Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MENJEBAK DOKTER RSJ 2



MENJEBAK DOKTER RSJ 2

3Axel tersenyum lembut. Mungkin asumsi dokter itu dan Yulita senyuman Axel adalah hal baik untuk Rafi. Tapi, sebenarnya bukan untuk itu. Axel sudah memiliki rencana sendiri. Yang jelas, akan ditangani langsung oleh rekan dokter San yang memang memiliki ahli dalam kejiwaan. Dia tersenyum karena tidak menyangka kalau rencananya dalam menjebak dokter biadap ini bisa berjalan selancar ini.     

"Bagus, Tante. Ini takdir yang baik untuk om Rafi. Semoga, om Rafi bisa segera sehat jasmaninya seperti sebelumnya," ucap Axel sambil menoleh kea rah Yulita yang ada di sebelahnya.     

Dokter iu kembali dan membawa satu botol besar beriki capsul yang sudah tidak ada labelnya. Jadi, kosong dan berwana putih polos dan beberapa capsul yang berada di dalam plastic klip.     

"Saya mau obat ini dibawa ke laboratorium, Dok," ucap Axel tiba-tiba. Cukup mengejutkan memang. Terutama si dokter.     

"Kenapa harus diperiksa ke laboratorium? Apakah anda pikir say aini menjual obat illegal dan terlarang untuk mencelakai pasien?" tanyanya dengan marah.     

"Saya tidak mengatakan hal itu. tapi, dari jawaban anda, sepertinya anda sangat keberatan. Jadi, saya semakin yakin untuk melakukan hal itu saja. saya mohon keikut sertaan anda. Karena anda seorang dokter, pasti bisa menjelaskan apa funsi dari kandungan yang ada pada obat tersebut.     

"Tidak! Saya tidak bersedia. Siapa anda sampai berani-beraninya meminta saya melakukan itu pada saya?"     

"Saya Axel Maxmiliam. Tentu saja berani. Selagi saya benar dan anda salah, akan terus saya tuntut anda!"     

"Omong kosong! Lebih baik kalian pergi saja! Jangan berobat di sini lagi, tapi tanggung sendiri resikonya kalau sampai hal buruk terjadi pada pasien!" ancam dokter itu.     

"Xel, sudah Xel jangan begitu," lirih tante Yulita. Kemduian ia memandang kea rah dokter dan meminta maaf, "Dok, saya minta maaf. Saya tidak akan melakukan hal itu. saya akan tetap menggunakan rese panda."     

"Hal buruk hanya akan terjadi jika om Rafi tetap mengkonsumsi obat dari anda. Perlahan dia akan menjadi bego dan idiot selamanya. Saya tahu siapa anda dan motif anda mengatakan ini obat kusus. Karena, saya sudah melakukan pengecekan dari obat yang di rumah om Rafi. Bukti kuat ada pada sempel darahnya, terdapat kandungan yang sama seperti obat-obat yang anda berikan. Dasar, dokter psikopat!" ucap Axel sambil menunjukkan dual embar hasil laboratorium yang ia dapatkan dari dokter San.     

"Omong kosong macam apa ini? Tidak, saya tidak melakukan apapun," ucap dokter itu panik kemduian berusaha berlari. Belum sampai ia di pintu, sudah ada tiga polisi lengkap dengan senjata menghadangnya.  Namun, dokter itu tidak kehilangan akal. Ia berlari menuju kea rah jendela dengan maksut mau lompat dari sana. Tapi, lagi-lagi sayang, pasukan yang Axel bawa sudah ada lima orang berjaga di sana. Alhasil, dokter psikopat itu pun berhasil di tangkap dan dibawa ke kantor polisi dengan bukti obat yang sudah diresepkan untuk Rafi, serta bukti laboratium dari obat dan darah pasien.     

"Nak Axel. Tante tidak tahu kalau kau selama ini cukup memperhatikan hal ini. Terimakasih banyak, kau sudah menyelamatkan om Rafi dari bahaya. Hanya saja, yang tante tak habis pikir itu, kenapa bisa dia tega melakukan itu? Apa salah kami padanya? Kenal saja kami tidak sebelumnya," ucap tante Yulita sambil terisak.     

Kali ini Axel merasa ciut melihat kondisi tante Yulita. Dia mungkin saat ini merasa senang dan hanya ada kebencian pada dokter tersebut. Tapi, apa jadinya jika dia tahu kalau dalang di balik semua ini adalah putrinya? Bagaimana juga perasaan Jevin yang menganggap Alea seperti adik kandungnya tahu kalau dia yang menghabisi  Intan adiknya dengan cara sadis dan tidak manusiawi? Di sisi lain Axel juga tahu, ini tidak bisa dibiarkan sampai di sini saja. kasus ini harus segera diusut sampai akarnya, walaupun nanti kemungkinan terburuk Alea harus  menerima hukuman mati.     

Makanya, dia sengaja membuat Alea seolah gila agar ada penguluran waktu eksekusi. Atau, setidaknya ckup dipenjara seumur hidup saja. Dia hanya seorang pendendam yang takt ahu batas. Bukan seorang kanibal yang memakan korbannya yang sesame manusia. dia juga tidak akan melakukan pada orang yang tidak bersalah sekalipun itu sama sekali tidak benar.     

"Tante yang kuat, ya? sebesar apapun masalah yang akan datang nantinya, sipkan hati dan diri tante, oke? Kita tidak tahu bagaimana kondisi Alea."     

"Semoga dia tidak berlarut-larut. Tante yakin, karena, oknum dokter penjahatnya sudah di tangkap," ucap tante Yulita. Padahal, yang Axel maksut bukan itu.     

***      

"Sampai di sini apakah semua sadah paham?" ucap seorang pria dengan tegas dan penuh wibawa.     

"Paham, Pak."     

"Ada yang ingin kalian tanyakan terkait program baru perusahaan?"     

Tidak ada jawaban. Semua stafnya hanya saling berbisik dan sesekali menganguk dengan raut wajah puas tanpa mereka sudah memahami dengan baik penjelasannya. "Karena kalian sudah mengerti, untuk pertemuan kali ini saya rasa sudah cukup. Silakan kalian kembali ke ruangan masing masing dan bekerjalah dengan baik!"     

"Baik, Pak" jawab mereka bersamaan. Pertemuan pun di buyarkan hanya ada satu pria itu saja dalam ruangan luas tersebut selagi manager perusahaan. Manager muda dan tampan.     

"Alea, kamu apa kabar? Apakah kau sudah bahagia dengan kekasihmu?" gumam pria itu sambil mencrol media sosialnya mengintip kegiatannya. Tapi, rupanya sudah satu minggu ini Alea tidak aktif. Tidak ada postingan apapun di sana. Wa nya juga menunjukkan sudah tiga hari ini sama sekali tidak di buka.     

"Kamu kenapa, Alea? Hal buruk tidak terjadi padamu, kan?" Tiba-tiba saja dada Andra merasa sakit dan nyesek. Entah, perasaan apa yang ia rasakan sekarang ini dia juga tidak bisa mengerti ini. Sebenarnya ia ingin menelfonnya. Hanya saja karena ini masih jam kerja, Andra mengurungkan itu. dia melanjutkan pekerjaannya. Karena ini hari Sabtu, dia berencana untuk segera pulang dan mentiadakan lembur. Mumpung bekerjanya hanya setengah hari dan besok libur, ia bermaskut mengunjungi Alea nanti malam setelah menemui ibunya.     

Sesuai rencana, setelah menambi jalan-jalan sore ibunya dan mengajaknya makan malam, Andra bersiap ke rumah Alea. Ia sudah berdandan rapi dan membawakan kado untuknya serta oleh-oleh untuk kedua orang tua Alea.     

Haparan bisa ngobrol dan bertukar cerita setelah lama tidak bertemu rupanya sirna. Bagaimana tidak, sosok yang selalu membayangi pikirannya dengan keceriaannya mendadak kondisinya memperihatinkan.     

Dia terus memasang ekspresi takut dan terus berkata, "Tidak ada hantu, tidak aka nada arwah itu hanya bohongan, itu tidak nyata." Terus seperti itu dan sesekali berteriak histeris dan melempar apapun yang ada pada jangkauannya ke arah tertentu, yang menurutnya di situ ada sosok Intan hendak membalas dendam padanya.     

"kenapa Alea bisa menjadi seperti ini, Tante?" tanya Andra sedih.     

"Dia yang selama ini tidak pernah percaya dengan hal-hal yang berbau mistik, melihat dengan mata kepalanya sendiri ayahnya kesurupan waktu itu. Alea menolak kebenaran itu, dia berkata kalau itu hanyalah bohongan dan akal-akalan si ayah saja membuatnya takut. Ahirnya mas Rafi yang sudah dikuasai oleh awrah wanita jahat itu menyerang Alea dengan brutal sampai dia mengalami luka parah." Ucap Yulita panjang lebar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.