INDIGO

#Hantu Sumber



#Hantu Sumber

0Maksud Bukanlah Sebuah Arah, Namun Sebuah Tujuan     

---------------------     

BRAKKK     

Aku langsung tersentak pada saat mendengar suara itu muncul dari dalam rumah kak Emi.     

Aku langsung memasuki rumah dan menuju ke area dapur.     

Aneh, semua lampu sudah menyala. Dan paling anehnya lagi adalah lampu di kamarnya si Angga juga menyala. Padahal baru saja tadi siang aku bahas bahwa kamarnya Angga ini gak bisa di pasangin lampu. Soalnya Ibuk dan Ayah sudah mengganti banyak kali, tetap saja pasti padam. Yang terakhir belum ada satu jam lampunya padam, hingga akhirnya di biarkan saja tanpa di ganti lampu.     

Dan bingungnya aku bahwa sore ini, kok bisa lampunya menyala sendiri. Sumpah demi apapun aku nggak ada nyalain lampu.     

Hmmm memang kalau udah rumah ada penghuninya ya kayak gini.     

Aku putuskan untuk masuk ke dalam rumah, dan mengecek seisi rumah. Pertama yang aku chek adalah dapur, dimana sini aku melihat sekeliling dan tidak ada apapun yang terjadi atau sosok yang terlihat. Kedua, aku langsung menuju ke arah dimana kamar dari kak Emi, terlihat baik-baik saja tidak ada yang aneh juga.     

Terus yang aneh ini di bagian mananya?     

Suara tadi juga berasal dari mana?     

Ah Tinggal satu kamar lagi yang belum ku check. Ya kamarnya si Angga, aku masuk di kamar yang tak berpintu hanya sebatas kain gorden yang menutupinya.     

Keanehan muncul disini, dimana aku menyadari bahwa lampu yang sudah lama sekali tidak menyala, tiba-tiba ini menyala dengan sangat terang. Dan disinilah juga sosok hitam di pojokkan ranjang Angga ini menampakkan dirinya.     

Dia hitam gelap dan berlendir, aku tidak tahu sosok macam apa ini. Karena aku baru tahu bentuknya juga pertama kali ini. Namun ada yang gak asing dengan sosok ini.     

Aku rasa aku sudah pernah melihat sosok yang sama sebelumnya.     

Namun aku masih lupa dimana itu.     

Dia hanya diam tidak bergerak atau melakukan sesuatu lainnya.     

"Dia Hantu Sumber!"     

Aku langsung menoleh ke Awan pada saat dia sudah berada di sampingku.     

"Hantu Sumber?"     

Tanyaku lagi ku ulangi padanya.     

"Iya, Hantu Sumber adalah hantu yang menjaga sebuah sumber dari mata air murni. Kalau dari penerawanganku disini dahulunya adalah sebuah sumber murni, namun di timbun untuk di jadikan rumah, dia hanya merasa tidak bisa kemana-mana selain di pindahkan. Karena Hantu Sumber bersifat, lebih tenang dan diam hanya menjaga daerah sumber dari mata air yang di tempatinya. Dia ini bisa di bilang masih muda, karena dia akan terus bertumbuh semakin lama semakin besar, dia akan menghilang ketika sumber air yang di tempatinya benar-benar sudah mati dan tidak hidup lagi, maka itu akan berpengaruh dengan hidupnya juga!"     

Jelas Awan dengan detail.     

Aku langsung teringat dengan sebuah kejadian yang sempat aku tulis di Bab yang berjudul (Saluran Air).     

Di bab itu kalau kamu ingat aku juga menceritakan sebuah penunggu sumber, namun bedanya adalah yang kutemui sebelumnya lebih besar empat kali lipat dari yang berdiri di hadapanku.     

"Terus kita apakan ini?" tanyaku langsung to the point.     

"Kita harus pindahkan, karena aku merasa kasihan saja dengannya" jawabnya pelan.     

"Okay bagaimana caranya?"     

"Dengan cara kita mengambil air dari aliran sungai bersih dan kemudian kita memasukkan airnya ke dalam batang bambu yang sudah di potong. Terus kita kembali lagi ke kamar ini untuk menjemput dan membawanya ke rumah barunya!" Jelas Awan.     

Aku hanya mengiyakan apa yang diminta oleh Awan. Aku langsung pergi ke dapur untuk mengambil parang atau pisau besar untuk membelah beberapa bambu di belakang rumah.     

Aku berjalan keluar rumah dengan bermodalkan flashlight ponselku saja.     

"Awan lewat sini!"     

Aku dan Awan menuju ke belakang rumah untuk memotong bambu, karena di belakang rumah kak Emi ini kan masih hutan banget, jadi ya gak salah kalau masih ada tumbuhan lebat di sekitar rumah, terlebih lagi adalah bambu. Orang Jawa sih bilangnya adalah 'Barongan' sebutan bagi sekumpulan pohon bambu rimbun yang tumbuh.     

"Bagian mana yang harus di potong Wan?" tanyaku sambil memilah-milah beberpa batang bambu yang akan aku potong.     

"Ambil yang bagian bawahnya ada dua tunas di samping kanan dan kiri!" jelas Awan yang membuatku bingung.     

Hmm yang mana ini.     

"Yang ini lo!" seru Awan sambil menunjukkan batang yang harus aku potong.     

Sebenarnya memotong bambu malam-malam gini itu gak boleh alias pamali. Karena bisa membangunkan 'Mereka' yang berada disekitar daerah itu.     

Aku tanpa pamrih langsung memotong perlahan bambu yang ditunjuk oleh Awan.     

KRAKKK!!!     

"Siapa!!!"     

Aku langsung melihat kesekelilingku dimana aku mendengar ada suara derap kaki berlari dan menginjak ranting tepat di samping kiriku.     

"Awan siapa itu!?" tanyaku pada Awan yang juga bingung mencari melihat sekeliling.     

"Hmm aku belum melihatnya" jawab Awan...     

KRAKKK!!!     

Aku dan Awan langsung melihat ke arah yang sama, dimana sosok kecil kurus berlari dan kemudian berhenti di balik pohon kelapa. Mirip sekali dengan tengkorak, namun dia berlari begitu cepatnya.     

Aku meminta Awan agar tidak memperdulikannya. Karena sia-sia kalau berurusan dengan hal yang tak perlu di urus.     

Aku berfokus dengan memotong bambu yang berada di depanku.     

Agak sulit namun pasti.     

Bambu yang aku potong pun bukan bambu tua, melainkan bambu muda yang masih agak empuk untuk di potong.     

KRAKKK     

"Eh, kamu kalau ganggu sekali lagi lihat ya, tak ilangin kamu!" Spontan aku langsung mengungkapkan kalimat tersebut, lantaran aku jengkel sekali dengan sosok yang satu ini. Karena sosok ini sukanya jahil dan mengganggu.     

"Udahlah, gak usah di urusin. Yok di bawa masuk ke dalam rumah, setelah itu kita pindahkan ke sumber terdekat!" seru Awan mengajakku.     

Setelah mendapatkan apa yang Awan minta, akhirnya aku dan Awan langsung masuk kembali ke dalam rumah dan segera membereskan apa yang seharusnya di bereskan.     

Aku langsung masuk menuju ke kamar Angga.     

"Terus setelah ini di apakan?" tanyaku bingung.     

"Kamu taruh di sebelahnya, kalau dia sudah mulai menyusut dan masuk ke dalam Batang bambu itu, maka dia bersedia di pindahkan!" jelas Awan.     

Aku berjalan perlahan ke arah sosok hitam ini dan meletakkan batang bambu di pinggiran dari ranjang.     

Namun dia masih diam belum merespon apapun, dia masih diam dan melihati batang bambu yang ada di depannya.     

"Awan ini memangnya berhasil?"     

Tanyaku memastikan...     

"Iya, tunggu aja!"     

Tak lama setelah aku menunggu beberapa menit, sosok itu kemudian menyusutkan dirinya menjadi kecil dan kemudian masuk ke dalam batang bambu yang berada di pinggir ranjang.     

Wow, baru aku lihat pertama kali ini bahwa cara mengunci atau memindahkan makhluk ke dalam sebuah wadah itu seperti ini.     

Setelah dia sudah benar-benar masuk ke dalam Batang bambu itu. Aku langsung mengambilnya dan membawanya keluar dari rumah, dan setelah itu membawanya ke belakang rumah kak Emi. Jadi di sekitar area rerumpunan bambu ini ada sebuah sumber mata air. Jadi tidak perlu terlalu jauh untuk menempatkannya.     

Aku dan Awan langsung menuruni sebuah pijakan tangga yang terbuat dari cangkulan biasa, untuk menuju ke area sumber...     

Untung saja aku bawa ponselku untuk menggunakan mode flashlight, karena ternyata ada sebuah lubang yang agak besar di area sekitar sumber, kalau aku gak hati-hati barusan... Hmm bisa saja aku langsung terperosok masuk ke dalam sana.     

Tapi untungnya tidak.     

Setelah sampai di tempat. Aku menaruh batang bambu ini di area sebelah mancurnya air. Setelah aku taruh, sosok itu langsung keluar dari bambu itu dan langsung menempati dan menyesuaikan diri dengan tempat barunya.     

Terasa plong di hati bisa membatu 'Mereka'     

Dan akhirnya selesai juga.     

-------------------     

Besok waktunya pulang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.