INDIGO

#Rasa Risau (Wentira)



#Rasa Risau (Wentira)

0Disaat kamu merasa bahwa kamu haru pergi, maka ikuti perasaan itu.      

--------------------     

Tunggu apakah ini yang aku lihat adalah sebuah kilasan yang di berikan dari setiap tangga yang aku pijaki ini? Belum juga sampai di paling atas dari bangunan ini, namun yang terlihat begitu jelas dan sangat menakjubkan bagiku.      

Yang aku pikirkan sekarang adalah Apakah aku harus lanjut atau aku berhenti disini dan turun kembali. Aku takut disaat aku nanti sampai di atas sana yang terjadi malah sesuatu hal yang tidak bisa kubayangkan sebelumnya. Namun jikalau aku memutuskan untuk turun kembali ke bawah Apakah Moza masih bersedia untuk mengantarku Kembali ke tempat asalku.      

"Ada apa?" Tanya Moza kepadaku.     

"Ah aku tidak apa-apa!" Jawabku sembari membalikkan tubuhku kembali menghadap ke tangga yang akan ku naiki selanjutnya.     

Rasanya aku benar-benar harus melanjutkan perjalanan ini. Karena seumpama kalau aku berhenti disini, aku masih mengambang dan tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini.      

Aku melanjutkan perjalanan menuju ke atas dari puncak ini dan selalu di setiap perjalanan yang aku tempuh tangga-tangga yang aku pijaki selalu muncul sebuah kiasan memori yang menggangguku sebenarnya.     

Dan sama seperti yang aku bilang sebelumnya bahwa kiasan memori yang aku lihat adalah berupa pembangunan yang terjadi di tempat ini. Saat aku melihat sekeliling Yang pastinya tempat ini begitu sangat megah baru dibangun beberapa bangunan saja sudah terlihat bahwa kota yang kau pijak sekarang ini sangatlah maju.     

Aku tidak pedulikan pemandangan yang aku lihat di kiasan memoriku saat ini. Aku harus tetap fokus dengan perjalanan yang aku tempuh saat ini, Aku berjalan semakin lama semakin cepat menaiki tangga yang aku pijaki sekarang. Kenapa cepat pula aku mah coba untuk menghilangkan semua kiasan memori yang terlihat setiap aku menaiki tangga ini.     

Saat aku mendongak ke atas kembali aku melihat bawah tangga yang aku pijaki kurang beberapa anak tangga saja. Seketika itu dengan cepat pula aku langsung menambah laju ku berjalan untuk menaiki tangga ini.     

"Huh akhirnya aku sampai juga!"     

Aku menghela nafasku pada saat aku sudah sampai di Puncak dari tempat ini. Dimana dari sini aku bisa melihat semua pemandangan yang benar-benar sekarang terjadi, bukan pemandangan sebuah kiasan memori yang aku lihat tadi. Melainkan sekarang yang aku lihat adalah benar-benar kota yang saat ini.      

Aku melihat sekeliling sambil menunggu Moza sampai di atas sini.      

Gila sumpah ini tempat besar banget, kebangetan sumpah besarnya. Karena dari sini semua sisi dari setiap kota bisa terlihat dengan sangat jelas.      

Pandanganku terhenti pada saat melihat sebuah tempat yang sangat besar di bagian bawah lereng tebing dari pegunungan ini.      

Dimana disana ada sebuah tempat seperti layaknya istana yang sangat megah dan besar, tentunya semuanya berwarna kuning keemasan. Dan itu adalah satu-satunya bangunan yang paling besar di antar lainnya yang berdiri di kota ini. Aku memutar pandanganku kembali untuk melihat sekitar dari tempat ini, memastikan bahwa itu adalah satu-satunya tempat yang paling besar yang berada di sini.      

"Wow, astaga memang benar... Jadi tempat apakah itu?" gumamku sendiri sambil memegangi daguku saat melihat lebih jeli ke tempat yang aku sebut sebagai istana itu.      

"Ya itu adalah pusat kota Wentira yang berada di bawah lereng tebing gunung Wara. Dimana disana berdiri dengan kokoh istana dari Sesepuh pemilik kota ini. Dan di sana juga pendidikan untuk militer paling besar di manapun. Dimana di sana bala tentara milik kota Wentira sangatlah banyak sekali. Tidak bisa di sebutkan dengan hitungan!" ujar Moza yang baru datang sambil berjalan perlahan ke arahku.      

Aku hanya bisa memandang Moza dengan tatapan Wow yang saat ini tidak bisa ku kontrol, bahwa aku benar-benar sangat takjub dengan apa yang terjadi saat ini. Karena sungguh-sungguh di luar dugaan.      

"Lantas sebanyak berapakah bala tentara kota Wentira ini?" ujarku penasaran sembari duduk di balkon dari tempat Ini.      

Aku melihat Moza tersenyum tipis sambil mengambil nafasnya dalam-dalam.      

"Pemimpin bendera ini adalah raja yang memiliki 7 panglima perang, yang masing-masing memiliki bala tentara yang sangat banyak. Di mana jikalau bala tentara tersebut dikeluarkan maka lautan Indonesia pun tidak akan cukup menampung keberadaan mereka semuanya. Dan tempat ini adalah pusat paling besar dari populasi kaum kami di dunia yang berbeda dengan dunia Manusia!" jelas Moza dengan secara perlahan.      

Aku langsung terdiam pada saat mendengarkan dengan seksama dengan apa yang di katakan oleh Moza. Karena ucapan yang ia Utarakan sudah cukup membuka mataku kembali bahwa aku berada di kota yang sangatlah besar dan tentunya aku juga harus lebih berhati-hati agar tidak berbuat aneh-aneh di tempat ini, karena kalau tidak, yang jelas aku sudah tahu akibatnya bahwa aku tidak akan bisa kembali dari tempat ini.      

"Moza apakah aku bisa kembali ke duniaku dengan segera?" tiba-tiba aku mengungkapkan hal tersebut pada saat terjadi keheningan sesaat diantara kami berdua.      

Aku tidak tahu apa yang aku pikir kan, namun yang kali ini aku memang benar-benar ingin pulang ke tempat asalku. Karena aku tahu bahwa jikalau aku ingin mengeksplor tempat ini, maka jawabannya adalah "Salah".     

Karena disini aura dan semuanya terlalu kuat, jadi aku benar-benar ragu untuk mengeksplor ataupun mencoba menyusuri tempat ini. Karena lebih baik aku mencegah daripada mengobati. Bukannya aku berpikiran yang aneh-aneh tentang hal ini namun aku harus benar-benar waspada dengan apa yang akan aku lakukan di tempat ini. Termasuk dengan Moza aku juga harus berhati-hati dengannya. Karena tidak sepenuhnya Aku merasa bahwa dia ini benar-benar baik kepadaku.     

Karena tidak semua orang yang berpenampilan baik selalu baik di luar dan di dalamnya. Karena biasanya seperti itu hanyalah sebuah topeng Semata. Kan begini pun aku juga tidak mau berprasangka buruk terhadap Moza karena yang jelas dia adalah orang yang membantuku untuk bisa masuk dan juga keluar dari tempat ini.     

Dia Diam tidak menjawab apa yang aku tanyakan barusan di mana aku menanyakan bahwa aku benar-benar ingin segera pulang ke tempat asal ku namun dia masih terdiam dan kemudian memalingkan wajahnya melihat ke pemandangan luas yang berada di hadapan Kami sekarang.     

"Moza aku tanya sekali lagi kepada kamu, bahwa aku benar-benar ingin kembali ke tempat asalku. Aku tidak tahu entah mengapa aku benar-benar ada sebuah panggilan untuk aku bisa kembali ke tempatku!"     

Ujarku kepada Musa sembari aku mendekat ke arahnya.     

Aku berharap setelah ini dia benar-benar mendengarkan apa yang aku ucapkan. Karena selagi Aku benar-benar memberanikan diri untuk bertanya hal itu kepadanya. Karena rasanya seperti ada sebuah perasaan sungkan di saat mau Bertanya kepadanya. Namun karena aku tidak ingin terpengaruh oleh tempat ini maka aku harus benar-benar membersihkan pikiranku dan memberanikan diri untuk melakukan hal-hal yang ingin aku lakukan yang tentunya bukan negatif.     

Tak lama setelah dia memalingkan wajahnya dariku Dia kemudian berhenti berjalan dan melihat ke arahku.     

"Apakah kamu akan mengantarkan ku sekarang?"     

-------------------     

"Apakah kamu setelah itu benar-benar pergi?" aku berbalik melihat ke arah Awan pada waktu dia bertanya padaku secara tiba-tiba.      

Aku hanya mengangkat bahuku untuk menjawabnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.