Cinta seorang gadis psycopath(21+)

KEMBALI KE PERUSAHAAN



KEMBALI KE PERUSAHAAN

3Satu bulan sudah Chaliya bekerja di perusahaan Axel menjadi staf marketing seperti posisinya yang dulu. Dia tidak lagi takut dan was-was akan terjadi masalah besar seperti dulu lagi. Sebab, selain status Axel yang sudah duda keren, Wulan mantan istri juga sudah tiada.     

"Chaliya, katanya istrinya pak Max mati, ya?" tanya salah satu temannya yang memang sedikit suka menggosip.     

"Iya. Kenapa kau bertanya demikian? Mau ambil kesempatan dekat dengannya? Silahkan saja, mumpung dia masih duda," jawab Chaliya saat berada di cafetaria para karyawan.     

"Selamat siang, Chaliya, boleh saya duduk di sini?" sapa Axel sambil membawa nampan berisi makanannya.     

"Apakah menu di cafetarianya bos tidak seenak di sini, Pak?" tanya Chaliya balik.     

"Iya, kau benar. Makanya kau selalu menolak jika kuajak makan di sana," jawab Axel sambil tertawa konyol. Dia sudah mengira kalau Chaliya pasti akan melemparkan pertanyaan tak berguna. Tapi, tetap saja dia tak bisa memberi serangan balik dari pertanyaan konyol gadis itu.     

"Duduklah di sini, Pak Max," ucap Lina teman Chaliya.     

"Oh, terimakasih, Lin. Sepertinya Chaliya ingin aku tetap berdiri," jawab Axel sambil menggoda Chaliya. Namun, gadis itu tetap saja cuek dan cenderung tak peduli. Dia tetap enak amakn, jangankan menimpali, melirik saja kea rah Axel juga sama sekali gak.     

Tak mau dicap sebagai bos sombong dan bucin pada Chaliya, akhirnya Axel pun mengikuti alur ngobrol dan bercanda dengan Lina sambil sesekali melirik Chaliya berharap gadis itu memiliki rasa cemburu. Tapi, rupanya itu sia-sia. Chaliya tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dirinya tengah cemburu. Dia msih saja kaku seperti sebelumnya. Padahal di sini sudah dua bulan.     

Chaliya hanya melihat dan tertawa dalam hati bagaimana Axel ngobrol bebas dan sedikit mengeluarkan candaan pada teman satu devisinya, Lina. Di raut wajah gadis yang usianya jauh lebih muda darinya itu pun juga nampak bahagia sekali bisa ngobrol dengan CEO utama perusahaan yang tampan rupawan, dan sejak dulu sudah jadi incaran para wanita.     

'Apa sekarang saja aku memulainya? Mungkin saja ini adalah moment yang tepat," batin Chaliya. Ia ingin membuat Axel GR tapi yang sekiranya tidak membuat temannya merasa tak enak hati.     

"Anda ternyata juga suka sayuran hijau, ya Pak? Saya kira anda hanya memakan daging kwalitas super saja," ucap Lina kagum saat Axel menghabiskan lalapannya.     

"Aku ini apa saja mau asal sehat. Tidak hanya daging, ikan dan sayur juga buah-buahan aku juga makan," jawab Axel dengan rilex.     

Sementara Chaliya sedikit bengong, mengunyah makanannya pelan sambil melihat keakuran dua orang di depannya. Sangat lucu sekali. Dia menyukai pemandangan ini.     

"Kalau kamu Chaliya, suka makan apa?" tanya Lina pada temannya yang sedari tadi hanya menjadi penyimak saja.     

"Aku? Suka apa? Apapun yang menyenangkan," jawab gadis itu asal dan tak nyambug.     

Seketika Lina tertawa terbahak, tak hanya lina dan Axel saja. bahkan, Chaliya sendiri juga tertawa. Membuat dua orang di sebelahnya kian bingung dan menjadi saja.     

"Hey, kamu menertawakan apa?" tanya Lina sambil berusaha meredam tawanya.     

"Ya gak tahu, aku ikutan tertawa sama kalian saja," jawab Chaliya. Lagi, mereka tertawa.     

Axel hanya geleng-geleng kepala saja. dia berfikir apa yang ada di dalam kepala gadis ini. Bagaimana bisa dia mendadak sedikit bloon gini? Bukankah dia type gadis ceras dengan IQ tinggi dan daya tangkap yang tinggi pula? Kenapa mendadak ngeblank? Apakah kehilangan sosok yang benar-benar dicintai membuat kinerja otak menurun drastis?     

"Jam makan siang kita sudah berakhir. mari kita kembali bekerja," ucap Axel kemudian beranjak pergi menuju ruangan.     

"Lin, kamu ke kator saja dulu. Aku ma uke toilet sebenrat," ucap Chaliya saat keluar dari cafetaria.     

"Baiklah. Jangan lama-lama, oke?" jawan gadis itu ceria.     

"Baik. Aku tidak akan tidur di dalam toilet," jawab Chaliya bercanda.     

"Hahaha, kau bisa saja."     

Chaliya berjalan lambat menuju ke dalam toilet wanita yang letaknya bersebrangan dengan toilet pria. Saat beberapa meter lagi dia tiba, sebuah tubuh kekar memeluknya dari belakang.     

"Pak, Max! Apa yang anda lakukan? Lepaskan saya, jangan sampai ada yang melihat kita," ucap Chaliya dengan cepat melepaskan diri dari dekapan Axel.     

"Kamu kenapa? Biasanya juga suka jika diam-diam aku memelukmu dari belakang, kan?"     

"Apakah saya mengatakan demikian dan menikmatinya? Sepertinya anda salah mengartikan," jawab Chaliya.     

"Kamu berbeda sekali hari ini. Kenapa? Kamu juga nampak bengong di meja makan tadi."     

"Perasaan anda saja. Anda mau apa? Pergilah! Apakah mau ikut masuk ke dalam toilet wanita?" tanya Chaliya dengan muka jutek.     

"Asal satu ruangan denganmu tak masalah," jawab Axel.     

"Silahkan saja jika memang anda ingin saya teriyaki sebagai lelaki mesum."     

Axel tertawa konyol melihat ulah Chaliya. "Kau… ya sudah lanjutkan saja. jangan lupa untuk emnungguku di tempat biasa. Kita makan malam dulu, oke?" ucap Axel sambil mengedipkan sebelah matanya.     

Saat jam pulang kantor, Axel buru-buru menuju ke tempat parkir, dia segera menunggunya di depan pagar kantor. Chaliya tidak nampak di sana. awalnya dia berfikir bahwa dia yang keluar perusaan terlalu cepat sehingga gadis itu masih berada di dalam dan belum keluar. Beberapa kali ia telfon tapi nonornya tidak aktif. Padahal, sudah hampir satu jam dia menunggunya.     

Berfikir bahwa kemungkinan Chaliya lembur, ia pun memutuskan kembali untuk masuk ke dalam kantor. Tapi, yang ia dapatkan di sana adalah kantor sudah sepi hanya ada security saja.     

"Ke mana Chaliya perginya?" umpat Axel kesal.     

Tidak berselang lama, sebelum dia keluar dari area dalam gedung perusahaannya, sebuah pesan dari nomor Chaliya masuk. Tanpa rasa bersalah gadis itu menuliskan, "Maaf, Pak. Saya tidak bisa menunggu anda tadi, karena saya buru-buru."     

"Gadis ini! Sialan, apa sih maunya?"     

Kembali Axel menelfon nomor gadis itu. saat di angkat, tanpa memberi kesempatan menjawab pada pemilik nomor Axel mengomelinya, "Cha, kau ini sejak kapan berubah menjadi pembakang seperti itu? Satu jam lebih aku menunggumu di depan perusahaan kau tak kunjung keluar. Setelah kucek kembali ke dalam perusahaan security mengatakan kalau kau sudah pergi meninggalkan kantor sejak awal. tidakkah bisa kau mengatakan padaku jika memang kau benar-benar terburu-buru?" omeh Axel.     

"Aduh… siapa, sih ini telfon-telfon diangkat malah mara-marah? Cha… Chaca! Ini ada tikus got menelfonmu dan marah-marah!" teriak seorang pria seperti banci dari seberang telfon sana. Axel baru sadar, ternyata ia marah-marah dan mengomel barusan ini bukan Chaliya yang mengangkat telfonnya? Lalu ke mana dia?     

Tapi, ada satu hal yang baru saja dia sadari y aitu kata tikus got. "Apa? Tikus got?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.