Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MISI RAHASIA



MISI RAHASIA

0"Oke, terimakasih, bro!" jawab Axel dengan suara yang sengaja ia rubah dengan nada berat. Merasa kalau Alea masih memperhatikan dirinya, ia pun sengaja mengulur sedikit waktu dengan memesan makanan agar tidak mengundang kecurigaan dirinya Alea. Beruntung sekali, yang menemuinya kali I ni si Levi yang memang masih muda dan memiliki wajah baby face. Tidak aka nada yang menyangka kalau pria itu sudah bekerja. Karna, wajah dan ootd yang dipakai sehari-hari di jam bebas seperti anak kuliahan yang hanya modal tampang.     

"Aku menunggu di dalam mobilmu." Tulis Levi dari pesan chat.     

Axel berkerut kening. Ia berfikir, bagaimana bocah itu masuk ke dalam mobilnya sementara kunci ada pada dirinya. Lagi pula, Axel adalah tipe orang yang sangat teliti. Dalam hidupnya, hampir tidak pernah teledor. Mengingat keahlian yang dimiliki oleh Levi, ia memeriksa saku celana serta hodienya. Ternyata benar dugaan Axel. Kunci mobil itu sudah berpindah tangan. 'Haaaah, dasar,' umpat Axel. Kemudian cepat-cepat ia menghabiskan makanannya, kemudian keluar. Sementara Alea, ia nampak asik bersama leptopnya.     

Setelah menulis beberapa halaman kembali Alea menoleh ke bangku seseorang yang tadi ia tumpahi minuman. Ternyata sudah kosong. 'Loh, kok sudah pergi saja dia, ya? kapan perginya kok cepat banget?' batin Alea. Ia bermaksut meminta maaf dan memberi uang ganti laundry pada pria itu. karena, rasanya juga tidak mungkin jika ia menawarkan diri untuk membawa celananya dan mencucinya. Lagipula, dia juga sudah memiliki pacar yang pastinya lebih hebat dari pria tadi, yang ahanya seorang majawiswa saja.     

"Kenapa aku merasa ada yang aneh dengan pria tadi, ya? Apakah aku kangen sama Axel? Aku merasa saat ia menjawab permintaan maaf ku tadi suaranya mirip Axel. Padahal, sama sekali tidak," gumam Alea seorang diri seraya berfikir. 'Aku perlu menghubungi Axel. Apakah dia berada masih di Bandung sekarang? Aku ingin bertemu dengannya mala mini. Aku sudah benar-benar rindu. Sampai-sampai aku mengira orang lain adalah dia."     

"Kapan kau mengambil kunci mobil dariku?" tanya Axel saat duduk di sebelah kemudi.     

"Aku? ya saat kau berbicara sama gadis itu tadi. Aku tahu, dia kan yang sedang kita selidiki?"     

"Kau cukup jeli, ya?"     

"Dia memang aku akui cantik sekali, Xel. Aku rasanya tidak percaya kalau karyanya adalah sebuah kisah nyata."     

"Lalu, apa kau pikir aku juga percaya? Dia sangat kalem, lemah lembut. Santun dan memiliki hubungan social yang baik pada seluruh staf kantor."     

"Apakah benar, papanya sedang mengalami gangguan mental?"     

"Iya. Tepatnya kapan aku juga tidak tahu."     

"Tapi, apakah kau yakin, dia adalah sosok yang normal sebelumnya?"     

"Tentu saja. sebelumnya aku secara tiba-tiba pernah datang ke rumahnya. Kebetulan yang mrmbukakan pintu kala itu adalah om Rafi."     

"What? Kau diam-diam datang ke rumahnya secara kusus? Apakah kau sebelumnya ada rasa terhadapnya?" tanya Levi, terkejut.     

"Coba saja kau jadi aku? dari sekian banyaknya staf wanita, dialah satu-satunya staf wanita yang paling tenang dan tidak bersikap manja dan cari-cari perhatian. Semua laki-laki diperlakukan sama rata. Hanya saja, karena aku adalah atasannya, dia lebih berhati-hati dan menghormatiku."     

"Lalu, bagaimana dengan sekarang?" ledek Levi sambil mengemudikan mobil.     

Belum sempat Axel menjawab, sebuah panggilan masuk, dan panggilan itu dari Alea.     

"Alea telfon, Lev," ucap Axel sedikit panik. Ya sudah, angkat saja!" jawab Levi enteng.     

"Dia melakukan panggilan Video. Kau stop dulu," ucap Axel dengan cepat melepas hodynya dan mengambil jas yang ia gantung di belakang sandaran kuris mobil lalu memakainya. Setelah itu, ia keluar dan bersandar pada mobil sambil mengangkat.     

"Halo, Sayang," jawab Axel sambil tersenyum dan melepaskan satu kancing kemeja teratasnya setelah dengan sengaja ia melepaskan jas yang ia kenakan di dalam kamera setelah ia pakai dengan buru-buru sebelumnya.     

"Apakah masih di Bandung?" tanya Alea sambil terus menatap dirinya.     

"Iya, aku baru keluar dari gedungnrapat. Di luar lmayan panas. Aku akan ke hotel dulu untuk mandi," jawab Axel.     

"Oh, oke. Kapan kau akan kembali ke Jakarta?"     

"Mungkin malam ini. Kenapa? Apakah kau sedang merindukanku?"     

Seketika wajah Alea merona. Ia tersenyum malu-malu kemudian menjawab, "Apakah kau biasa saja Ketika jauh dariku? Sekalipun kemarin kita sempat bertemu, tapi hanya singkat saja, Xel."     

"Aku tahu itu. maafkan aku, ya? Ya sudah, setekah ini, nanti masih ada hal yang aku kerjakan dulu sebelum kembali. Kau, jaga diri baik-baik, oke? Jaga Kesehatan jadilah anak yang baik," ucap Axel kemudian mematikan panggilan dan membuka pintu mobil. Di dalam mobil, ia menghempaskan tubuhnya bersana dan bernapas lega.     

"Wah… kau playboy juga ternyata, ya?"     

"Ini hanya untuk penyelidikan. Ya, harus professional, kan?"     

"Kelak jika dia sudah tahu maksut dan tujuanmu mendekatinya. Apakah dia tidak akan hancur, Xel?"     

"Entahlah. Itu sudah konsekwensinya. Semoga, dengan begitu dia bisa menyadari kesalahan yang dia perbuat selama ini," jawab Axel dengan tatapan kosong.     

"Ada telfon dari Jendral," ucap Levi sambil menatap Axel.     

"Angkat saja!"     

"Halo, Pak," jawab Levy.     

"Kau dan Wilian segeralah ke kantor. Ada informasi penting baru terkait Alea."     

"Siap. Baik, Pak."     

"Ayo, Xel! Ada informasi baru," ucap Lvi kemudian mereka pun langsung tancap gas.     

Di depan markas intelegen swasta.     

"Aku masih ada sesuatu yang dikerjakan, Wulan. Nanti setelah ini, aku juga akan segera pulang."     

"Apa yang kau kerjakan? Dengan siapa?" cecar Wulan.     

"Apa perlu, kau video call saja agar kau tahu aku dengan siapa? Kau tidak kenal dengannya. Dia adalah teman kuliah dulu."     

"Baik, lah baik. Ya sudah, cepat lakukan pekerjaanmu dengan benar. Aku menunggumu di rumah."     

"Oke, aku akan segera melakukannya dengan cepat." Axel pun menutup panggilan kemudian berlari mengejar Levi yang sudah jauh di depannya.     

"Apakah dia istrimu? Cerewet sekali."     

"Bagaimana bisa istri? Bahkan aku masih belum menikah."     

"Aku tahu itu, kau memang belum menikah. Tapi, siapa yang tahu saja kau sudah kawin, hehehe."     

"Ah, kau ini!" geram Axel sambil memiting leher Levi dari belakang.     

"Aku sih jujur, ya. gak percaya kaun masing ting ting. Tinggal serumah dengan gadis cantik cantik yang hobi umbar aurot begitu."     

"Kepo, kau!"     

"Aku sering mengintipmu dengan cara melakukan peretasan. Hahaha. Dia tidak Cuma cantik. Tapi, bahkan aduhai."     

"Jaga pandanganmu!"     

"Kalian sudah datang? Duduklah."     

Barusaja ada laporan, semoga ini bisa membantu penyelidikan kalian. Kasus hilangnya seorang gadis kemarin telah ditutup oleh pihak kepolisian. menurut informasi yang beredar, ada salah satu anggota kita yang pernah melihat gadis hilang itu bersama bapak Rafi yang tak lain adalah ayah kandung Alea."     

Axel nampak berfikir keras. Setelah lima menit, ia berkata pada kapten mereka, "Apakah ada kemungkinan, Intan adalah selingkuhannya pak Rafi?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.