Cinta seorang gadis psycopath(21+)

SANDIWARA



SANDIWARA

1"Apakah ada lembur?" tanya seorang wanita yang sudah berpakaian rapi, di depan pintu dan mengambil alih tas kerja dan jas dari tangan Axel.     

"Tidak ada."     

"Kau pulang terlambat. Apa yang kau lakukan di luar?" wanita itu bahkan tidak memandang wajah orang yang dia ajak bicara.     

"Bersama Reyna, aku mengantarkan salah satu karyawanku yang terluka. Ini untuk kamu!" ucap Axel memberikan satu box berisi rujak Bangkok dengan potongan buah segar.     

"Kau membelikannya untukku?" tanya wanita itu dengan kedua mata berbinar. Belum juga mendapatkan jawaban dari sang suami. Dia sudah langsung mencicipinya. "Ini enak sekali, Xel. Apakah kau mau mencobanya?"     

Axel tersenyum dan mengeleng. Kemudian ia beranjak pergi menuju kamar untuk membersihkan diri sebelum makan malam.     

Di dalam kamar mandi Axel melamun. Ia tiba-tiba kepikiran dengan Alea. Entah kenapa. Tiba-tiba di dalam dadanya ada rasa sakit dan menyesakkan. Ia merasakan rasa yang tak wajar. Merindukan sosok Alea dan ingin tahu bagaimana keadaanya di sana. 'Ah, andai saja ada hal yang bisa mengubungkan dengan seseorang yang sudah berada di alam abadi. Ingin sekali aku bertemu dan sedikit ngobrol padanya. Kini aku sadar, rindu yang paling menyakitkan itu adalah rindu dengan orang yang sudah tak lagi ada di dunia,' batin Axel sambil memegang sebelah dadanya yang terasa nyeri.     

"Pink!"     

Pria itu melirik kea rah ponselanya. Ternyata sebuah pesan dari Reyna yang menanyakan keadaan Wulan kakak iparnya. "Bos, apakah kaka ipar merajuk padamu? Jika memang, iya. Mungkin aku bisa datang ke tempatmu nanti."     

Pria itu menyunggingkan senyuman di bibirnya. Dia adalah sepupu dari mendiang sanga ayah yang baru satu tahun ini bekerja di perusahaannya. Dia adalah sosok yang asik supel baik dan suka membantu dirinya dalam segala hal. Terutama, jika ada kesalah pahaman antara dirinya dengan Wulan. Reyna tak segan-segan menumbalkan dirinya, rela dimarahi dan dimaki Wulan asal dia dan Wulan di rumah tangganya tidak terjadi masalah.     

"Tidak ada apa-apa. Dia baik-baik saja," balas Axel.     

Kembali, ingatannya pada gadis Thailand yang baru beberapa bulan ini bekerja di kantornya. Kalau di teliti dan diingat-ingat, di aitu sangat unik dan memiliki kepribadian yang berbeda dengan staf wanita yang lainnya. Jika yang lain berlomba-lomba tampil maximal di hadapannya, dia tidak. Tampil tetap apa adanya. Tapi, walau begitu, dia memang sudah sangat luar biasa cantik dan memiliki daya pikat yang tinngi. Dia tidak ganjen dan suka caper dengan pria manapun yang memiliki kedudukan, lebih suka berteman dengan sesame wanita dan berkumpul dalam jumblah banyak seperti anggota geng saja.     

"Chaliya…. Alea. Kalian adalah dua orang berbeda tapi memiliki arti yang sama dalam hidupku," gumam Axel seorang diri.     

***     

Di dalam kamarnya, Chaliya kembali memikirkan tentang Wulan. Ada rasa yang menyesakkan dadanya saat teringat dengan gadis itu. gadis yang dulu dekat dengannya, dan mungkin juga gadis yang memisahkan dia dengan Axel. 'Wulan! Kelak kau juga akan merasakan bagaimana sakitnya jadi aku yang kehilangan orang yang aku cintai. Cepat atau lambat, aku akan buat Axel membencimu dan menceraikanmu,' batin gadis itu berapi-api penuh emosi.     

"Selamat pagi, Nyonya Wulan."     

"Selamat pagi, Nyonya."     

Para karyawan menundukkan kepala memberi salam dan sapa pada nyonya bos yang datang untuk berkunjung. Chaliya tahu, pasti itu yang datang Wulan. Tapi, ia pura-pura sibuk saja. toh dia juga sudah berada di dalam ruanga. Sementara si nyonya bos berada di luar. Sebenarnya ia malah untuk berpapasan dengan wanita itu. bahkan, ia juga berfikir untuk meminta tolong pada OB untuk memfoto copykan berkas miliknya yang perlu diperbanyak. Namun, tiba-tiba muncul ide jail di kepalanya.     

Gadis itu seketika tersenyum dan beranjak keluar dengan beberapa lembar kertas di tangannya. Sengaja berpapasan dengan Wulan. Ia menunduk dengan sopan, karena ada banyak staf atau pekeja lain yang lalu Lalang di sana. Tapi, saat ia kembali, ternyata Wulan masih berada di tempat yang sama. Sedangkan para staf sudah masuk ke ruangan masing-masing untuk bekerja. Dengan lirih Chaliya memanggil istri dari CEOnya dengan hanya nama saja.     

"Apa kabar, Wulan? Apa yang kau lakukan di sini?"     

Wanita itu terkejut dan menoleh cepat memandang kea rah Chaliya yang hanya tersenyum sopan dan membungkuk memberi penghormatan. Dari ekspresinya, dia tidak seperti orang yang sedang berbicara padanya. Lagi pula, suara itu, seperti bukan suara Chaliya. Wulan pernah dengar seperti apa Chaliya berbicara. Logat Bahasa Indonesianya kaku. Karena dia orang Thailand.     

"Chaliya? Apakah kau berbicara padaku?" tanya Wulan dengan ekspresi yang tak dapat disembunyikan.     

Gadis itu nampak bingung. Ia mengelengkan kepalanya beberapa kali. Tapi, dalam hatinya ia bersorak. Mungkin ini saatnya ia memulai permainan terror. Dia ingin Wulan menjadi gila secara perlahan.     

"Tapi, aku mendengar suara seorang wanita berbicara. Benar itu bukan kamu?"     

"Apakah dia berbicara seperti ini? Apakah kabar, Wulan?" ucap Chaliya sambil tersenyum sinis, membuat suaranya seperti suara Alea. Logat Bahasa Indonesianya juga sangat luwes, tidak seperti dirinya saat berbicara sehari-hari.     

Mendengar dan melihat itu secara langsung, Wulan terkejut sampai kedua matanya melotot. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang dia lihat, dan juga pendengarannya sendiri.     

"Si… siapa kau sebenarnya?" tanya Wulan gugup. Dia memiliki Riwayat trauma dan parno atas apa yang dia lihat tentang kehidupan Alea.     

"Aku Andrea W. atau, pemilik Asli Alea. Kau apa kabar editor Wulan? Rupanya kau cukup senang atas apa yang kau capai setelah berhasil membuat karyaku Viral," ucap Chaliya.     

"Kamu ini siapa?"     

"Kau pikir siapa aku?" Chaliya menyeringai, tertawa dan memandang dengan tatapan yang merendahkan. Kemudian, ia membungkuk dengan sopan dan tersenyum lalu meninggalkan Wulan.     

Wulan terpaku. Pikirnya langsung melayang ke mana-mana. Tubuhnya bergetar hebatm wajahnya pun juga menjadi pucat pasi. "Axel… ak harus mencarimu," gumamnya. Kemudian ia berlari menuju ruangan suaminya.     

"Axel!" teriak Wulan begitu ia membuka pintu dengan keras sehingga, benturan pintu dengan tembok menimbukan suara yang cukup berisik.     

"Iya, Wulan. Ada apa?" tanya Axel. Memandang cemas pada sang istri yang pucat seperti habis dikejar setan saja.     

"Xel, aku bertemu dengan Alea. Salah satu stafmu adalah dia. Dia berbahaya, Xel kamu harus segera memecat dia!" ucap Wulan benar-benar ketakutan dan nampak sekali kalau itu tidak dibuat-buat.     

"Aku kira apa. Kau catang dengan keadaan seperti ini hanya mengatakan omong kosong saja, Wulan? Sudahlah. Aku akan bekerja. Aku masih ada banyak hal yang perlu dikerjakan." Pria itu nampak tak peduli dengan Wulan. Ia kembali memandang laptonya dan fokus bekerja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.