Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PERNIKAHAN YANG GAGAL



PERNIKAHAN YANG GAGAL

1"Tidak sah!"     

Sontak semua mata tertuju pada pria tersebut yang dengan beraninya mengatakan bahwa pernikahan mereka tidak sah.     

"Siapa pengacau itu? kenapa dibiarkan masuk?" teriak Elizabeth tidak terima jika ada seseorang dengan berani mengacaukan hari bahagia putranya.     

Sementara Chaliya hanya menunduk menyembunyikan wajahnya dari orang-orang yang menjadi saksi dan penghulu di hari pernikahannya bersama Axel.     

"Ya Tuhan!" seru Livia, Arabella dan juga Elizabeth. 3 wanita itu sama-sama terkejut ketika melihat ke arah pria yang berani dengan lantang meneriakkan bahwa pernikahan Axel dan Chaliya tidak sah.     

Tidak hanya mereka bertiga saja. Axel yang merasa penasaran dengan siapa yang menentang pernikahan nya ia pun juga beranjak, tapi bisa melihat wajah si pecundang itu.     

"Siapa pria itu? Kenapa sangat mirip sekali dengan mendiang Andra?" Gumam Axel yang hanya ditujukan pada dirinya sendiri.     

Seolah tidak gentar dengan tatapan orang-orang yang mengutuk dirinya, pria misterius yang memiliki wajah dan postur tubuh seperti almarhum Andra dengan jentel berjalan menuju kearah mempelai yang tengah duduk berjajar.     

"Siapa, kau?" tanya Axel dengan nada marah sambil mendorong dada pria itu yang memiliki tinggi tubuh yang hampir sama dengan dirinya.     

"Siapa aku? Itu tidak penting yang perlu kau tahu biarkan wanita yang bersamamu memilih antara kau dan aku," jawab pria itu dengan jenderal sambil mengibaskan bekas tangan Axel yang mengenai dadanya. Seolah-olah Axel adalah roda atau kuman yang hanya mengotori pakaian nya saja.     

"Chaliya, kamu pilih tetap tinggal disini menikah dengan Axel atau pergi dan melanjutkan hubungan kita yang sempat terhenti?" tanya pria itu lantang tepat di dekat Chaliya yang masih duduk dan menunduk. Seketika, pandangan orang-orang hanya tertuju pada mereka bertiga.     

Sementara Axel, mamanya, dan juga Livia begitu terkejut. Bagaimana bisa pria itu dengan berani bertanya seperti itu. Soalnya sejauh ini satupun dari mereka tidak pernah melihat Chaliya memiliki seorang kekasih selain Andra dan Axel. Tapi, yang masih jadi pertanyaan, siapa pria itu, dan kenapa mirip sekali dengan Andra. Bahkan, Livia yang ibu kandungnya saja hampir tak bisa membedakan. Jantungnya juga ikut bergetar ketika melihat seorang yang sangat mirip dengan putranya yang telah lama meninggal.     

Tidak menunggu lama, Chaliya seketika berdiri. Tanpa memandang Axel, dia berjalan mendekati pria asing yang mirip Andra itu lalu berkata, "Tentu saja memiliki kamu. Bukan, dia," jawab wanita itu dengan lantang sambil menunjuk ke arah Axel yang berdiri di dekatnya.     

"Chaliya, kamu?" ucap Axel dengan mata terbelalak. Ia tidak percaya dengan kejadian ini. Kebahagiaan yang sudah lama dia nanti hancur begitu saja dalam sekejap.     

"Maafkan Aku. Sejak awal aku memang tidak pernah mencintaimu, Xel. Aku hanya berbuat baik padaku karena kau adalah kakaknya Andra. Jika saja bukan, Aku tidak mau berpura-pura. Tapi sekarang sudah aku buktikan kalau aku memang memiliki pria yang aku cintai dan itu bukan kau," jawab Chaliya dengan tegas.     

Pria yang mirip dengan Andra pun menggandeng tangan Chaliya kemudian membawa mempelai wanita pergi meninggalkan tempat itu.     

Sementara Livia yang syock entah dengan kejadian ini, atau melihat pemuda yang begitu mirip dengan mendiang putranya itu pun seketika jatuh pingsan dan tak sadarkan diri.     

"Mama!" teriak Ara bela.     

"Livia! Kalian semua, kenapa cuma diam dan jadi penonton? Cepat angkat dia dan bawa ke dalam!" teriak Elizabeth pada anak buahnya yang juga ikut menghadiri acara pernikahan putranya yang gagal total.     

Di dalam mobil, Chaliya tertawa terbahak bersama Dicky yang memiliki kemiripan 98% dengan mendiang Andra.     

"Kenapa kau tertawa begitu keras? Puas karena dendam sudah tersalurkan?" tanya Dicky pada wanita di sampingnya.     

"Ya, bisa dikatakan begitu. By the way. Terimakasih, ya Dick. Tanpa kamu, aku tidak bisa melakukannya sendiri," ucap Chaliya.     

"Cuma terimakasih doang saja nih gak ada imbalan yang lain?" tanya pria itu sambil tersenyum penuh arti pada Chaliya     

"Emang kamu mau imbalan apa? Kau juga bukan seorang pria yang kekurangan uang dan wanita," jawab Chaliya sekenanya.     

"Ya apa yang kamu katakan itu benar. Tapi bagaimana jika aku menginginkan kamu Apakah kau tidak bersedia melayani ku sebentar saja? Tugasku barusan ini tidak mudah loh. Kamu tahu jika kakak sel dan keluarganya tidak terima dia bisa melaporkan ke polisi atas tuduhan perusak hubungan orang," jawab Dicky sambil tertawa.     

"Polisi bisa apa jika aku aku mau kau ajak kabur? Lagi pula pernikahanku dengannya juga masih belum sah. Kami sama-sama belum menandatangani sertifikat pernikahan," jawab Chaliya sambil memalingkan muka. Dia sejak bertemu dengan Dikcy dua bulan silam, tidak mau berlama-lama memandang wajah itu yang mirip dengan almarhum pria yang sangat dia cintai. Karena dia hanya mirip tak ingin cintanya hanya sebagai pelampiasan belaka.     

"Apakah benar tidak ingat denganku?"     

"Aku berfikir kau ini bercanda loh," jawab Chaliya. Sekenanya.     

"2 bulan akrab denganku harusnya kau tahu, bukan? Aku bukanlah tipe orang yang suka bercanda."     

Karena wanita di sebelahnya tidak juga memberi keputusan, pria itu mengemudikan mobilnya menuju ke kediamannya. Di sana, mereka langsung disambut oleh eh eh anak buah dan pengurus rumah fiqih yang sangat besar dan megah.     

Tidak langsung turun dan keluar dari mobil, Chaliya justru malah hanya diam mematung di dalam sana sambil memandang kearah Diki yang menunggunya di luar.     

"Hei, Kamu kenapa bengong begitu? Ayo turun sampai kapan kau mau akan tetap di dalam mobil itu terus? Kamu pasti belum makan kan Apakah tidak lapar?" tanya pria itu dengan nada yang sangat menjengkelkan.     

"Ya, kau benar. Aku memang sangat lapar," jawab Chaliya.     

Didalam super megah tersebut, segala jenis masakan dari berbagai mancanegara dan masakan lokal tersaji di dalam sebuah meja berukuran 1 * 2,5 m. Semuanya penuh tertata rapi seperti restoran prasmanan, dan Chaliya bebas memilih apa saja yang ingin dia makan.     

"Aku tidak tahu apa selera kamu. Jadi aku meminta kopiku untuk memasakkan apa saja yang ada di rumah. Kamu makan saja jangan sungkan-sungkan anggap rumah sendiri," ucap Dicky.     

"Ini hanya untuk menyambut ku yang hanya 1 orang? Dicky, perkataanku tidak akan sebanyak itu ini tidak akan habis," bisik Chaliya sambil menahan tawa.     

"Kalau memang nggak bisa ya udah nggak usah dimakan semuanya siapa yang nyuruh kamu menghabiskan semuanya. Kalau sampai habis aku juga meragukan dirimu. Kamu wanita, atau manusia jadi-jadian?"     

"Tentu saja aku wanita beneran. Ya sudah ayo kamu temani aku makan!" ajak Chaliya.     

Saat kalian makan dengan lahap berbagai menu yang ada di hadapannya, tanpa sadar diam-diam ternyata Dicky telah memperhatikan dirinya. Sampai dia selesai makan baru Diki berlaga dengan piringnya. Itu dia lakukan agar tidak ketahuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.