Cinta seorang gadis psycopath(21+)

HASIL KERJA SAMA YANG SUKSES



HASIL KERJA SAMA YANG SUKSES

3"Apa, Maaf? Apa ini tutjuanmu? Sengaja permainkan aku? sekarang puas kau, hah?"  Wulan sudah benar-benar berada di puncak emosinya. Ia tak bisa algi menahan, dan terus menerus diam bersikap baik di depan kedua orangtuanya, dan juga mamanya Axel.     

"Wulan… " Lagi-lagi gadis itu memotong kalimat Axel.     

"Cukup! Kau tak perlu menjelaskan apapun padaku, oke?" ucap gadis itu dengan mata yang basah oleh air mata.     

"Loh, kalian diam-diam sudah menjalin hubungan sejauh ini, ya? Ah, kalau gitu, tidak perlu repot-repot kami membujuk Wulan supaya mau dijodohkan sama kamu, Xel," sahut om Nicol. Kalimat itu saja juga terucap terlambat dari waktu yang sudah direnanakan karena semua sama-sama tercengang oleh apa yang baru saja Wulan lakukan terhadap Axel.     

"Aku melamarnya tanpa seorangpun yang tahu. Dia mau. Makanya, aku minta kami mending langsung menikah saja. kurasa, Wulan juga tidak keberatan," jawab Axel sambil memegang pipi bekas tamoaran gadis di depannya.     

"Apa?" ucap Wulan lirih. seperti berbisik.     

"Sebenarnya sudah lama sekali Wulan kami bermaksut menjodohkan kalian. Awalnya Axel menolak. Tapi, setelah membuat kalian hidup bersama dalam kurun waktu yang lama, kami tidak menyangka kalau ini bisa mempermulus ide kami," jawab tante Miranda.     

"Jadi, sedari tadi yang kalaian maksut itu adalah aku dan Axel?" tanya Wulan sedikit malu.     

"PRANK! Tak disangka. Ternyata cukup sukses juga, ya rencana kami ngerjain kamu? Hahaha," jawab Axel terkekeh jail.     

"Jadi, ini memang rencana kalian?" tanya Wulan terkejut.     

"Maafkan kami, Wulan. Lalu, bagaimana? Apakah kau mau, menikah dengan Axel dalam waktu dekat ini?" tanya tante Elizabeth.     

"Xel! Tega sekali kau membuatku terlihat bego di depan kedua orangtua kita?" geram Wulan.     

"Tapi, melihat kau marah begini, aku semakin cinta sama kamu. Serius, cantiknya maksimal!"     

"Dasar kau!"     

Axel pun berlari dan Wulan mengejarnya. Mereka entah ke halaman belakang atau apa.     

"Eh tunggu dulu," ucap Miranda hendak menahan keduanya. Namun, dengan cepat suaminya menahannya.     

"Biarkan saja mereka, Ma. Sekarang, kita bahas saja mengenai tggal pernikahan dan rencana kita kedepannya."     

"Iya, kau benar suamiku," jawab wanita itu. lalu, mereka bertiga duduk dan membahas hal-hal ringan. Soal bisnis masing-masing dan kerja sama antara sodara. Sudah sangat lama sekali Miranda dan Elizabeth bersahabat dari sejak keduanya masih sekolah SMA. Bahkan, yang memperkenalkan dia dengan Nicolas pun juga Eliz. Jadi, Nicol dulu adalah salah salah satu staf kedua orangtuanya. Namun, berkat kegigihan dan kecerdasannya, kini sudah sama-sama memiliki perusahaan sendiri yang bisa dikatakan besar. Tak ingin hubungannya hanya sebatas sahabat saja, kebetulan mereka memiliki anak laki-laki dan perempuan, maka sejak anak-anak mereka masih kecil, ide perjodohan itu sudah muncul. Ak disangka, rencananya bisa berjalan semulus itu.     

"Kau mau pernikahan yang seperti apa?" tanya Axel. Sepertinya ia sengaja memancing Wulan agar menjauh dari para orangtua itu agar dia bisa memeluk dan mencuiw gadis itu. melihat Wulan marah tadi, dia tidak tahan untuk memeluknya.     

"Pernakahn yang bagaimana? Y akita nikah saja, lah Xel."     

"Menikah di gedung, atau… "     

"Akum au dengan nuansa alam saja. jadi, mungkin halaman rumah kamu rasanya oke dan cocok. Luas dan penuh dengan rumput hijau. Aku ingin menjadi pengantin tercantik di sepanjang sejarah dengan gaya yang simple, elegan dan flawesh."     

"Baik. Apakah kau ingin kita tinggal di luar negeri setelah menikah nanti. Atau, di negara kita sendiri?"     

"Aku sebenarnya ingin tinggal di sini saja. menemani kamu. Tapi, bagaimana dengan kuliahku? Kan aku masih kurang dua smester lagi?"     

"Baiklah. Satu tahun kita tinggal du USA saja. setelah kamu lulus, barulah kita kembali ke sini, bagaimana?" tawar Axel.     

Wulan tersenyum dan memeluk Axel. "Kau memang yang terbaik. Terimaksih, ya Xel."     

"Sama-sama. Maaf jika aku sudah jailin kamu, ya?" ucap Axel merasa bersalah sekalian kasian juga melihat Wulan sampai menangis seperti itu.     

****      

"Ting tong!"     

Yulita diam sejenak. Begitu mendengar bel rumahnya berbunyi, ia meninggalkan aktifitasnya di dapur dan berjalan untuk melihat siapa yang datang sepagi ini.     

"Jevin? Ada apa kau sepagi ini kemari?" tanya Yulita sedikit surprise.     

"Jevin mau pamit sama om dan tante. Untuk dua bulan ke depan ini, Jevin akan ke Singapura karena ada urusan bisnis. Jevin titip kunci rumah, ya?"     

Yulita diam menatap pria itu pilu. "Ayo, masuk dan kita sarapan dulu. Tante hampir selesai!"     

"Baik, Tante."     

"Jadi, kapan rencana kamu mau berangkat, Jev?" tanya om Rafi.     

"Nanti sore, Om."     

Rafi mengangguk beberapa kali tanda ia sudah paham. Untuk beberapa saat mereka bertiga diam di meja makan melihati pada piring di hadapan masing-masing yang sudah kosong bekas sarapan barusan.     

"Jevin, secara pribadi dan atas nama Alea, om minta maaf sama kamu, ya?"     

Pria itu tersenyum sungkan. "Yang lalu biarlah berlalu. Buat pelajaran ke depannya saja. meski bagaimana pun Intan juga salah. Aku atas nama Intan minta maaf ya Tante?"     

"Tante sudah memafkannya, Jev. Kamu jangan lagi pikirkan itu," jawab wanita itu dengan lembut.     

Jevin sekarang tidak lagi memiliki keluarga, ayah ibu dan juga adiknya sudah terlebih dahulu menghadap pada yang Esa. Tinggal ia hidup di dunia ini sebatang kara. Akhirnya, ia pun memperlakukan om Rafi dan tante Yulita seperti kedua orangtuanya sendiri. Bahkan, saat ada kesempatan, sepulang dari kantor, atau dari luar Negeri, Jevin lebih suka pulang ke rumah mereka. Jadi, rasa sedih kehilangan satu-satu anaknya kini telah terobati oleh Jevin yang bersikap demikian. Jadi, hari-hari mereka tak lagi sepi dengan adanya seorang putra yang sudah dewasa.     

Tiga bulan sudah berlalu. Kabar terkait gadis psyco yang mengabadikan kisah hidup dan perbuatannya membunuh sebagai sebuah Novel juga lenyap oleh masa. Kehidpuan mereka juga menjadi tenang dan baik-baik saja. Rafi kembali bekerja di tempat kerja sebelumnya. Begitu pun Yulita, kini memulai kehidupan baru dengan menjadi guru pembimbing di setiap kegiatan karang taruna, dan para penyandang disabilitas.     

Axel juga sudah menikah dengan Wulan dan tinggal di luar negeri. Meskipun masih sering dia datang ke tanah air untuk urusan bisnis.     

Lalu Andra, dia masih setia menunggu kabar baik dari Alea. Mereka saling bertukar kabar melalui media social. Tentunya tanpa sepengatahuan siapapun. Hanya dia lah satu-satunya orang yang tahu kalau Alea sebenarnya masih hidup. Yang mereka semayamkan kemarin itu adalah jasad orang lain yang kebetulan sekali memiliki postur tubuh seperti Alea. Bahkan, wajahnya juga mirip. Mungkin tidak akan lama lagi, Alea akan kembali ke tanah air dan menjalani hidup normal sebagai identitas baru. Akankah dia bisa menjadi gadis normal dan membuang jiwa psycopathnya?"     

TAMAT!!! Lanjut ke Volume dua ya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.