Cinta seorang gadis psycopath(21+)

INTEROGASI



INTEROGASI

2"Kenapa anda memberikan obat terlarang ini pada pasien sehingga kondisinya semakin buruk, cepat katakana! Apakah ada yang menyuruh anda?" tanya seorang pria berbadan besar tinggi dan hitam. Tapi, dokter itu hanya diam membisu tak mau menjawab meskipun wajahnya memar dan tubuhnya banyak lebam karena dipukul dan ditendang.     

"Baik, karena anda tidak mau mengakui, akan saya kebiri anda, dengan cara menendang kelamin anda dan menghancurkan anak gadis anda," ancam pria itu, sehingga dokter itu pun menjadi gentar dan takut.     

"Baik… baik. Saya akan katakana dengan jujur selama anda tidak melakukan ancaman yang anda katakan," jawabnya ketakutan.     

"Siapa? Cepat ngomong!" bentaknya lagi.     

"Mbak Alea, putri kandung pasien sendiri yang menyuruh saya," ucapnya dengan kepala tertunduk dan dua mata terpejam rapat.     

"Oh, dia, ya? Apa motifnya melakukan itu pada ayah kandungnya sendiri? Kamu tahu tidak?"     

"Tidak, Tuan. Saya benar-benar tidak tahu," jawabya sambil mengelengkan kepalanya cepat.     

"Disuap berapa kamu olehnya?"     

"Saya disuap sepuluh juta rupiah untuk sekali priksa."     

"Kenapa anda menerima, tahu tidak sangsinya jika manerima suapan dari orang lain? Mengetahui rahasiapenyakit saja sudah bisa dikatakan melanggar sumpah kedokteran. Apalagi di suap untuk emncelakai jiwa pasien?"     

"Saya tajut karena beliau mengancam akan membunuh saya pada saat itu juga. dia datang ke rumah saya dan menghancurkan banyak benda di rumah, bahkan, anak saya yang paling kecil dia Sandra dan dia gores lengannya dengan pisau yang dia bawa sebagai peringatan karena saya menolak apa yang sudah jadi maunya.     

"Baik, terimakasih. Saya sudah merekam pernyataan anda. Ini bisa dijadikan bukti atas kejahatan Alea. Soal anda, menunggu keputusan hakim."     

Urusan tentand dokter yang menangani Rafi pun sudah selesai. Hasil laporan langsung diserahkan ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut dan juga sidang. Kali ini yang mereka pikirkan hanyalah mencari keberadaan Alea yang masih menghilang entah ke mana.     

***     

"Bagaimana kondisi keponakan saya, Dok? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Yulita penuh harap di depan ruangan oprasi.     

"Dia baik-baik saja. beruntung luka tusukan dipertunya tidak begit dalam dan tak sampai mengenai organ dalamnya. Dia akan segera sadar setelah dua sampai tiga jam," jawab dokter yang memakai pakaian biru setelah dari ruang oprasi.     

"Terimakasih atas pertolongannya, Dokter." Yulita bersandar di dinding. Ia mersa benar-benar terpuruk. "Ya Tuhan,kenapa masalah selalu datang silih berganti? Bukan maksud hamba tidak bersukur atau tidak ikhlas menerima ujianmu. Tapi, dalam hidup ini, kapan saya pernah damai dan tenang? Setelah hidup dihantui oleh pelakor, mas Rafi ngedrop dan diperparah oleh dokter yang entah siapa dalang di baliknya. Lalu Alea yang tergoncang kejiwaannya karena trauma dan ini Jevin… siapa yang tega melakukan ini pada, Tuhan?"     

Wanita itu segera berdiri lurus dan menghapus air matanya saat ponsel di dalam tasnya berdering. Buru-buru dia mengangkat panggilan yang ternyata itu dari Axel.     

"Halo, Xel ada apa?" tanyanya dengan suara parau khas wanita habis menangis.     

"Tante ada di mana? Saya dan om Rafi di rumah tapi sepertinya kosong."     

"Tante masih di rumah sakit menjaga Jevin, Xel. Bilang apa kamu barusan? Sama om Rafi? Apakah dia sudah baik-baik saja?" tanya Yulita kaget. Karena, baru seminggusuaminya dibawa ke rumah sakit.     

"Tante lihat saja nanti bagaimana kondisi om Rafi, ya? Baiklah kalau begitu kami akan segera menuju ke rumah sakit ."     

Tiga puluh menit kemudian, setelah Jevin dipindah di ruang rawat pasien, Axel kembali menelfon mananyakan keberadaan dirinya. Tak bisa memberi arah-arah, Yulita meminta agar Axel dan suaminya Rafi tetap menunggu dirinya datang menjemput di depan IGD. Saat mereka bertemu….     

Yulita diam seribu Bahasa. Bibirnya terkatub rapat seolah sulit berbicara saat melihat Rafi nampak normal dan baik-baik saja sebelumnya.     

"Yulita! Aku minta maaf atas apa yang aku lakukan padamu, sebagai suami aku tidak baik dan tak setia membiarkan kamu susah payah membanting tulang demi keperluan keluarga sementara aku, malah main-main dengan wanita liar di luaran sana. Aku sadar, apa yang terjadi padaku selama ini mungkin sebuah karma atau teguran buatku," ucap Rafi panjang lebar.     

"Mas Rafi? Ya Allah…. "Yulita hanya bisa menangis haru sambil mentup mulut dengan kedua tangan. Ingin rasanya ia berlari dan memeluk erat suaminya lalu meminta agar pria itu menepati apa yang baru saja diucapkan juga malu karena ini tempat umum. Selain banyak orang juga ada Axel bersama suaminya.     

Perlahan Yulita melangkah mendekati sang suami dengan langkah limbung dan rasanya seperti mau pingsan saja. saat jarak mereka sudah tinggal beberapa meter. "Mas, aku memaafkan keslahanmu. Berjanjilah agar kau tak mengulangi kembali kesalahan yang sama," lirih Yulita.     

"Ya, aku berjanji. Bagaimana kondisi Jevin?"     

"Dia masih belum sadar. Mungkin sekitar dua jam lagi, Mas."     

"Kamu yang tabah ya dengan segala ujian yang akan datang."     

"Kenapa, Mas?"     

"Kamu tahu tidak, Alea di mana? Apakah dia tidk menelfonmu?" tanya Rafi pelan. Bagaimana pun demi kebaikan bersama Rafi tidak bisa membiarkan putrinya lolos. Karena, ia yakin setelah semua kedoknya terbongkar oleh polisi, dia bisa saja langsung datang kembali untuk membunuh dirinya dan juga Jevin yang baginya mereka adalah ancaman untuknya.     

"Astaga, Mas… aku bahkan sampai melupakan itu. bagaimana kalau dia menghilang. dia saat itu parnoan karena melihatmu kesurupan arwah wanita dan menyerangnya dengan brutal. Aku akan mengubunginya."     

Rafi dan Axel hanya diam. Mereka berdua berharap Alea menjawab panggilannya dan mengatakan di mana keberadaannya. Tapi, sepertinya mereka harus kecewa. Sebab, nomor yang dihubungi.     

"Bagaimana ini, Mas? Aku takut hal buruk menimpa dirinya sebab nomornya tidak aktif," ucap Yulita panik.     

"Dia tidak apa-apa. Ia hanya berusaha melarikan diri dari kenyataan saja," jawab Rafi menenangkan. Namun, bagaimanapun cepat atau lambat Yulita memang harus terhu terkait rahasia besar tentang putrinya yang disembunyikan selama ini.     

"Ya, Mas. Aku tahu, sejak awal Alea memang tidak mempercayai sesuatu yang berbau mistis. Tapi, abagaimana dia bisa mengatasi rasa traumanya jika di luar sana. Aku takut akan terjadi hal buruk padanya, Mas."     

Axel memberi isyarat pada sosok berpakaian serba putih untuk mendekat pada Yulita sekitar dua meteran. Kemudian, dengan ragu-ragu pak Rafi mengatakan apa yang sebenarnya Alea lakukan.     

"Alea bukan lari dari hal itu. Tapi, dari tanggung jawab atas apa yang ia lakukan selama ini."     

"Apa maksud, mu Mas? Apa yang putri kita lakukan selama ini?" tanya Yulita bingung.     

"Yang membuat Jevib terkapar di rumah sakit adalah dia, dia menusuk Jevin, dan ingin membunuhnya. Karena bagi Alea, Jevin lah yang membuat aku kesurupan dan membuat benar-benar ada sosok astral merasuki aku dan menyerangnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.