Cinta seorang gadis psycopath(21+)

GAGAL ROMANTIS



GAGAL ROMANTIS

3"Kita jaln, yuk!" ajak Andra sambil memeluk Chaliya yang berada dalam pangkuannya, saat tante Thassane tidak bersama mereka.     

"Mau jalan ke mana?"     

"Ke mana saja terserah. Yang penting kamu senang, bagaimana?"     

Gadis itu menoleh ke belakang, memandang Andra yang memeluknya dari belakang. "Baiklah!"     

"Ya sudah, sana kamu bersiaplah!" ujar Andra.     

"lalu, bagaimana dengan kamu? Apa kau yakin mau jalan sama cewek secantik ini dengan hanya memakai pakaian itu? Pakaian yang sudah kau pakai sejak pagi tadi? Tidakkah kau ingin mandi dulu dan mengganti pakaian?"     

"Oh, iya. Aku bahkan sampai lupa dan tidak sadar."     

"Mandilah, ada beberapa outfitmu yang ada di sini," ucap Chaliya mempersilhkan tamunya.     

Karena sudah mendapat izin, Andra mengajak Chaliya makan di sebuah café remang-remang.     

"Kamu mau makan apa? Apakah kau masih tidak suka memakan daging?" tanya Andra sambil membuka daftar menu di tangannya.     

"Kata siapa? Tapi, karena tadi siang aku sudah makan stick sama teman-teman, sekarang aku ingin makan lopster saja," jawab Chaliya.     

"Pilihan yang tepat, ini ada beberapa hidangan loupster. Kamu pilih saja yang mana, biar aku yang tuliskan."     

"Embh, yang mana, ya? kamu pilihkan saja deh buat aku."     

Usai makan malam, Andra memberi isyarat pada pelayan. Tentu saja, itu bisa dibaca oleh Chaliya. Gadis itu melihat sosok pelayan pria yang datang dengan sebuah cake in jar yang sangat cantik ke mejanya. Kemudian, memberikannya pada Andra.     

"Terimakasih, ya?" ucap Andra. Pelayan itu mengangguk kemudian pergi meninggalkan meja mereka.     

"Cuma satu saja?" tanya gadis itu sambil menatap curiga kea rah Andra.     

"Ya, ini untuk kamu. Makanlah untuk pencuci mulut. Apa perlu aku menyuapimu?" ucap Andra sambil memberikan cake itu pada Chaliya.     

"Just for me?" tanya gadis itu, sambil tersenyum dan menatap curiga.     

"Yeah!"     

"Apakah kau tidak mau?"     

"Kusus untukmu saja. apakah perlu aku menyuapinya?" ujar Andra.     

"Tidak usah. Aku bisa memakannya sendiri," jawab Chaliya cepat. Lagian, mau curgia bagaimana, Andra sudah terbukti mencintai dia apa adanya. Tidak mungkin kan menaruh racun di dalam cake ini.     

Chaliya mulai menyendoknya, kemudian memasukkan ke dalam mulut. Rasanya enak, lembut dan legit. 'Ah, aku pikir apa. Ternyata red velvet. Enak sekali,' batin Chaliya sambil terus memakan sendok demi sendok.     

Sedangkan Andra terus menatap Chaliya yang menikmati red velvet yang dia pesan kusus secara special untuk gadis di depannya hingga nyaris tak berkedip.     

Sadar diperhatikan, Chaliya menghentikan aktifitasnya. Kemudian menawari sesendok untuk Andra baranglai ia ingin mencicipi seperti apa rasanya. "Apakah kau mencobanya? Ini enak banget, loh!" ucap Chaliya dengan menyodorkan sesendok red velevet ke depan.     

Awalnya Andra ingin memakannya. Tapi, karena cake itu sudah sampai setengah, ia takut, kalau dalam sendok itu terdapat benda yang memang sengaja ia taruh ke dalam sana dengan bantuan pelayan. Jadi, dengan halus dia menolanya. "Sudah, kamu makan saja, nampaknya kamu sangat menyukai itu. nanti, jika kau sudah tak habis, biar aku yang habiskan," jawabnya, agar tidak curiga.     

"Baik. Kau tahu kalau aku memang suka," jawab Chaliya kian lahap saja.     

Andra terus memandang dengan tatapan was-was. Kue sudah lebih dari setengah di makan oleh Chaliya. Tapi, kenapa cincin itu masih belum nampak, yang ia takutkan, sampai gadis di hadapannya itu bosan dan kenyang, tapi cincin itu juga tak kunjung muncul karena metakkannya terlalu dalam, atau bahkan di bagian paling bawah. Ah, sial jika memang itu sampai terjadi, yang ada, malam ini aalah gagal romantis.     

Beberapa suap kemudian Chaliya tiba-tiba terbatuk-batuk, sontak hal itu membuat Andra yang sedikit melamun dan was-was juga terkejut dan bangkit dari duduknya beranjak berdiri di belakang Chaliya sambil menepuk-nepuk punggung gadis itu.     

Chaloya terbatuk-batuk sambil kedua tangannya memegangi lehernya. Dari dalam tenggorokannya ia seperti orang yang tengah berjuang keras mengeluarkan sesuatu dari dalam kerongkongannya sampai wajahnya memerah.     

Andra kian panik. Ia takut jika sesuatu terjadi pada gadis itu. tapi, untuk menebaknya ia takut, bukan takut salah. Taku, jika tebakannya benar. Rupanya, insiden itu tidak hanya membuat panik Andra saja. tapi, beberapa pelayan restoran yang kebetulan ikut melihat mereka berdua dari jauh juga tak kalah panik. Mereka berlari mendekati Chaliya tapi sama-sama tidak melakukan apapun. Mereka juga panik dan bingung. Apa yang harus di lakukan untuk menolong Chaliya tidak tahu. Sebab, memberi Air bukanlah solusi yang tepat.     

Terakhir, Chaliya seperti sangat berjuang keras, dan ia pun berhasil mengeluarkan benda itu yang melompat dari mulutnya, kemudian menyebabkan bunyi nyaring khas logam yang jatuh di lantai lalu benda itu pun menggelinding. Chaliya memperhatikan bend aitu, dari sedikit cahaya yang menyorot, berhasil membuat bend aitu memancarkan bias cahaya yang indah.     

Semua orang diam dan membisu. Begitu juga dengan Andra yang berdiri di belakang Chaliya. Gadis itu sempat menoleh ke belakang. Nampak olehnya Andra yang merasa kacau, takut sekaligus merasa bersalah menampol wajahnya sendiri, seolah ia sedang mengutuk dirinya sendiri. Sejak saat itu, Chaliya baru menyadari, kalau ia dan Andra adalah satu-satunya pengunjung yang datang di tempat mewah tersebut.     

Chaliya beranjak, mengambil benda logam itu dan memandangnya. Kemudian, ia beranjak mendekati Andra yang wajahnya tiba-tiba memucat karena takut.     

"Apa, ini? Cincin?" ucap gadis itu sambil mendekatkan sebuah cincin berlian tepat di depan muka Andra.     

Andra terdiam. Ia tidak berani menjawab karena benar-benar merasa bersalah.     

"bagaimana bisa kau menaruhnya ke dalam jar itu? Bagaimana jika aku tak berhasil mengeluarkan ini? Aku bisa-bisa dioprasi karena menelan cincin berlian, Ndra," ucap Chaliya dengan serius. Itu cukup menakutkan bagi pria itu, dan para pelayan tentunya. meskipun gadis itu tidak menunjukkan kemarahannya sama sekali.     

"Maafkan aku, aku salah," ucap Andra menunduduk.     

"ya, di maafkan. Apakah kau diam-diam bekerja sama dengan mereka?" ucap Chaliya sambil memandang ke arah beberapa pelayan restaurant yang bediri berjajar menyaksikan Chaliya saat hampir tertelan cincin yang cukup besar itu.     

"Ma… maafkan kami, Nona," jawab mereka tak kalah takut.     

"Iya. Maafkan aku, ya? mereka tidak salah kok. Jadi, kamu jangan marah pada mereka, marah saja sama aku, oke?" jawab Andra dengan cepat. Karena, ini semua murni adalah salah dia, bukan mereka yang hanya melakukan apapun yang ia minta demi sebuah tips.     

"Apa maksud kamu memasukkan benda seperti ini ke dalam makanan? Tolong kamu jelaskan dan beri alasan yang tepat," ucap Chaliya masih dengan mimic yang sama. Serius dan tidak tersenyum sama sekali.     

"Aku… aku sebenarnya bermaksu… anu… " jawab Andra tiba-tiba saja tergagap. Dari pelipisnya juga mengucur keringat dingin.     

"Anu apa, Ndra?" timpal Chaliya tak sabar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.