Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MENJEMPUT ALEA



MENJEMPUT ALEA

2"Jangan takut, Alea… jangan takut. Sebentar lagi, Andra akan datang padamu, dan semua akan baik-baik sajam oke?" gumam gadis itu seirang diri sambil menghapus air mata di kedua pipinyasecara bergantian.     

Kembali ia menekuk tubuhnya, menyembunyikan wajah di atas lutut yang tertekuk seerta kedua tangan mentup rapat agar dia tidak mendengar suara-suara aneh yang membuat dirinya semakin takut.     

Selama kurang lebih dua jam Alea mberusaha keras menenangkan diri. Sampai sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya. Buru-buru gadis itu meraih benda pipih yang ia letakkan di sebelahnya dan mengangkatnya. Sebab, satu-satunya orang yang tahu kalau itu adalah nomornya hanyalah Andra. Bukan yang lain.     

"Alea, aku sudah berad di depan alamat yang kau berikan barusan melalui google map. Apakah benar ini, rumah kosong?" tanya Andra heran. Jelas saja dia heran. Pada awalnya ini mungkin biasa saja bagi Andra jika melihat Alea berada di tempat seperti ini sendirian. Karena, dia memang tidak pernah merasa takut dan tidak percaya hantu serta apapun yang berbau mistis dan takhayul. Tapi, bukankah dia sedang depresi karena mengalami sendiri hal mistik itu?     

"Ya, aku ada di dalam situ. Kau masuklah. Aku berada di ruangan yang paling belakang. Cepat, aku sudah hampir mati karena ketakutan," jawab Alea dengan penuh penekanan.     

"Iya, Alea. Aku akan segera menemukanmu, dan membawamu keluar dari sana," jawab Andra. kemudian pria itu langsung bergegas masuk melalui samping rumah yang jendelanya terbuka, dan muat dimasuki oleh orang dewasa.     

"Alea! Kamu di mana?" teriak Andra. Karena, dia sendiri sebenarnya tidak begitu berani. Mendadak nyalinya menciut setelah melihat seperti apa kondisi di dalam rumah ksosong itu. suananya gelap lembab, suara-suara aneh namun pelan serta di tambah lagi bulu kuduknya berdiri. 'Ah. Baru kali ini aku berada di tempat macam ini. Rasanya seperti mengikuti uji nyali saja,' umpat Andra dalam hati.     

"Andra!" panggil seorang gadis yang takt ahu dari mana asalnya tiba-tiba saja dia sudah muncul di depannya secara mendadak. Itu cukup mengejutkan dirinya. Apalagi, gadis itu terlihat sangat kumal, kurus berpakaian lusuh serta wajahnya yang kusam dan lingkar mata cukup tebal di bawah kedua kelopak matanya.     

"Alea?" ucapnya lirih. Ia hampir tidak mengenali sosok itu. "Alea?" ucapnya lagi lebih kencang untk memastikan kalau dugaannya tidaklah salah.     

"Ya, Andra! Akirnya kau datang. Hampir mati aku rasanya menunggu di sini karena ketakutan," ucapnya.     

Andra tak tega, sedih dan terharu melihat kondisi wanita yang dicintai selama ini berubah drastic menjadi seratus depalan puluh derajat. Tanpa banyak bicara pria itu beranjak dan memeluk erat tubuh kurus kering tak terawat itu. "Apa yang terjadi padamu selama ini? Kenapa kau bisa sampai seperti ini, Alea?" ucapnya lirih. Bahkan, ini kali pertama Andra bisa menangis di depan wanita. Ia sudah berusaha menahannya. Hanya saja tidak bisa.     

Alea menarik tubuhnya dengan cepat. Digenggamnya erat kedua tangan Andra dengan keadaan tubuh bergetar dan berkata dengan terburu-buru, "Ndra, bawa aku pergi jauh dari sini, oke? Aku takut!"     

"Iya, iya. Kamu ikut aku ke Bandung saja, ya?" ucap Andra menenangkan.     

"Iya… bawa saja aku ke sana yang jauh. Jangan katakana pada siapapun jika aku sedang bersamamu, pliss!" ucapnya penuh permohonan.     

Andra hanya mengangguk lirih. "Kita pergi sekarang!" ia pun menggandengan tangan yang kian kurus itu sampai di depan mobil Alea bahkan sangat terburu-buru untuk masuk ke dalam.     

"Apakah kamu lapar?" tanya Andra memecah kesunyian. Namun, dalam hati ia mengumpat kalau pertanyaannya itu sangat konyol. Bagaimana bisa dia bertanya demikian. Melihat tubuhnya yang sangat ringkih dan gemetaran saja sudah menunjukkan kalau dia mungkin sudah berhari-hari tidak makan.     

Alea mengeleng.     

"Kamu seperti orang kelaparan begitu, Alea! Bagaimana bisa berkata tidak?" ucap Andra lagi. Membuat dirinya kian sempurna terlihat bodoh saja. lagian, jika memang sudah tahu, kenapa harus basa-basi nanya, kan?     

"Akum au makan tapi tidak di sini. Nanti saja di rumah kamu," jawab Alea dengan wajah lurus ke depan namun tatapan matanya kosong.     

Ada banyak hal yang ingin Andra tanyakan pada Alea kenapa dirinya sampai jadi seperti ini. Bukannya dia sudah jadian sama Axel. Lalu, di mana dia kok tidak ada di samping Alea di saat ia terpuruk dan terjatuh. Apakah dia merasa jijik setelah melihat asisten pribadinya yang cantik dan fresh berubah seperti gembel begini? Namun, Andra berusaha menyimpan rapat-rapat pertanyaannya. Nanti, saat Alea sudah makan dan kondisinya sudah jauh lebih baik akan dia tanyakan padanya.     

Sekitar satu jam lebih menempuh perjalann di atas jalan tol kini mereka sudah berada di Bandung tidak jauh dari tempat tinggal Andra.     

"Makan di sini saja, ya? Ini sudah jauh dari Jakarta," bujuk Andra dan membelokkan mobilnya di sebuah rumah makan.     

"Aku tidak mau turun. Kamu bisa, kan membungkusnya untukku?"     

Andra kembali tersadar. Pasti Alea merasa malu, sekalipun ia tak peduli dan tak merasa malu dengan penampilan Alea yang demikian. Sekalipun orang di sana akan mengira kalau ia tengah makan bersama dengan seorang gembel. Justru, jika sampai itu terjadi, ia akan dengan bangga dan lantang mengatakan agar seluruh pengunjung rstoran tahu kalau ia telah makan di sini dengan orang yang paling dia cintai.     

"Baik lah!" Andra pun segera bergegas meuju ke restoran tersebut untuk memesan makananan.tidak lama kemudian, sekitar dua puluh menitan dia sudah kembai dengan dua box di dalam tas kresek di tangan kanannya. "mau makan sekarang di mobil?" tawar Andra sambil memberikan dua box itu pada Alea.     

"Kalau sudah di rumah saja," jawabnya lirih sambil tersenyum tipis.     

"Baiklah." Lagi, Andra menghentikan mobilnya di sebuah tempat parkir yang lebar dan luas. Jika tadi di restoran berbintang, kali ini dia berhenti di sebuah mall atau pusat perbelanjaan. "Tunggu di sini dulu sebentar." Seketika pria itu keluar dan berlari menuju banguanan yang besar dan kokoh itu dengan banyak tempelan reklame di setiap petaknya.     

Kali ini cukup lama. Alea bahkan sempat merasa bosan. Sekitar hampir sejam Andra sudah kembali dengan belanjaab yang penuh kedua tangannya. Tiba di dalam mobil, ia meletakkan di belakang dan berkata. "Maaf jika aku membuatmu menunggu lama. Itu semua milikmu."     

"Makasih, ya Ndra."     

"Sudahlah, kit aini sahabat. Kau tak perlu mengatakan itu. kita akan selalu da jika salah satu dari kita terjatuh," jawab Andra sambil menepuk sebelah Pundak Alea. Kemduian memasang sabuk pengaman dan menyalakan mobilnya.     

Alea diam sesaat. Ia tersenyum tipis dan berkata dalam hati, "Kau berkata demikian karen suka sama aku, kan? Coba saja jika tidak."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.