Cinta seorang gadis psycopath(21+)

GADIS BIADAB



GADIS BIADAB

0"Jadi begini, Nona Chaliya. Keperluan saya bertemu dengan anda, saya butuh beberapa jumlah uang. Meskipun sudah lama, anda ingat, bukan kerja sama apa yang pernah kita lakukan bersama Rado sahabat saya sebelum dia menghilang?" ucapnya sambil tersenyum licik.     

Dalam hati Chaliya sudah merasa tak nyaman. Dia marah, karena merasa dimanfaatkan. Rasa-rasanya, ini adalah awal perkataan Riki untuk memerasnya.     

"Tentu saja, Tuan. Anda sangat berjasa mengambilkan mayat calon suami saya, dan bahkan juga mengenalkan saya dengan seorang dokter yang bisa membantu saya," jawab Chaliya tenang. Dari raut wajahnya, dia nampak seorang yang penuh rasa terimakasih atas jasa di masa lalu yang pernah Riki dan Rado lakukan padanya.     

"Ya, sebagai penutup mulut, agar rahasia anda tidak terbongkar pada publik, serta agar saya bisa menjaga keamanan dari sang dokter, kau gunakan untuk apa formalin-formalin itu, bagaimana jika sekali lagi anda memberi imbalan lima puluh juta?" jawab Riki. Memang sedikit berat nampaknya dia saat menyebutkan nominalnya. Tapi, ekspresinya menunjukkan bahwa dia sudah tak lagi ada rasa malu.     

'Sialan! Dia mau memerasku. Memang, benar. Tak ada orang yang lebih baik dari Andraku dalam menyimpan rahasia. Yang satu mata keranjang, satunya lagi mata duitan. Sebuah kolaborasi yang menjijikkan,' batin Chaliya. Ia benar-benar emosi. Tapi, karena dia cukup berpengalaman dalam mengelola emosi dan ekspresinya. Sedikitpun Riki tidak merasa bahwa Chaliya keberatan. Apalagi emosi dan marah. Gadis itu benar-benar rapi.     

"Oh, lima puluh juta, ya? Bicaranya susah sekali. Anda terlalu sungkan untuk mengatakan hal itu," jawab Chaliya.     

"Tentu saja. karena anda wanita. Tapi, meski demikan, saya rasa Nona Chaliya bukanlah orang yang kekurangan uang. Anda adalah sosok yang cerdas, cantik dan pandai menghasilkan uang. Lima puluh juta harusnya bukan hal besar, kan?" jawab Riki. Menyeringai sambil melihat setiap inci lekuk tubuh Chaliya.     

"Lalu, bagaimana ini? Saya sama sekali tidak membawa uang tunai sebanyak itu selain uang dua ratus ribu di dalam dompet saya. Apakah Tuan Riki bersedia mengantarkan saya pergi ke beberapa ATM untuk mengambil tunainya? Ke teller juga tak mungkin, kan? Sebab, tidak ada satu pun bank yang beroprasi di malam hari. Kecuaki bank darah," jawab Chaliya dengan tenang dan sedikit bercanda.     

"Hahaha, anda bisa saja, Nona. Tentu saja saya bersedia mengantarkan anda ke mana pun itu. karena, saya butuh memang untuk malam ini," ucap Riki setengah berbisik.     

"Kalau begitu, mari kita jangan ulur waktu lagi," ucap Chaliya.     

Karena setiap ATM hanya bisa mengambi tunai tak lebih dari lima jutaan saja, maka masih ada tujuh ATM lagi yang harus mereka datangi. Chaliya tipe gadis yang cerdik. Bisa Menyusun rencana dengan cepat dan rapi di sebuah jalanan yang sepi, sepanjang pagar sebuah pabrik yang sangat luas dan tak ada kehidupan di sekitarnya, dengan sengaja Chaliya melepaskan dua kanging kemejanya teratas, serta menaikkan roknya dengan gesekan tangan, seolah-olah itu terjadi begitu saja tanpa kesengajaan. Sedangkan dia, menunggu mangsa masuk perangkap sambil sibuk dengan game online yang dia mainkan.     

Saat Riki iseng-iseng melirik kea rah Chaliya yang sejak tadi sepertinya tiada bersuara. Namun, tiba-tiba lengannya yang tengah memegang kemudi bergetar hebat karena nafsunya yang tiba-tiba bergejolak hebat.     

Lagipula, pria normal mana yang tidak akan tergoda oleh belahan buah dada besar, putih mulus dan nampak menantang untuk di sentuh dan di remas, belum lagi, rok sepan yang menyingkap tinggi hingga pangkal dan mengekspose warna celana dalam putih berbahan satin yang gadis itu pakai.     

"Ciiiiiiiit!" Tiba-tiba mobil berbelok, mengeremnya pun juga mendadak.     

"Loh, ada ap aini?" tanya Chaliya masih menggenggam benda pipih di tangannya lalu bengong memandang ke depan. Seolah, dia benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi.     

"Nonaaaa," panggil Riki dengan suara parau, dia mengunci pintu mobil secara otomatis, dan melepaskan kaitan sabuk pengamannya, lalu beberapa kancing kemeja yang ia kenakan.     

"Ada ap aini? Mobil kita tidak menabrak sesuatu, bukan? Atau, anda menghindari kucing yang hendak menyebrang?" tanya Chaliya panik dan terus melihat ke depan sambil sedikit mendogakkan wajahnya ke depan, untuk menyaksikan bahwa tidak ada hal buruk yang terjadi.     

"Tidak ada, Nona. Semuanya baik-baik saja. mobil kita hanya menepi untuk bergoyang. Aku yang akan menabrak dirimu kali ini," ucap Riki dengan suara parau karena dipenuhi oleh nafsu birahi.     

Chaliya menoleh. Layaknya seorang gadis lemah yang terlambat untuk kabur, ia hanya bisa berusaha mendorong dengan kekuatan lemah tubuh Riki yang sudah memeluk erat, dan menenggelamkan wajahn ya pada leher jenjang Chaliya. Tangan kirinya bergerilya meraba punggungnya, sementara tangan satunya lagi berhasil menyisip ke dalam bra renda warna putih yang Chaliya pakai dan meremas isi di dalamnya. "Tenang, ya Sayang. Asal kau menurut, kau tak perlu ambil uang tunai lagi, cukup dengan yang sudah kau ambil, dan serahkan padaku saja," bisik Riki sambil menggigit daun telinga Chaliya.     

"Ohhh! Tuan Riki, apa yang anda lakukan?" desah Chaliya, sambil meremas pungung pria itu.     

"Aku akan menyenangkanmu, Nona. Aku akan membuatmu bahagia," desah Riki. Ia kian semangat, nafsunya jika kian memburu karena desah kenikmatan Chaliya dan kedua tangannya yang terus meremas punggung dan rambutnya. Seolah, gadis itu benar-benar hanyut oleh permainannya.     

Dengan sigap, Riki merubah posisi kursi, menjatuhkan sandarannya seperti tempat berbaring. Lalu, kemudian, dengan leluasa dia menindih dan menenggelamkan wajahnya pada belahan payudara Chaliya yang hangat dan kenyal. Tak hanya itu, dengan berani dia juga bahkan menggesek miliknya yang sudah tegang di liang kenikmatan Chaliya yang masih belum terjamah oleh siapapun.     

'Lancang sekali pria, ini?' batin Chaliya. Tak mau membiarkan kebiadapan ini berlangsungsung lama, Chaliya mengambil pisai dari dalam tasnya yang ia letakkan di dekat pruneleng mobil, dan dengan kencang ia menusukkan pada punggung Riki. Karena tusukan yang kencang, sepertinya pisau itu telah melukai jantungnya, sehingga, pria itu mutah darah. Namun, tidak langsung mati.     

Chaliya mendorong tubuh yang sudah tak lagi berdaya itu, dan dengan bangga dia berkata sambil tertawa, "Mau berusaha morotin dan melecehkanku? Jangan mimpi! Bahkan, calon suamiku saja, tak pernah berbuat sekurangajar dirimu, Tuan." Chaliya menyeringai sambil memegang pisau penuh darah di tangannya.     

"Ka… kau bi… adap!" ucap Riki terbata-bata.     

"Mana, biar kubereskan, mana saja anggota tubuhmu yang dengan lancang berani menyentuh tubuhku," ucap Chaliya, tak peduli, di dadanya ada banyak darah segar yang telah dimuntahkan oleh Riki yang tengah menindihnya tadi. Dengan tega, tanpa perasaan dan prikemanusiaan, Chaliya mengayunkan kencang pisau ditangannya untuk menebas sisi wajah Riki, sehingga bibir dan ujung hidungnya melayang.     

"AAAAARKH!" pekik Riki kesakitan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.