaga pintu masuk dari Temuran Abdi.      

Mengapa harus dijaga? Karena tidak semua dari penghuni kerajaan Alas Purwa semuanya adalah baik, ada juga yang bersifat bengis ingin menguasai benih-benih dari Bunga Kehidupan. Jadi setiap harinya harus dijaga oleh para penjaga-penjaga yang sudah ditetapkan di posisi masing-masing.      

Mereka semuanya masih dalam keadaan berlari berusaha menuju ke puncak tepatnya ke Temuran Abdi. Para penjaga Jigawaratur hanya diam melihat mereka sebentar lagi memasuki sebuah gerbang menuju ke Temuran Abdi.      

Karena mereka semuanya tahu bahwa yang sekarang sedang berlari dan di hadapan mereka semuanya adalah calon Ratu dari Kerajaan Alas Purwa, jadi mau gak mau mereka harus benar-benar taat dan hormat dengan Sekartaji Purwaningsih.     

Dan waktu mereka sudah sampai di puncak paling atas di Tangga Seribu Satu. Mereka bertujuh hanya bisa diam dan mematung saat melihat sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan di hadapan mereka.      

Wow, Indah sekali... Akhirnya aku benar-benar bisa sampai di tempat ini, tempat yang sejak dari dulu aku impi-impikan sekarang sudah benar-benar menjadi sebuah kenyataan yang aku dapatkan kali ini. Batin Sekar dengan sumringah dan bahagia sekali dia bisa merasakan hal itu kali ini, karena sudah lima kali tepatnya mencoba untuk bisa sampai ke Temuran Abdi namun selalu gagal di bagian bagian awal-awal. Dan yang paling jauh Sekar pijaki adalah Alas PurwaMbatu. Dan kali ini dengan kelompok yang lebih sedikit dari sebelumnya, malah membuahkan hasil yang begitu di luar dugaan.      

Semua para Roh sangat kagum dengan apa Yang mereka sekarang lihat di depan mata mereka.      

Sebuah gerbang emas berukiran rumit, namun bisa terlihat dengan jelas bahwa ukiran tersebut adalah sebuah penjelasan dari asal-usul bagaimana Kerajaan Alas Purwa ini berdiri.      

Bukan itu saja, bahwa yang membuat para Roh kagum dan tidak bisa bicara apa-apa adalah pada saat mereka benar-benar merasakan bahwa di Temuran Adbi ini hawa positif dan positif selalu melingkupi.      

Semua Roh langsung melihat ke arah atas pada saat Para Penanjur datang kembali dengan membawa Bunga Kehidupan di keranjang mereka masing-masing.      

Seperti biasanya bahwa di saat mereka datang pasti ada sebuah warna pelangi yang menghiasi terbangnya mereka.      

Saat para Penanjur masuk, gerbang yang di jaga oleh Jigawaratur setengah manusia dan setengah kupu-kupu, yang organ kupu-kupu adalah bagian sayap yang berada dipunggung dan bagian antena kupu-kupu yang berada di dahi atas mereka...Mereka terbang rendah dan pelan membuka dan menutup pintu gerbang raksasa yang berada di akses pintu utama masuk ke dalam Temuran Abdi.      

Warna sayapnya mereka juga bervariasi, ada biru, merah, emas, putih dan masih banyak lagi warna campur yang tersedia.      

Namun dari semuanya ekspresi rasa kagum itu, ada satu yang dia lebih tenang dan agak sukar untuk menunjukkan ekspresinya.      

Siapa lagi kalau bukan Awan, dia memandang begitu dalam ke sebuah tempat dan sosok yang berada dj hadapannya.      

Wow, tempat ini begitu sangat-sangat luar biasa, padahal ini semunya ada di dalam sebuah piramida, namun tidak sama seperti yang aku bayangkan. Ini lebih seperti dunia lain lagi dari tempat sebelumnya. Dan sekarang yang berada dihadapanku adalah sebuah kesempatan yang begitu luar biasa bisa aku rasakan melihat tempat yang begitu sangat Indah. Andaikan kau disini Ejh, maka akan lebih lengkap ceritaku ini.     

--------------------     

"Ejh apakah kamu mau bercerita?"     

Tanyaku secara langsung...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.