Jodoh Tak Pernah Salah

Part 358 ~ Hukuman Zico ( 2 )



Part 358 ~ Hukuman Zico ( 2 )

2Zico mulai menendang G hingga pria itu tersungkur. Farel, Arif dan dan Mike ikut menghajar Zico namun pria itu melarangnya.     

"Biarkan aku sendiri yang melawannya. Jika kalian ikut campur maka bajingan itu akan menertawakanku. Dia akan mengatakan aku hello kitty. Aku akan buktikan jika aku bukan hello kitty, tapi aku seorang hero yang sebenarnya. Seorang hero tidak akan pernah memperkosa perempuan, apalagi perempuan di bawah umur," balas G menohok menatap garang pada Zico.     

"Kau jangan menjugde aku seperti itu. Kau tidak tahu apa yang terjadi pada aku di masa lalu. Itu telah terjadi lima belas tahun yang lalu dan aku bukanlah orang yang sama dengan yang dulu. Jadi G kau jangan merasa sok suci. Kau pun tak lebih baik dariku lepaskan Jika. Menebarkan benih tiap malam dengan wanita yang berbeda. Jika aku lolos dari sini dan aku masih hidup. Aku bersumpah akan menghantui hidupmu sampai mati. Sampai kau tak bisa bernafas lagi. Akan aku buktikan sumpahku," ujar Zico berteriak lantang.     

"Mau mati saja kau banyak bicara. Seharusnya kau berdoa agar matimu tidak terasa menyakitkan. Jangan ceramah disini. Telingaku sakit. Sumpahmu itu tidak akan membuat aku gentar sedikit pun. Kau tidak akan bisa hidup keluar dari tempat ini."     

Zico menyunggingkan senyumnya. Hanya itu kelas G, baru saja dipancing sedikit amarah G sudah memuncak.     

"Satu hal yang perlu kau ketahui. Benci dan cinta itu beda tipis. Mungkin kau pernah membaca sebuah novel. Seorang pemerkosa akhirnya menikahi korban pemerkosaannya. Pria itu tobat, punya anak dan bahagia selamanya. Mungkin kisah itu akan terjadi kepadaku. Bagaimana menurutmu G?" Zico tertawa terbahak-bahak kembali memanipulasi dan memancing amarah G.     

"Kau jangan berani bermimpi Zico. Sebelum kau bermimpi, aku telah mengubur mimpimu dalam-dalam. Tak akan kubiarkan kau bersama dengan Dian. Aku akan membunuhmu. Tapi jika aku membunuhmu tanpa menyiksamu terlebih dahulu tentu nggak seru dan terkesan monoton. Kau harus mendapatkan kado manis sebelum kematian menjemputmu. Arif," panggil G pada salah satu anak buahnya.     

"Tadi aku dengar. Kau berkata narapidana kasus pemerkosaan adalah napi dengan kasta yang paling rendah di dalam penjara. Menurut kalian hukuman apa yang pantas untuk Zico?" G bertanya kepada para anak buahnya     

"Jika bos benar-benar ingin hukum dia, bagaimana kita praktekkan seperti yang ada di penjara?" Arif tersenyum evil melihat Zico. Pria itu ikut geram karena mengetahui Zico memperkosa gadis di bawah umur.     

"Sebaiknya aku akan mencari balsem bos," lanjut Arif menyeringai.     

"Untuk apa?"     

"Nanti bos akan tahu. Tenanglah bos. Sepertinya bermain-main dengan pelaku pemerkosaan sangatlah menyenangkan bos. Apa perlu kita sambil goyang tiktok untuk menghiburnya bos? Dia harus menikmati kematiannya bos. Baiklah aku tinggal sebentar ya bos," kata Arif meninggalkan teman-temannya mencari balsem.     

Tubuh dan bibir Zico menggigil serta gemetar mendengar ucapan Arif. Seandainya mereka melakukan apa yang dia katakan Arif, maka itu hukuman yang paling berat yang harus diterima Zico.     

Zico berpikir bagaimana caranya untuk kabur dari sini. Matanya memendar melihat sekeliling. Tak ada jalan keluar selain pintu di belakang G berdiri. Zico tak diberi ruang gerak untuk kabur. Zico berkutat dengan pikirannya, memikirkan bagaimana kabur dari sana. Pria itu tak bisa membayangkan jika mereka akan melumuri kemaluannya dengan balsem. Panas, nyeri, ngilu dan sakit. Membayangkannya saja Zico sangat takut.     

Tak lama kemudian Arif pun kembali. Pria itu membeli balsem. Kadar panas balsem ia beli yang sangat tinggi.     

"Pegang dia!" Titah G pada Farel dan Arif.     

Zico pun berlari menghindar, namun kedua pria itu bisa menangkapnya. G menyandarkan Zico ke dinding.     

"Kamu tahu permainan apa yang seru buat aku?" Tanya G seraya menunjukkan balsem. Pria itu membuka tutup balsem.     

"Mike, lepaskan celana Zico! Aku ingin memberi pelajaran pada adik kecilnya yang telah nakal, memperkosa gadis yang aku cintai hingga melahirkan seorang anak!"     

"Jangan." Zico geleng-geleng kepala.     

"Jangan lakukan itu!" Zico tidak rela jika alat vitalnya di balsam. Rasanya sangat sakit dan pedih. Alat vital hal yang sangat penting bagi laki-laki, Zico lebih rela jika mereka memukul wajah dan bagian tubuhnya yang lain, asal tidak kemaluannya.     

Zico memberontak tapi tetap saja kalah. Mike berhasil melepaskan celananya bahkan celana dalamnya juga diturunkan. G memandang kemaluan Zico.     

"Kau tahu hukuman di Arab Saudi bagaimana? Jika seorang pencuri maka yang dipotong adalah tangannya. Jika seorang pemerkosa kau tahu apakah harus dipotong?" G menunjukkan senyuman misterius.     

"Karena ini yang yang kau pakai untuk memperkosa gadisku," ucap G seraya menunjuk alat vital Zico.     

"Maka dialah yang harus dihukum!"     

"Jangan. Jangan lakukan itu padaku. Aku mohon, kau boleh melakukan apa saja padaku tapi jangan kemaluanku. Aku lebih baik dibunuh!" Zico memberikan pilihan untuk G. Tak sudi dan tak rela diperlakukan seperti itu.     

"Kenapa kau begitu takut? Aku belum melakukan apa-apa. Seorang Zico tidak pernah takut dengan apapun. Dia akan selalu menjadi serigala baik di hutan maupun di kota. Kenapa sekarang nyalimu ciut?" G balik mencibir.     

"Kau laki-laki pasti kau akan tahu betapa pentingnya alat vital bagi seorang pria. Harga diri seorang pria akan hilang jika alat vitalnya bermasalah." Zico menjelaskan dengan suara yang mulai serak.     

"Bukankah alat vital itu yang kamu gunakan untuk memperkosa? Wajar jika aku mau menghukumnya." G tertawa.     

"Kau tak berhak menghukumku! Yang berhak menghukumku adalah Dian bukan kau!"     

"Anggap saja aku mewakili calon istriku. Kau tadi pernah bilang kalau aku tidak akan mengotori tangan Dian. Biarkan saja tanganku yang kotor. Berani kotor itu baik," balas G dengan tenang. Sikap tenang G malah merisaukan Zico.     

"Please jangan lakukan itu padaku. Aku mohon." Terpaksa Zico memohon pada G untuk pertama kalinya.     

"Kalian dengar? Pria semua ini memohon padaku. Selama aku hidup di atas dunia ini baru kali ini aku mendengarnya memohon dan merintih kepadaku." G menopang dagu.     

"Terlihat sangat menyenangkan melihat orang sombong seperti dia akhirnya memohon padaku untuk dikasihani. Aku seperti menang lotre dan aku bahagia." Tawa G memecah keheningan malam sebuah gudang tua yang sangat angker.     

"Masih ingat dengan penawaranku? Jika kau mau meninggalkan Dian dan Alvin maka aku akan melepaskanmu. Aku tidak akan menghukum adik kecilmu. Bagaimana?" G tertawa licik.     

"Sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkan anakku. Alvin adalah putraku satu-satunya. Dialah pewaris dari semua bisnis dan hartaku. Aku tidak akan meninggalkan anakku demi apapun. Sudah cukup aku meninggalkannya selama empat belas tahun. Sekarang adalah waktuku untuk menebus rasa bersalah pada dia dan juga ibunya."     

"Jika memang itu pilihanmu maka tidak ada lagi negosiasi di antara kita. Baiklah kau rasakan ini," ucap G membalurkan balsem pada kejantanan Zico.     

Laki-laki itu telah berusaha memberontak, menendang wajah G tapi semakin dia memberontak cengkraman di tangannya semakin kuat. Zico kembali berusaha menendang namun terhalang. Reaksi balsemnya muncul. Kemaluannya kepanasan dan perih. G berhasil menepis tendangan Zico. Pada akhirnya Zico didudukkan di lantai dengan tangan dan kaki yang dipegang oleh anak buah G. Pria itu tidak berkutik. G membalurkan seluruh balsam di kemaluan Zico. Sakitnya sangat perih dan panas. Zico meronta-ronta bak seorang gadis. Kemaluannya terasa kebas akibat terlalu perih.     

G mempermainkan kemaluan Zico. Menarik dan melepaskannya. Pria itu menjerit-jerit dan meronta-ronta. Kemaluannya sudah panas dan perih karena diberi balsam. G pun mempermainkan kemaluannya. Seakan tak pernah puas menganiayanya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.