Ciuman Pertama Aruna

Smokin \'Hot!



Smokin \'Hot!

0"aku harus jawab apa. Aku memang tidak tahu dari mana aku dapat mata biru. Kalau memang dari ayahku, aku saja belum pernah melihatnya. Bahkan aku tidak tahu siapa dia dan di mana dia"     

Deg     

Jantung seseorang bergetar mendengarkan ungkapan lelaki bermata biru.     

"Itu sebabnya aku disebut malaikat bermata biru, karena aku sering mentraktir mereka". Ada suara tawa geli dari mulut Hendra. Mungkin dia risih sendiri karena akhir-akhir ini sebutan itu kembali menyeruak di media sosial. Lebih tepatnya efek video insta story Kia yang belum juga pudar.     

"jadi maksudmu kamu disebut paras malaikat karena dulu kamu sering membelikan makan teman-teman mu".     

_Ah kebiasaan kita hampir mirip, cuma bedanya aku beliin buat teman-teman Surat Ajaib_ Gumam Aruna.     

"Ya"     

"Bukan sekedar karena wajah tampan mu saja?".      

"ya kurasa begitu".      

"hee.. maksud mu kau punya jiwa yang baik sebenarnya?" Aruna menyengir, karena ada yang berharap ingin dianggap baik.      

"kamu yang bilang ya..". Hendra tersenyum, akhirnya Aruna paham yang dia inginkan. Mata biru bukan sekedar paras malaikat bisa jadi jiwanya juga malaikat.     

"Hehe dasar kau ini.. lalu bagaimana bisa sebutan itu eksis sampai sekarang?". Tanya istrinya lagi.     

"Masa SMA ku sedikit menyebalkan, Yang paling tidak menyenangkan ketika ada salah satu teman SMP ku, yang ternyata juga satu sekolahan dengan ku di SMA elite dan dia mulai memanggil ku dengan sebutan sama.     

Awalnya aku biasa-biasa saja, lama-lama sebutan itu menyebar dan makin menjadi ketika di SMA status ku tidak mungkin disembunyikan.      

Mayoritas keluarga mereka juga kolega DM group. Lebih parah lagi kelompok guru dan yang lainnya memperhatikan ku dengan cara berbeda. SMA tidak ada yang menyenangkan". Mahendra melengkapi penjelasannya.     

"tapi kau menemukan sahabat baik di SMA, pak Surya dan kak Tania temen SMA mu kan?".      

"Ya lumayanlah.. masih ada yang menghibur ku. Surya dan Tania banyak membantu, apalagi Tania dia sering memaki cewek yang memenuhi loker ku dengan kata-kata puitis aneh atau kejutan aneh tiba-tiba." Hendra mengingat dirinya yang sering mendapatkan pernyataan cinta diam-diam.     

_kamu pasti akan baik-baik saja bersama kak Tania_ gumam Aruna mengawali gerakannya mencari tempat yang nyaman pada lengan lelaki bermata biru.     

"Ngomong-ngomong soal ayah. Sepulang dari Bali kita main ke rumah ayah ya.. aku merindukannya. Apalagi kamu, kau pasti sangat rindu rumah dan keluarga mu?". Sekali lagi ungkapan lelaki bermata biru mampu menggetarkan dada seorang gadis.      

"Bagaimana kalau kita istirahat dulu nanti kita bahas lagi". Dan gadis itu mengalihkan pembicaraan. Dia mulai pandai mencari celah ketika tidak bisa membuat jawaban.     

***     

Hendra memarkirkan mobil Jeep.     

Sang perempuan langsung terpukau. Bagaimana tidak dia disuguhkan tempat berjelajah. Jalanan menuju pantai yang disebutkan Hendra adalah jalanan yang tak mungkin dilalui mobil. Jadi ini namanya berjelajah di alam, Aruna makin senang.      

"cewek aneh senyam-senyum". Gurau Hendra mengganggu Aruna yang masih terpana dan lelaki itu melenggang lebih dulu memimpin perjalanan mereka menyusuri jalan setapak menuju sebuah tempat yang konon pecahan surga tertinggal di muka bumi.     

Pantai Gunung Payung adalah di desa Kutuh, Kec. Kuta Selatan, Badung. Berada satu wilayah dengan pantai Pandawa yang lebih dulu populer, tepatnya sekitar 4.5 kilometer sebelah Timur pantai Pandawa.      

Tadi Hendra melakukan perjalanan dari arah Barat, dari pertigaan menuju ke pantai Pandawa ada petunjuk lurus menuju Pura Gunung Payung, setelah tiba di persimpangan, belok kanan menuju lokasi pura Gunung Payung.     

Dan mobil Jeep mereka  terparkir di kawasan parkir pura, dari sinilah keduanya mulai menapaki perjalanan kaki menuju lokasi, nama pantai sendiri diambil dari nama pura yang ada di kawasan tersebut yaitu pura Gunung Payung.     

Aruna segera berlari membuntuti Hendra yang berjalan lebih cepat.      

"Mengapa kau sebut aku cewek aneh? padahal kau yang lebih aneh?". Aruna protes.      

"karena hal-hal yang kau sukai terlalu berbeda, tidak seperti cewek pada umumnya". Jawab Hendra.      

"Apa salahnya dengan tidak suka make up, pergi ke spa, pakai high heels. Tidak ada salahnya kan kita punya selera berbeda?" Perjalanan mereka diisi perbincangan hangat tentang perilaku unik masing-masing.      

"kau lebih aneh! Kau suka menggunakan baju dengan style yang sama, bahkan jasmu yang berwarna biru jumlahnya banyak sekali dan hanya beda kepekatan saja biru muda sampai biru pekat. Itu lebih aneh" Aruna menimpali hinaan Hendra.      

"Itu kebutuhanku! secara logika aku membutuhkannya untuk tampil di publik, untuk tampak sempurna di depan karyawan". Sang pria membela diri.     

"masalahnya kau juga mengatur apa yang aku pakai Hendra, semuanya midi dress. Lengan panjang, lengan pendek, tanpa lengan, sepertiga lengan. Pita samping, pita tengah, pita belakang. Tapi midi dress semuanya". Ada desahan nafas lelah membayangkan semua baju yang terjejer di ruang baju kamar mereka.     

"itu lebih baik dari pada kaos oblong kelonggaran, celana jeans dan aksesoris aneh di tanganmu".      

"sayang sekali itu yang ku sukai, aku bisa melompat, bisa berlari. Apakah orang yang mendampingi mu harus punya selera yang sama denganmu?" Pertanyaan dilempar Aruna dengan jengkel.      

"Baiklah aku akan belajar lagi menerima dirimu apa adanya, just the way you are sayang" dia terkekeh menggoda Aruna.      

"Idih.. kau membuatku merinding saja" balas Aruna makin jengkel.      

"Maka dari itu beri aku kesempatan memahami mu, jangan menutup diri terus menerus. Bagaimanapun juga aku adalah suamimu, berikan kepercayaanmu sedikit saja. Aku pasti akan usahakan yang terbaik untuk mu". Hendra memegang tangan Aruna karena mereka mulai menaiki tangga. Ada sekitar 300 tangga yang perlu mereka tempuh untuk sampai di pantai gunung payung.      

Aruna tidak menjawab ataupun menanggapi pernyataan Hendra, dia lebih suka mengalihkan pembicaraan : "apa tangganya sangat panjang? membayangkannya saja sudah terasa lelah".      

Mata biru hanya tersenyum melihat caranya menutup diri lagi dan lagi, dia tahu dia sedang diabaikan.     

.     

.     

Setelah melewati jalan bebatuan alami dan berkelok-kelok serta harus menuruni ratusan anak tangga. Aruna Hendra mulai mendekati suara ombak, sepanjang perjalanan mata coklat di buat takjub, dia dimanjakan dengan pemandangan eksotis Pantai Gunung Payung yang menghadap langsung ke Samudra Hindia.     

"Hen.. Ya tuhan.. ini indah sekali seperti paras mu" Si perempuan akhirnya keceplosan.      

"Jadi aku memang indah ya.. smokin 'hot!". Hendra menggunakan kalimat formal. Hiperbola lebih mendalam dari pada handsome.      

"ya terserah kamu.. hee..". Aruna malu sendiri, wajahnya merona kemerahan.      

"Coba kamu tunjukkan aura merah mu yang menggemaskan itu, akan ku ceritakan pada semua orang dimataku istriku : Her striking beauty captivate my heart!". Seru Hendra berhenti sejenak menatap indahnya panorama pantai gunung payung, mereka telah sampai di padang rerumputan yang tak kalah indah.      

Her striking beauty captivate my heart (Kecantikannya yang menawan memikat hatiku) sebuah ungkapan hiperbola dari kata Stunning digunakan untuk memberikan pujian dengan kesan 'terkesima'. Lebih spesial dari kata beauty, cute, pretty dan segala hal dari bentuk kekaguman.      

"Hen.. kita berhenti sejenak.. aku ingin menikmati ini". Pinta Aruna.      

"Kamu mau minum". Sang pria yang mendapati peluh di wajah istrinya menyodorkan air mineral.      

"Boleh". Aruna meraihnya.     

"Eis' Aku dulu". Baru saja sampai di tangan istrinya, dia raih lagi dan segera diminum terlebih dahulu.      

"Dasar! Jahil deh kamu" Aruna mendekatinya. Ada sebuah rasa yang ditakutkan akan segera hilang dari hidupnya. Hendra yang jahil bisa jadi akan dia rindukan.      

Dan gadis ini segera mendekapnya. Memeluk lelaki yang dulu terlegitimasi sebagai manusia bermulut tajam, angkuh, kaku dan semaunya sendiri. Ternyata kini semua mulai berubah, entah ke mana itu, dia menjelma menjadi seorang suami jahil dan cenderung hangat, sayang posesifnya tidak pernah berkurang.     

Pelukan ini sesungguhnya sebuah tanda bahwa dia mulai ragu terhadap perasaannya sendiri. Perasaan menolak kenyataan cucu Wiryo perlahan mengisi hati Putri Lesmana.      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.