Cinta seorang gadis psycopath(21+)

NYONYA BOS



NYONYA BOS

1Chaliya berjalan dengan sedikit terburu-buru setelah turun dari angkot. Entah, dia makan apa kemarin. Tiba-tiba saat ia sudah siap dan mau berangkat, mendadak perutnya mules saja sampai dua kali. Jadi, dia berangkat sampai mepet waktunya. Tapi, siapa sangka, saat ia hendak masuk ke gerbang perusahaan seorang wanita menarik lengannya dan membawanya agak jauh dari perusahaan yang kiranya tidak terjangkau oleh cctv.     

"Siapa kau sebenarnya, hah?" tanyanya dengan ketus.     

"Aku? Kau masih menanyakan hal yang sama saja, Nyonya BOS. Aku adalah Chaliya. Tapi, sebenarnya ya Alea. Mau apa kau? Menyelidikiku? Tak perlu repot-repot, atau mengandalkan suamimu yang seorang Intelijen tingkat tinggi," jawab gadis itu sambil tertawa miring.     

Hal itu membuat Wulan kian kaget saja. karena, selama ini, identitas suaminya saat dirahasikan. Dia, hanyalah seorang Maxmiliam sebagai pengusaha muda yang sukses. Di kalangan keluarga, dipanggil Axel, sebagai pewaris tunggal keluarga Jaya Wijaya. Namun, di kalangan anggota Intel, dia memiliki panggilan lain, dan hanya dia, dan ibunya saja yang tahu.     

"Aku tahu, siapa itu sosok Axel Maxmiliam, atau akrab di sapa sebagai Wiliam saat melakukan misi rahasia. Seorang play boy itu. kamu peringatkan saja dulu. Jika mau menyelidiku, jangan dengan cara yang sama, atau, akan kubuat dia tak bisa kehilangan aku, dan malah tetap memilihku dari pada kau yang memang sudah sejak awal dijodohkan untuknya," ucap Chaliya dengan suara Alea sambil terkikik.     

"Heh, kau gadis jadi-jadian, kau ini tidak natural, kan? Kau hanya mengandalkan oprasi saja!" ucap Wulan dengan emosi tertahan.     

"Oh, kau benar. Memang aku mengandalkan semua uang yang kumiliki untuk merubah penampilanku. Bagaiman? Cantik, bukan? Maaf, aku akan terlambat jika meladenimu terus," ucap Chaliya sambil melangkah meningalkan Wulan. Tap, beberapa langkah kemudian, ia menghentikan langkahnya, dan berbalik arah lagi, memegang Pundak Wulan lalu berbisik, "By the way, suamimu sangat gagah. Aku suka dia. Jika ada kesempatan lagi, aku tak akan ragu-ragu memberikan perawanku padanya, agar dia tahu rasa dan memilih."     

Mendengar itu, kepala Wulan terasa mendidih saja. ia berbalik arah dan berteriak, "Dasar, wanita jalang!" tubuhnya bergetar karena merasasangat emosi dan tak dapat disalurkan. Sementara Chaliya, ia tertawa puas karena sudah berhasil membuat Wulan emosi.     

'Dasar bodoh. Siapa yang sudi memberikan keperawanan pada pria brengsek macam Axel. Aku sudah memiliki Andra yang sudah sangat tulus mencintaiku apa adanya. Dialah satu-satunya orang yang tetap menyayangiku setelah tahu, siapa aku, dan apa yang aku perbuat, batin Alea sambil terus berjalan.     

Karena takut terlambat melakukan absen, tanpa sadar dia menabrak seseorang yang jalannya berlawanan dengannya. "Maaf, maaf, maafkan saya, Tuan," ucapnya dengan suara cempreng. Untuk hal ini, Chaliya tidak akan pernah salah memakai suaranya. Karena, jika dia mau berbicara dengan suara jiwanya, itu cukup sulit dan penuh kosentrasi.     

"Tidak apa-apa. Saya yang tidak memperhatikan jalan. Apakah kau baik-baik saja," ucp pria itu yang sukses membuat Chaliya tercengang.     

'Jevin? kenapa dia ada di sini? Ah, dunia ini sungguh sangat sempit,' batin gadis itu saat melihat sosok bertubuh tinggi, berwajah tampan khas pria timur tengah dengan bulu-bulu halus di area kumis dagu, dan sisi kiri kanan pipinya.     

"Saya yang tidak hati-hati. Maaf," ucap Chaliya dan segera pergi. Karena, dia belum melakukan absen, sementara, waktu sudah mepet.     

Jevin yang terpesona dengan kecantikan yang Chaliya miliki terus memandangi gadis itu sampai tanpa sadar tersenyum seorang diri.     

"Apa yang membuatmu tersenyum sendiri begitu, Tuan?" sapa seorang pria sambil memegang pundaknya.     

"Oh, kau? Wah, ternyata ada cewek bule yang bekerja di kantormu ini, ya? Kau harus lebih mengingat Wulan sebagai istrimu," jawab Jevin.     

"Hehehe, kalaupun aku lupa, gadis itu akan mengingatkanku. Dia adalah gadis polos yang tak mau dengan pria bersuami," jawab Axel.     

"Wow, unik sekali. Itu baru luar biasa."     

"Memang, dia sangat luar biasa."     

Dua pria itu ngobrol tampa memandang satu sama lain. Padangannya sama-sama tertuju pada satu obyek. Seorang gadis pemilik tubuh jenjang, tinggi langsing dan berambut lurus, panjag lebat dan hitam sampai pinggang. Terus berjalan lurus ke depan sampai sebuah ruangan membuat tubuhnya lenyap dari pandangan dua pria yang menatapnya dengan tatapan lapar.     

Keduanya saling pandang lalu tertawa. "Ayo ke ruanganku dulu, kau adalah yang paling awal datang."     

"Beruntung sekali, datang lebih awal memang membawa hoki. Dia masih jomblo atau tidak?" tanya Jevin masih membahas Chaliya.     

"Aku tidak tahu. Tapi, kata Reyna dia seperti tidak punya pasangan. Sukanya kalau ke mana pun selalu bergerombolan dengan teman-teman yang lain."     

"Bukan lesb ikan?" tanya Jevin curiga.     

"Heh, sembarangan. Harusnya bukan. Dia tidak pernah tampil seski dan juga tidak hanya berduaan saja dengan sesame jenis kok. Pasti bergerombol sampai tujuh orang, mana mungkin."     

"Tapi, mana ada cewek secantik itu jomblo, kan?"     

"Dia baru saja pindah di sini. Siapa tahu saja sengaja meninggalkan negara asalnya karena sakit hati."     

"Kau kebanyakan nonton drama apa sih Xel?" ucap Jevin dan keduanya ngakak.     

"Aku hanya memperkirakan saja. tapi, belum pernah bertanya secara langsung. Dia begitu jaga jarak denganku."     

"Kenapa? Apa jangan-jangan kau bukan selera dia?"     

"Itulah, dia tahu aku sudah menikah. Jadi, dia selalu menolak dengan halus jika aku berniat mengantarkan dia pulang, memberi tumpangan dan makan berdua. Dia selalu katakan padaku, jika mau makan siang sama aku, ayo ke kafetaria para staf dan karyawan biasa. Jika ingin bawa saya ke cafetaria para bos, jangan lupakan enam temanku, bawa mereka dan traktirlah."     

"Setia kawan, dia ya?"     

"Ya. benar-benar tidak biasa."     

"Oke, karena dia anak buahmu dan menolakmu, bolehkah aku mendekatinya?"     

"Silahkan saja!" ucap Axel dengan enteng. Mungkin dengan membiarkan Jevin dekat dengan Chaliya dia bisa tahu, apa alasan gadis itu pindah ke mari. Coba, alasannya sama apa tidak dengan kenyataan yang ada. Sebab, ia juga berencana untuk menyelidikinya ke negara asalnya bersama Wulan sekalian liburan. Agar Wulan juga tahu kebenaran Chaliya secara langsung. Lagian, jika memang bukan asli orang sana, warga sekitar pasti juga tahu itu, kan jika memang surat-surat bisa dibeli.     

****     

Pikiran Wulan kian kacau. Ia terus saja mondar mandir berjalan ke utara dan selatan di dalam ruang kerjanya. Untuk membuka laptop dan mulai bekerja rasanya juga percuma. Dia tidak bisa fokus dan berfikir jernih. Karena, ia masih kepikiran tentang Chaliya yang tahu banyak tentang identitas suaminya yang dirahasiakan oleh negara. Soal, itu, hanya Alea saja yang tahu. Apalagi, kalimat terakhir. Bagaimana pun, suaminya pernah pacarana dengan Alea, sekalipun palsu, tapi mereka berdua sangat menjiwai dan bahkan sampai menginap di vila segala.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.