Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MEMULAI RENCANA BARU



MEMULAI RENCANA BARU

3Chaliya diam menatap Reyna yang mengemudikan kendaraan.     

"Sekarang logikanya begini, ya? Sudah berapa kali dia menyeleksi surat lamaran yang datang. Tapi, siapa-siapa yang akan diiterwiew, ya pasti bagian HRD yang akan mewawancari. Tapi, kamu tidak. Bahkan, dengan begitu mudahnya dia langsung menerima mu bekerja di perusahaan. Kau pasti juga tahu, kalau oerusahaan ini termasuk salah satu perusahaan terbesar dan terbaik di negeri ini."     

"Ya, aku tahu itu. makanya dari berbagai lowongan, aku mencoba di sini dulu. Untung saja keterima. Aku sangat bersukur dengan diterimanya bekerja di sini."     

"Kau ini tidak peka sama sekali, atau terlalu polos, ya?"     

"Kenapa?"     

"Tidak. Setidaknya, pak Max dan kami yang menyukaimu tidak salah menilaimu. Kau di sini bekerja tidak hanya mengandalkan tampang. Jika saja tadi itu wanita lain, pasti dia akan dengan bangga menerima dipapah oleh pak Max dan diatarkan sendiri ke rumah sakit."     

"Pak Max sudah beristri. Sekalipun dia masih lajang, rasanya aku tidak lah layak. Dia adalah seorang CEO. Sementara aku? Hah, aku tahu diri."     

"Sudah sampai. Ayo turun!"     

"Hah?" Chaliya terkejut, ia tak menyangka kalau Reyna benar-benar membawanya ke rumah sakit.     

"Kita periksakan kakimu. Atau nanti bertambah parah!" ucap wanita itu.     

"Aku takut dengan rumah sakit dan dokter, Rey. Bagaimana dong?"     

"Lalu bagaimana? Aku tidak bertanggung jawab jika nanti pak Max marah!"     

Chaliya melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Apakah kita masih ada waktu?"     

"Mau apa kau?"     

"Kebetulan ini dekat dengan rumahku. Kau mau anta raku ke rumah? Biar ibuku saja yang memijat kakiku? Aku lebih sering dipijit jika terkilir daripada ke rumah sakit. Ibuku bisa melakukannya."     

Reyna diam sejenak. Dia mencoba memperhitungkan waktu. Lagian, rumah Chaliya juga dekat dengan sini. Katanya sekitar duaratus meteran saja dari sini. Jika di rumah sakit, masih harus antrimendaftar dan… mungkinini lebih efektif. Jika bosnya bertanya dia bisa menjawab kalau Chaha yang memintanya ke rumah.     

Semua sudah beres dan kembali seperti semula. Memang sebenarnya Chaliya tidak kenapa-nappa. Dia merasa beruntung dengan identitas barunya. Setidaknya, dia bisa berbicara lancar dengan Bahasa Thai pada ibunya, Thassane dan memintanya agar mengurut kakinya dengan minyak urut di depan Reyna yang sama sekali tidak mengetri dengan Bahasa mereka berdua. Setelahnya, mereka kembali ke kantor.     

Merasa khawatir dengan kondisi Chaliya, Axel berencana untuk memberinya tumpangan. Dia, juga mulai penasaran dengan pribadi gadis itu. kira-kira, apa yang menjadi alasan untuk dirinya bisa berpindah ke negeri ini.     

"Ya, apakah kamu mau pulang sekarang?" tanya Axel sedikit canggung mendekati wanita itu.     

"Iya, Pak. Apakah masih ada tugas yang mungkin saya belum selesaikan?" tanya gadis itu. Ia masih belum beranjak dari meja kerjanya.     

"Tidak, bukan itu maksutnya. Saya akan antar kamu pulang. kamu selalu naik angkutan umum, bukan ke mari?"     

"Oh, terimakasih banyak, Pak. Tidak mengurangi segala rasa hormat saya pada anda, saya sudah terbiasa naik angkutan umum. Anda jangan repot-repot," jawab gadis itu sambil tersenyum canggung. Namun dalam hati ia bersorak kegirangan karena rencananya berhasil.     

"Tidak apa-apa, Chaliya. Nanti, jika kakimu sudah kembali sembuh dan normal seperti sedia kala, silahkan kamu naik angkutan umum lagi saya tidak akan melarang. Tapi, untuk saat ini, saya mohon terima niat baik saya, ya?"     

"Tapi, Pak. Anda sudah memiliki istri. Saya tidak mau, jika saya dianggap orang ketiga dalam rumah tangga kalian. Tidak ad acara lain yang lebih baik untuk mengantisipasi itu selain kita menjaga jarak saja," jawab gadis itu.     

"Ya, sekali ini saja aku mohon. Apakah perlu Reyna ikut satu mobil denganku? Dia sudah terbiasa nebeng dengan saya. Selama ini juga tidak pernah ada masalah dengan istriku."     

"Baiklah." Chaliya nampak pasrah dan mengalah, padahal, memang ini yang menjadi tujuan dirinya. Ini pula yang dia harapkan sejak awal dia Menyusun rencana.     

Akhirnya, Axel pun mengantar Chaliya dan juga memberi tumpangan pada Reyna yang sebenarnya dia adalah saudara sepupunya. Tapi, jarang orang yang tahu akan hubungan mereka berdua. Dikira ya hanya sekedar bos dan atasan saja tidak lebih. Itulah mengapa, apapun Axel juga selalu mempercayakan pada gadis itu yang juga bisa dikatakan cctv hidupnya Wulan. Tapi, selama ini Axel memang tidak pernah ada main belakang. Jadi, tak ada hal yang ditakutkan. Mengenai Chaliya yang sangat cantik, dia sangat tahu dirinya. Nampaknya, dia memang sepenuhnya niat untuk bekerja, dan hanya fokus ke situ saja.     

"Pak, maaf. Bisakah kita berhentik ke pom bensin dulu? Saya mau ke kamar mandi," ucap Chaliya tiba-tiba. Kebetulan, dia duduk si sebelah kemudi. Sementara Reyna duduk di belakang.     

"Baiklah. Di depan sana ada pom bensin. Kalau kamu mau ke toilet, sekalian saya juga isi bahan bakar," jawab Axel.     

Tiba di pom Bensin, Chaliya langsung keluar bersama Reyna yang masih kawatir dengan kondisi kakinya. Sementara Axel, sekarang menunggu dua gadis itu yang tak kunjung muncul. Padahal, dia sudah selesai mengisi bahan bakar. Kebetulan, tidak banyak yang antir. Di depannya hanya ada dua sepeda motor saja. jadi, itu tidak membuat dirinya terlalu lama.     

Saat gabut sendiri di dalam mobil, tanpa sengaja matanya memandang ponsel Chaliya yang tinggalkan di kursi. Layarnya menyala, menampilkan sebuah foto wanita yang sangat tidak asing baginya. Seketika ia menjadi panik dan gundah. Dipandanginya suasana sekitar dan juga ke arah pojok letak toilet wanita yang letaknya cukup jauh. Karena masih belum ada tanda-tanda kalau Chaliya akan keluar, dengan segera pria itu meraih benda pipih tersebut. Ada beberapa foto gadis yang membuat dirinya gemetaran di sana. Yang ternyata, itu adalah berita tentang Alea yang sepertinya tanpa sengaja muncul di beranda aplikasi berita miliknya. Mungkin juga gadis itu penasaran, makanya ia melihatnya.     

"Satu tahun sudah Alea. Kamu apa kabar? Maafkan aku jika ada salah, kuharap kau bahagia dan tenang di sana," lirih Axel. Tiba-tiba hatinya merasa sakit karena rasa bersalahnya.     

Karena terlena dengan pemberitaan Alea si psikopat cantik yang pernah tranding dan menempati halaman oertama sampai beberapa pekan, tanpa sadar Chaliya dan Reyna sudah tiba. Bahkan, ia ketangkap basah memegang ponsen gadis asal negeri gajah putih itu oleh pemiliknya langsung.     

"Eh, kamu dah kembali, Ya?" tanya Axel gugup, dan tak menyerahkan benda pipih dalam genggamannya itu.     

"Iya, apakah ada masalah, Pak?" tanya gadis itu dengan santai dan sopan.     

"Tentu saja tidak," jawab Axel masih tidak sadar kalau Chaliya memandang ponselnya yang dia pegang.     

Gadis itu hanya tersenyum, dan memasang sabuk pengamannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.