Jodoh Tak Pernah Salah

Part 359 ~ Hukuman Zico ( 3 )



Part 359 ~ Hukuman Zico ( 3 )

1G mempermainkan kemaluan Zico. Menarik dan melepaskannya. Pria itu menjerit-jerit dan meronta-ronta. Kemaluannya sudah panas dan perih karena diberi balsem. G pun mempermainkan kemaluannya. Seakan tak pernah puas menganiayanya     

"Inikah yang digunakan untuk memperkosa? Burung kakak tua hinggap di jendela." G bernyanyi sumbang.     

"Burung kakak tua yang nakal seenaknya saja merobek keperawanan gadis," lirih G dingin menyentil kemaluan Zico. Jeritan, pekikan dan lolongan Zico membuat siapa saja yang mendengarnya iba. Malam ini seorang pemerkosa mendapatkan hukuman atas perbuatannya.     

Zico mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dan sangat terhina. Pada malam ini G telah menistakan dan menghina kehormatannya. Zico lebih baik dibunuh daripada diperlakukan seperti ini.     

"Jika kau bisa orgasme setelah aku beri balsem maka kau akan aku lepaskan." G tertawa bahagia. Tak ada rasa kasihan pada Zico. Hari ini dia merasa menang terhadap Arzico Aditia.     

Penderitaan Zico tak berakhir sampai disana. G dan orang-orangnya menyeretnya bak seorang anjing. Dia dibentak-bentak, dimaki dan di sumpah serapah dengan kata-kata yang kotor. Zico dianggap seperti makhluk yang paling menjijikan dan kotor di atas bumi.     

Zico menahan perih di kemaluannya dan juga menahan sakit di seluruh tubuhnya. Orang-orang itu tak henti-hentinya melakukan penganiayaan. Mereka menginterogasinya bak seorang tahanan di dalam penjara.     

Risiko menjadi bulan-bulanan. Zico tak hanya dilukai secara fisik juga dilukai dengan hinaan dan makian. Sekujur tubuhnya telah remuk karena perlakuan G. Setelah puas memberikan balsem di kemaluan Zico, Mike memakaikan celananya.     

"Bagaimana hadiah dariku Zico? Apakah kau suka? Indah sekali bukan kejutan dariku? Kau pasti bahagia." Seringai G mengulas senyum.     

"Kau tidak pernah hidup di dalam penjara setelah melakukan kejahatan. Sehari saja aku menganiayamu sepertinya sudah cukup. Ini lebih layak untuk untukmu daripada menderita selama lima belas tahun di dalam penjara. Penganiayaan hari ini tidak sebanding dengan derita para anak buahmu yang kau paksa untuk mengaku sebagai pelaku pemerkosaan. Inilah yang mereka dapatkan di penjara." G mencengkram dagu Zico seraya tertawa terbahak-bahak diikuti oleh ketiga anak buahnya.     

Mereka malah bahagia dan tertawa melihat penderitaan Zico. Tak ada rasa iba atau pun simpati. Mereka merasa apa yang mereka lakukan pada Zico sudah pantas. seorang pemerkosa harus diberi pelajaran agar mereka tidak berani lagi melakukan pemerkosaan pada wanita.     

Wanita memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama, bahkan nabi pernah mengatakan siapakah yang dimuliakan? Nabi menyebutkan Ibu sebanyak tiga kali. Bagaimana kita sebagai laki-laki tega menyakiti seorang wanita yang telah melahirkan manusia ke atas dunia?     

Zico pun pasrah dengan keadaannya. Apapun jalannya, kematian tetap akan terjadi. Allah telah menggariskan bagaimana seseorang akan mati. Apakah dengan cara sakit, dibunuh atau kecelakaan.     

Zico merasa menyesal telah memohon pada G untuk melepaskannya. Tak ada gunanya bersikap lemah dan takut menghadapi ujian kematian. Bagaimanapun Zico mengambil hikmahnya bahwa ini memang harus ia terima sebagai hukuman telah lari dari tanggung jawab lima belas tahun yang lalu. Zico tidak bisa terima hukuman ini karena yang melakukannya bukan penegak hukum tapi G. Pria itu pun tak pantas memberikannya hukuman.     

"Satu hal yang kau tahu Zico. Seorang pemerkosa itu nasibnya sangat mengenaskan. Tak hanya mendapat perlakuan yang diskriminatif dari para napi, bahkan dia namanya dilaknat oleh semua orang. Namamu telah dilaknat oleh Dian. Kau tidak pernah bahagia dengan pernikahanmu, bahkan kau tidak punya anak dengan istrimu. Hukum tabur tuai telah terjadi. Jika hukum negara tak bisa ditegakkan hukum rimba akan berlaku," lanjut G merunduk mendekati Zico.     

"Yang berhak menghukumku hanya hanyalah Tuhan, bukanlah sesama manusia. Aku pun tidak takut dengan caci makimu. Sebagai hamba Tuhan yang taat dan telah bertaubat aku meyakini apa yang telah yang telah ditakdirkan Tuhan untukku. Kau tahu apa yang aku rasakan sekarang? Aku tidak pernah menyesal memperkosa Dian. Aku malah mensyukuri pemerkosaan itu terjadi," ucap Zico dengan mata berapi-api suaranya terdengar parau dan pelan.     

"Apa kau bilang?" G tak terima dengan ucapan frontal Zico. Seenaknya saja dia bicara tidak menyesal memperkosa dia.     

"Berikan aku satu alasan! Kenapa kau tidak pernah menyesal dan malah mensyukuri telah memperkosanya? Kau tidak sadar telah menghancurkan masa depan seorang gadis?" Tanya G lagi.     

"Setidaknya pemerkosaan yang aku lakukan pada Dian telah membuktikan bahwa aku bukan pria mandul. Dian telah memberikan aku anak. Anak yang dilahirkan Dian telah membuktikan, jika anak dari seorang pemerkosa belum tentu akan menjadi seorang pemerkosa seperti ayahnya, malah dia akan menjadi salah satu pemimpin terbaik di dunia. Kau tahu putraku Alvin adalah anak yang sholeh, taat dengan agama dan seorang hafiz Quran. Kau tahu apa kedudukannya dalam agama? Anak yang hafal Quran akan membawa orang tuanya ke surga dan aku bangga punya anak seperti Alvin puas?"     

"Kau terlalu banyak bicara Zico. Aku muak mendengar ucapanmu. Kau jangan sok-sok untuk menjadi ustad. Aku tidak mau mendengarkan ceramahmu."     

"Aku tidak menceramahimu. Aku hanya mengatakan kenyataan. Aku memiliki anak yang soleh anak, rajin sholat, hafiz Quran dan juga santun pada kedua orang tua. Tak ada yang lebih membahagiakan kedua orang tua memiliki anak sholeh seperti Alvin."     

"Dasar anak anjing. Berani sekali kau bicara seperti itu. Kau manusia penuh dosa Zico." G mengumpat panjang, giginya bergemeletuk seperti monster ingin menelan Zico. Ia melayangkan tangannya ke wajah Zico dan menendangnya hingga pria itu terhempas.     

G sudah kalap. Dia udah puas menganiaya Zico. Dia bisa melihat bagaimana pria itu merasa terhina dan dicabik-cabik harga dirinya. G mengambil pisau lipat dari saku celananya, dengan satu tusukan kuat dia menusuk perut Zico.     

Zico memegangi perut bekas luka tusukan. Matanya membelalak kaget mendapatkan serangan tiba-tiba. Badannya gemetar dan dingin. Matanya berkunang-kunang seolah melihat malaikat maut sedang menjemputnya. Zico tersenyum melihat bayangan Alvin. Zico tersenyum lalu menutup mata dan ambruk ke lantai.     

"Akhirnya kau mati juga," ucap G menyeret tubuh Zico.     

"Ikat tangan dan kakinya. Buang dia ke laut!" Titah G dingin dengan wajah hitam.     

Ketiga anak buah Zico melaksanakan perintah dari sang bos. Mereka mengikat tangan dan kedua kaki Zico. Tubuh Zico pucat dan dingin. Tanpa perasaan mereka menyeret tubuh Zico bak binatang. Tempat ini dekat dengan laut. Mereka melempar tubuh Zico ke laut.     

Setelah melakukan itu G dan orang-orangnya pergi meninggalkan Zico. Tak ada yang mempedulikan nasib Zico. Bagi mereka Zico hanya seonggok daging busuk yang harus dibuang.     

Tanpa mereka ketahui seseorang sedari tadi telah menyaksikan apa yang mereka lakukan. Memastikan semuanya telah aman. Orang itu pun melompat ke laut dan mencari Zico.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.