INDIGO

#Sebuah Kisah (Awan)



#Sebuah Kisah (Awan)

2Sebuah Kisah Yang Penuh Dengan Makna     

-------------------     

"Awan...!"     

Panggil Sekar secara tiba-tiba.     

Namun Awan tidak menoleh pada saat Sekar memanggilnya.      

"Apakah Awan baik-baik saja?"     

Tanya Gilbert kepada Albert.      

"Shhhh kamu diam saja, pasti kak Awan baik-baik saja!" ujar Albert menimpali.      

"Awan!" panggilan kedua itu terlontar kembali dari Sekar.      

Dan lagi-lagi Awan juga belum menoleh sama sekali.      

"AWANNN!!!"     

Roh yang lainnya langsung terkejut pada saat Sekar memanggil Awan dengan teriakkan yang sangat keras.      

Awan langsung menoleh melihat ke arah kami.      

"Ah ya, ada apa? Siapa yang memanggilku!"     

Jawab Awan sambil menyimpulkan bibirnya membuat senyuman yang khas ala Awan.      

Tak perlu menunggu waktu lama Sekar langsung berlari dan memeluk Awan dengan erat.      

"Aku kira aku akan kehilanganmu!" bisik Sekar kepada Awan.      

"Hei, tenang aku ada disini!" ujar Awan santai.      

Para Roh yang lainnya akhirnya juga datang ke arah dimana Awan berdiri sekarang.      

"Awan!"      

"Hai Albert!"     

Albert langsung memeluk Awan dengan sangat erat.      

"Maafkan aku Awan!"     

"Hei, gak papa kali. Santai aja!" ujar Awan dengan santai.      

"Mau pelukkan!" potong guike.      

Dan akhirnya semua para Roh langsung berpelukan.      

Suasana menjadi hangat kembali setelah kembalinya salah satu teman mereka.      

"Hmmm dimana Timothy? Apakah dia tidak berhasil keluar dari Telaga? Apakah dia masih terjebak di dalam sana? Lalu dimana kita sekarang!?" tanya Awan langsung berbuntut.      

"Timothy berhasil keluar dari Telaga Raga Asih, namun dia tidak berhasil melalui jembatan ini. Dia lenyap, namun kami semuanya yakin bahwa dia selalu bersama dengan kami disini. Do'a kami yang terbaik untuknya!" jelas Sekar, menjelaskan sambil mencoba menahan air mata yang hendak jatuh darinya.      

Awan hanya diam dan tertunduk.      

"Okay semuanya waktunya kita melanjutkan perjalanan, Do'a ku yang terbaik untuk Timothy!" seru Awan bersemangat.      

Waktu berbalik hendak melanjutkan perjalanan kembali Awan langsung kaget pada saat melihat Jigawaratur Temuran Urip berdiri di hadapannya.      

Awan langsung berbalik kembali sambil menanyakan.      

"Siapakah dia?" bisik Awan kepada para Roh.      

"Dia adalah Jigawaratur Temuran Urip Purwambawa. Dia adalah sosok yang menyelamatkan nyawamu dengan di berikan sebuah Bunga Kehidupan yang sangat langka yang berada disini!"     

Ujar Sekar.      

Dan detik itu pula Awan langsung memberikan sebuah salam hormat dengan menundukkan tubuhnya setengah kepada Jigawaratur Temuran Urip itu.      

Jigawaratur itu tidak mengucapkan satu patah kata keluar dari bibirnya, dia hanya tersenyum dan kemudian berbalik memunggungi kami semuanya.      

Tak lama dia di bungkus oleh sebuah pelangi dan kemudian menghilang dari hadapan para Roh.      

Semua mata masih terpana akan indahnya Jigawaratur itu.      

"Ayo kita lanjutkan perjalanan!" seru Awan.      

Mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan menuju ke Temuran Abdi dimana disana nanti mereka akan menemukan sebuah jalan untuk mereka bisa menuju ke sebuah tempat yang mereka inginkan.      

Jembatan yang mereka pijaki pun masih belum jelas sampai di ujungnya kapan, karena sampai sekarang mereka masih berjalan terus menuju ke ujung dari jembatan itu.     

"Bagaimana keadaanmu Awan?" tanya Albert sambil berjalan di sebelahnya Awan.      

"Ah aku sangat luar biasa sekali baiknya, tidak tahu entah mengapa aku sangat sedang dalam keadaan baik!" jawab Awan sambil merangkul Albert.      

"Kamu tidak marah sama sekali terhadapku?"      

"Marah? Mengapa harus aku marah Albert, semua itu pasti sudah berjalan sesuai seharusnya, jadi kamu jangan khawatir, aku tidak menyimpan dendam atau apapun itu, aku tetap menjadi teman kamu. Tenang saja okay, aku baik-baik saja!" jawab Awan dengan sumringah.      

Ada yang agak aneh dengan Awan... Mengapa dia begitu sangat bahagia sekali, tidak seperti biasanya. Namun aku harus berpikir positif saja, semoga ini adalah efek yang baik dari Bunga Kehidupan yang berwarna Pelangi itu. Semoga dia baik-baik saja. Batin Sekar sambil melihat Awan yang tidak putus pandangannya sampai detik ini.      

"Awan apakah kamu merasakan sesuatu ketika kamu tidak sadarkan diri?" tanya Guike yang langsung mendekat ke arah Awan.      

"Hmmm aku tidak begitu yakin akan hal ini, namun aku seperti ada sebuah penglihatan!" ujar Awan yang langsung membuat semua para Roh termasuk dengan Sekar langsung mendekat ke arahnya dan mencoba untuk mendengarkan apa yang akan di katakan oleh Awan.      

"Woah ada apa dengan kalian? Kalian ingin mendengarnya?" Awan kaget pada waktu tiba-tiba semua Roh dan Sekar langsung mendempet kearahnya dan melihat dia dengan seksama.      

"Okay, baiklah. Jadi begini ceritanya, setelah Albert mengenaiku dengan serangannya api biru itu, aku kemudian tersungkur dan tidak sadarkan diri. Sebelumnya semuanya gelap, tidak ada cahaya apapun, namun setelah itu aku merakan melihat sebuah titik terang cahaya berwarna putih yang berada di depanku. Aku seperti bangkit berdiri dan kemudian berlari mengejarnya, dan setelah aku dekat dengan cahaya putih itu tiba-tiba semuanya berubah!"      

Awan bercerita dengan berjalan perlahan.      

"Berubah menjadi tempat yang tidak aku ketahui dan aku jamah sebelumnya, tempat itu berubah-ubah, dan berwarna-warni dan aku tidak begitu jelas akan bayangan yang terjadi atau kejadian yang terjadi. Namun yang paling jelas adalah, ketika aku bertemu dengan adikku, ya dia Ejh. Aku bertemu dengannya dan dia tersenyum padaku, dia bilang bahwa dia merindukanku. Namun aku hanya diam dan tak lama setelah itu datanglah sosok berbaju putih yang menyilaukan mata, dia datang padaku dengan membawa setangkai bunga berwarna merah kekuningan, aku waktu itu tidak ingat bahwa ternyata itu adalah Bunga Kehidupan. Dia berikan kepadaku dan bunga itu melebur menjadi serpihan-serpihan kecil yang mengelilingi tubuhku dan merasuk ke dalam tubuhku. Namun setelah itu dia memberikan lagi sebuah bunga yang sama namun berbeda warna kali ini warnanya Pelangi. Dan di saat dia memberikan kepadaku, aku langsung tidak bisa mengenali siapa diriku, aku bisa berubah-ubah menjadi sesuatu yang aku tidak ketahui sebelumnya. Pada intinya aku menjadi lebih dari pada sebelumnya, hingga akhirnya ada yang memanggil namaku dengan keras. Dan itulah aku sampai sekarang bercerita kepada kalian semuanya!"     

Jelas Awan panjang kali lebar.      

Apakah sekuat itu Bunga Kehidupan yang di berikan kepada Awan! Lantas jadi apakah dia sekarang? Apakah dia sosok Roh atau Sosok Jigawaratur?      

Batin Sekar penuh dengan kebingungan.     

"Ah apakah sesingkat itu?" tanya Raffael      

"Iya, memangnya kenapa?" Awan bertanya balik padanya.     

"Soalnya perjalanan yang kita tempuh sangatlah panjang hingga akhirnya bisa sampai sini!" seru Raffael.      

"Aduh sudahlah itu kan yang di rasakan oleh si Awan jadi ya wajar saja, sudah jangan banyak tanya dulu biarkan pikirannya istirahat dulu!" potong Albert yang langsung merangkul Awan dan di ajak untuk berjalan bersama.      

"Memangnya Ejh itu gimana sih orangnya? Dia manusia? Atau Roh, sama seperti kita!"     

Bisik Albert dengan perlahan.      

"Aku dulu pernah menceritakannya, mungkin kamu lupa. Jadi gini cerita singkatnya. Kami sekeluarga memiliki empat bersaudara, namun anak yang ke dua dan ketiga meninggal dunia pada waktu mereka masih bayi. Dan aku adalah yang nomor dua, adikku yang nomor tiga, hmm dia sudah tenang di alamnya namanya Tris Santhi. Dan kakakku yang pertama adalah kak Emi, dia memiliki kelebihan anugerah dari Tuhan, namun tidak sama seperti punya Ejh. Kalau Ejh dia adik terakhirku, dimana aku menunggu kelahirannya sejak dari tiga belas tahun lamanya. Dia memiliki sesuatu yang sangat lebih sekali di dalam dirinya. Memang sih kebanyakan orang menyebutnya dengan indigo, namun dia sangat tidak suka sekali disebut dengan sebutan itu. Anehnya dia lahir pada waktu Ayah dan Ibu tidak sedang berhubungan, jadi aku juga bingung sebenarnya, pertama-tama setelah dia lahir, dia ikut dengan neneknya karena Ayah menganggap bahwa itu bukanlah anaknya. Namun setelah nenek wafat, akhirnya Ejh kembali lagi dengan Ayah dan Ibu waktu SMP dan di situlah awal mula dia bisa melihatku, kelebihannya sangatlah berbeda dengan anak pada umumnya, dia sangat tinggi tingkatannya. Aku tidak bisa menceritakan terlalu jauh akan dia, karena dia juga belum siap dengan kemampuan besarnya. Namun aku percaya bahwa dia bisa mengontrolnya hari demi hari. Aku hanya merindukannya sekarang!" ujar Awan sambil terkekeh mencoba untuk menghibur dirinya sendiri.      

"Woah, apakah suatu hari nanti aku bisa bertemu dengannya?"      

Tanya Albert dengan sumringah.      

"Bisa, aku janji!"     

Jawab Awan menyuguhi janjinya.     

---------------------     

"Itu beneran kamu cerita ke Albert seperti itu?" tanya Ejh secara tiba-tiba.      

"Iya memang kenapa?"      

"Nggak papa aku cuma Speechless saja!"     

"Speechless? Apa itu?" tanyaku bingung     

"Aduh Awan itu bahasa Inggris!"     

Seru Ejh sambil terkekeh.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.