Cinta seorang gadis psycopath(21+)

ANDRA



ANDRA

1"Apa maksudmu, Mas berkata demikian?" tanya Yulita. Rasanya ia tidak percaya kalau Alea akan melakukan hal sadis itu.     

"Itu faktanya, Sayang. Alea berfikir dengan membunuh Jevin, tidak aka nada roh-roh jahat yang datang menghantui dirinya. Kau tahu, aku kesurupan arwah siapa? Itu Arwah Hesti, mantan pacarku dulu. Memang salahku setelah kita menikah dan memiliki anak aku berhubungan lagi dengannya. Saat ia berkata hamil dan ingin pertanggungjawabanku, aku mengatakan akalau aku sudah ada anak. dia pun gila dan gantung diri di rumah sakit jiwa tersebut. Arwahnya penasaran sering mengganggu para suster, dokter dan pak satpam yang kebetulan bekerja malam. Kebetulan dia melihatku saat mungkin berkeliaran, maka dia mengikuti ku dan merasukiku."     

"Ya ampun, Mas… salah apa aku ini sebenarnya? Kenapa anakku harus seperti ini. Saking takutnya dengan dirinya yang tengah kesurupan, dia bahkan tega membunuh seseorang?"     

"Dia sudah pernah membunuh seseorang sebelumnya sayang. Bahkan yang membuat aku menjadi gila pun juga dia," ucap Rafi meyakinkan.     

"Mas, kamu bercanda kan? Apakah kau masih belum sepenuhnya sembuh sehingga kata-katamu melantur begini?" tanya Yulita sambil tersenyum setengah menyeringai. Berharap apa yang suaminya katakana barusan terkait putrinya hanyalah sebuah omong kosong doang.     

"Aku bersungguh-sungguh, Yul. Bahkan, jika bukan karena Axel, mungkina aku sekarang juga sudah menjadi idiot karena obat itu. dokter yang memeriksaku itu sudah disuap dan diancam oleh Alea. Karena kejahatannya diketahui oleh Axel dn timnya dia kabur entah ke mana," ucap Rafi meyakinkan sang istri.     

"Kenapa kau begitu yakin bahwa yang membunuh Intan adalah dia?Siapa tahu saja dia hanya membual, Mas?" Yulita masih tidak percaya dan menolak bahwa yang dikatakan oleh suaminya adalah faktanya.     

"Ini semua karena aku. aku yang salah karena sudah menjadi suami yang tak setia. Makanya, dia membunuh Intan supaya aku setia sama kamu saja. karena aku tidak bisa move on dan terus memikirkan dia setelah dia menghilang, dia menghidangkan daging wajah Intan untuk makan siangku, bahkan, proses pembunuhan dan memutilasi sampai memasak daging kepala itu dia merekamnya. Makanya aku syock dan gila. Karena aku ini ancaman baginya, itulah alasannya kenapa dia membuat aku tetap gila. Agar rahasianya aman.     

Yulita merasa pendengaran dan penglihatannya tidak lagi berfungsi dengan baik. Ia merasa pusing. D depan matanya yang terlihat hanya putih dan… ia pun ambruk tak sadarkan diri setelah Levy menyuntukkan obat penenang agar hatinya tidak begitu tergoncang.     

Akhirnya, mereka tidak hanyamenjaga satu pasien saja. melainkan dua pasien. Namun, keduanya tetap dipisahkan kamarnya.     

***     

"Axel?" panggil Jevin dengan lemah saat ia tersadar.     

"Kamu sudah sadar Jev? Apakah kau haus?" tanya Axel langsung beranjak .     

"Tidak, aku tidak haus. Di mana Alea?" tanya pria itu.     

"Dia menjadi buronan kami dan juga anggota satreskrim.," jawab Axel jujur. Ia juga berharap, dengan kejujurannya ini bisa sedikit menghibur Jevin.     

"Kalu missal dia ditangkap, apa hukumannya, Xel setelah membunuh adikku dan melakukan penyuapan terhadap dokter di RSJ dan membuat ayah kandungnya seperti itu, belum lagi, atas apa yang dilakukan padaku, percobaan pembunuhan."     

"Aku tidak tahu. Maaf, dia memutilasi Intan soalnya. Mungkin bisa saja hukuman mati. Karena kejahatan yang dia lakukan itu berat."     

"Jika memang itu hukumannya, aku ada permintaan. Sebelum dia diekseskusi, izinkan aku bicara sama dia," jawab Jevin dengan lemah.     

"Pasti bisa. Kan dia masih ada persidangan juga, Jev. Udah kamuyang tenang, ya? Aku tahu kamu pasti sangat sedih saat ini. Tapi, apa yang bisa kita lakukan selain mendoakan agar Intan tenang di alamnya sana?" ucap Axel. Karena, bagaimana pun Intan juga salah. Dia menjadi pihak ketiga dalam rumah tangga kedua orangtua Alea. Sementara di sisi lain Alea sangat menyayangi ibunya dan tak ingin lagi melihat ibunya tersakiti sekalipun oleh ayahnya sendiri. Apalgi Intan yang sudah dianggap saudara olehnya.     

Jevin masih bingung dan bertanya-tanya. Apa kira-kira salahnya Intan terhadap Alea sampai-sampai ia tega menghabisi sang adik.     

'Salah apa Intan padamu sebenarnya Alea? Apakah tanpa sengaja dia telah menyinggungmu, sampai-sampai kau tega menghabisinya? Jika memang iya, kenapa tak kau bicarakan saja baik-baik?' batin Jevin. kembali terlintas dalam benaknya kemarin Ketika Alea tiba-tiba muncul di hadapannya dan mengatakan datang untuk membunuh dirinya agar dapat bertemu Intan, hanya karena alasan dirinya mengatakan kalau kesurupan itu ada.     

'Apakah Intan membahas soal hantu, kau tak suka karena ketakutan lalu menghabisi dia?'     

****     

Seorang pria berpakaian rapi dengan jas yang hanya diletakkan dikedua bahunya memainkan pulfoin dengan jarinya di atas meja kerja. Matanya menatap tajam pada meja yang penuh dengan tumpukan kertas. Pikirannya nampaknya melayang entah ke mana. Tiba-tiba, sebuah panggilan membuyarkan lamunannya. Namun, dia tidak buru-buru mengangkat panggilan tersebut. Setelah beberapa detik menatap layar sentuhnya yang menyala, barulah dia mengangkat.     

"Halo, selamat siang. dengan siapa?" tanyanya santun dan formal. Sebab, siapa yang menelfon pria itu tidak tahu karena nomornya tidak terdapat nama.     

"Andra!"     

Pria berkerut kening. Kemudian menjauhkan benda pipih itu dari pipinya dan memastikan nomor itu benar-benar tidak ada Namanya setelah mendengar suara wanita yang baginya tidak asing.     

"Alea? Ini kamu, benar? Apakah kau mengganti nomor?" tanyanya bahagia. Sebab, ia sudah merasa rindu setelah lama tak bertemu dan tak saling tukar kabar. Beberapa hari yang lalu datang ke rumahnya juga dia sedang keluar.     

"Kau di mana, Ndra? Aku ingin ketemu sama kamu. Ada hal yang perlu aku bicarakan sama kamu berdua saja," jawab Alea dengan suara parau seperti orang habis menangis.     

"Aku masih di kantor, Alea. Kau di mana sekarang? Jika memang mendesak, aku bisa pergi sekarang menjumpaimu," jawab Andra tergopoh.     

"Aku di Jakarta. Apakah tidak terlalu jauh? Kau di Bandung, kan?" jawab Alea.     

"Tidak masalah. jaman sekarang menuju ke Jakarta dari Bandung tidak akan memakan waktu lama. Aku akan datang. Kasih alamatnya sama aku, oke?" Saat itu juga, pria yang sidah benar-benar di butakan oleh cinta itu pun segera bergegas dan menyerahkan semua pekerjaannya kepada asisten pribadinya. Beruntung, tidak terlalu banyak tugas yang dia kerjakan. Sesuatu yang paling penting tentang pengajuan kerja sama sudah dia teliti sendiri sebelumnya.     

"Siska, tolong kamu urus ini dulu, aku masih ada keperluan mendesak di luar. Jika sudah, tolong kamu angtar pada wakit presdir saja, jangan hubungi saya dulu," ucap Andra buru-buru. Bahkan ia juga meninggalkan jasnya di kantor. Sementara dia sudah berhambur keluar meninggalkan ruangan demi bisa segera bertemu dengan Alea. Dengan kecepatan tinggi, pria itu melajukan kendaraannya agar bisa segera bertemu dengan Alea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.