Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PERGI KE BANDUNG



PERGI KE BANDUNG

0"Lalu, bagaimana perasaanmu pada Alea sebenarnya? APakah yang dikatakan Wulan itu sama?" tanya Chaliya tanpa melihat ke arah Axel.     

"Memangnya kenapa jika apa yang dikatakan oleh Wulan itu benar?"     

"Jika memang benar. Itu artinya tidak akan menutup kemungkinan jika kau sudah tahu aibku kelak, kau juga akan membenciku dan mati rasa. Buktinya, mengetahui Wulan demikian kau juga sudah tak lagi cinta padanya."     

"Itu… aku kan… " kata-kata Axel yang terbata-bata langsung dipotong oleh Chaliya.     

"Cinta itu menerima baik buruknya pasangan, Pak Max."     

"Lalu, bagaimana dengan Andra?"     

"Jangan sangkut pautkan dia dengan anda. Dia itu berbeda dan tiada duanya," jawab Chaliya tidak terima.     

"Kau sepertinya benar-benar jatuh cinta pada Andra, Cha. Aku iri padanya," jawab Axel sambil tertawa miring.     

"Pantas saja kau hanya begitu-begitu saja. kau hanya tahu iri tanpa tahu perjuangan dan pengorbanan orang lain atas apa yang dicapai. Kurasa, kau itu tidak pernah mencintai siapapun dalam hidupmu. Termasuk Alea, Wulan dan juga aku. tapi, dirimu sendiri."     

"Kau berkata seperti itu seolah kau kenal saja siapa aku, Cha," jawab Axel menimpali kata-kata tajam yang keluar dari mulut Chaliya.     

"Tak mengenalmu lebih jauh lagi. Sudah kulihat semuanya. Kelak, jika kau sudah tahu aibku juga tak menutup kemungkinan kau juga menjauhiku dan hinggap pada hati wanita yang kau anggap sempurna. Begitu saja terus sampai kau tua dan mati. Kau akan sendirian bersama kutukan para wanita yang telah kau campakkan!"     

"Ya sudah, aku akan belajar mencintaimu dengan tulus. Apapun kekuranganmu, aku akan menerimanya."     

"Untuk saat ini, yang kau ketahui aku masih belum bisa move on dari Andra. apakah kau tidak sadar kalau sekarang kita pergi untuk melunakkan hatinya agar mau kembali bersamaku?"     

"Lalu, apakah kau yakin diam au balikan sama kamu?" tanya Andra. belum sempat Chaliya menjawab, sebuah mobil telah menabrak mobil yang mereka kendarai dari belakang.     

"BRAK!"     

Seketika mereka pun menoleh ke belakang. Nampak sebuah mobil hitam yang di dalamnya adalah Wulan.     

"Ck! Orang itu sebenarnya bisa menyetir apa tidak, sih?" umpat Axel kesal. Seketika ia menghentikan mobilnya dan turun.     

Dengan santai Chaliya juga mengikutinya. Pertama yang Axel lihat adalah bemper mobilnya. tidak terjadi kerusakan parah. Hanya sedikit lecet saja. karena marah, Axel langsung menoleh ke belakang untuk melihat siapa pengemudi mobil yang menabraknya dari belakang.     

"Sudah, jangan ribut. Biarkan saja. biayanya berapa untuk erbaikan biar aku yang nanggung. Jangan buang waktu kita hanya karena sesuatu yang tak penting, oke?" ucap Chaliya sambil menahan lengan Axel.     

"Tapi, Cha!"     

"Dia akan mengelak dan mencari alasan agar bisa menyalahkanmu. Waktu kita terbatas."     

Seakan terkena hipnotis saja. Axel langsung menuruti ucapan Chaliya hanya dengan anggukan dan mereka pun berjalan masuk mobil.     

"Cih! Sialan! Kenapa aku bisa menabrak mobilnya? Sudah baik Axel tidak memaksaku keluar agar aku tidak ketahuan. Tapi, kenapa harus wanita jalang itu yang membujuknya? Kenapa Axel begitu patuh dengan si jalang itu. apa yang sudah jalang itu lakukan pada suamiku?" umpat Wulan marah-marah sendiri.     

Belum juga reda emosinya, masuk sebuah pesan chat dari Chaliya yang isinya lebih ke mengejek.     

"Kurasa kau tahu, kan jika kau sekarang ini telah berutang budi padaku? Bagus kularang suamimu untuk memaksamu turun. Setidaknya, kau bisa lanjutkan misimu sebagai detektif," tulisnya dengan menyertakan emot tertawa.     

"Sialan! Rupanya wanita itu tahu?" umpat Wulan dengan cepat dia membalas pesan tersebut. Karena terlalu buru-buru dan dimakan emosi, Wulan bahkan tidak ada pengelakan sama sekali. Balasannya menunjukkan seolah-olah apa yang Chaliya tuduhkan adalah benar.     

"Kenapa aku harus berterimakasih padamu? Tidakkah kau malu mengajak pergi suami orang dan merayunya?"     

"Oh, jadi benar, itu kamu, ya? Niat banget yang ingin tahu urusan orang sampai rental mobil. Tapi, cara mengemudimu buruk. Bagaimana bisa kau sampai menabrak mobil suamimu sendiri? Harusnya ikut kursus lagi, dong sebelum mengemudikan jarak jauh."     

"Sialan kau Chaliya! Dasar wanita jalang!" balas Wulan penuh emosi.     

"Bagaimana kau tahu kalau aku ini jalang? Apakah kau sudah yakin, suamimu menjalangiku?"     

Karena emosi, Wulan membanting ponselnya. Ia kesal dan sangat emosi. Tak bisa ia tenang dan bersabar membayangkan suaminya bercinta dengan Chaliya yang memang harus dia akui dari segi fisik dan kecantikan dia berada jauh di atasnya.     

"Ah! Tidak! Suamiku tidak mungkin melakukan itu pada wanita lain apalagi dia. Dia hanya milikku dan hanya akan mencintaiku selamanya, kan?" teriaknya kian tak terkontrol.     

"Hentikan mobilnya, itu Andra, kan?" ucap Chalya terbelalak saat ia melihat Andra keluar dari sebuah restoran mewah bersama seorang gadis yang dia lihat di dalam ruangan beberapa bulan lau. Keduanya bergandengan tangan nampak mesra. Tidak hanya itu, bahkan, mereka sempat berciuman di halaman parkir. Seolah menunjukkan pada dunia kalau mereka berdua saling mencintai satu sama lain. Kemudian saling pandang, tersenyum dan masuk ke dalam mobil.     

"Andra!" panggil Chaliya dengan tubuh bergetar wajahnya memucat kedua netranya juga penuh dengan genangan buliran bening yang siap meloncat membasahi pipi cantiknya.     

Pria yang dia panggil Andra pun menoleh. Melihat kea rah gadis berambut panjang menatapnya dengan tatapan tak percaya. Kemudian berbisik pada gadis yang dia gandeng, "Tunggu aku di mobil."     

Gadis itu hanya mengangguk. Tanpa berani memandang kea rah Chaliya, dengan patuh dia berjalan menuju mobil Andra dan emnunggunya di dalam.     

"Jadi, ini alasan kamu menjauhiku, dan membesar-besar kan masalah sepele agar kita bisa berjauhan dan putus kah, Ndra?" ucap Chaliya. Tak bisa lagi membendung air matanya.     

"Ya sudah, karena kau sudah tahu. Aku katakana iya. Maafkan aku, Cha. Aku sudah merasa tak nyaman lagi sama kamu. Aku lebih merasa nyaman bersama Lizie. Kau dulu saat kuajak tinggal di Bandung juga menolak, kan? Apalagi di Jakarta kau juga sudah punya Axel."     

"Ndra! Aku dan Axel tidak ada hubungan apa-apa. Sudah berapa kali aku jelaskan sama kamu, sih?" Chaliya terus memohon dan menangis. Tak peduli lagi dengan harga dirinya sebagai wanita yang terus mengejar dan mencoba mempertahankan laki-laki yang nyata jelas-jelas sudah tak lagi inginkan dirinya. Meskipun dia tahu dan sadar sekali kalau dirinya jadi pusat perhatian dan tontonan pengunjung rstoran tersebut.     

"Aku tidak mau tahu itu. yang jelas aku sudah melihatnya kau berpelukan dengan Axel kala itu. kau diam dan tak menolak. Axel juga sudah menjelaskan padaku. Tapi, kurasa itu hanya demi menyenangkan mu saja. sebab, aku tahu dia sangat menyukaimu. Jadi, kuharap berbahagialah bersamanya."     

"Tidak, Ndra. Bagaimana dengan pernikahan kita yang akan sebentar lagi kita selenggarakan?" ucap Chaliya tak mau menyerah.     

"Kita udahan saja. Cha. Kita putus, ya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.