Cinta seorang gadis psycopath(21+)

CALON MANGSA SELANJUTNYA



CALON MANGSA SELANJUTNYA

1"Iya, juga, ya. maaf, aku memang tidak terbiasa mengejar wanita. Tapi, untuk dirkmu jika tidak dikejar, mana mungkin akan datang dengan sendirinya? Kau pasti juga sudah tidak kekurangan pria tampan dan tajir, bukan?"     

"Tapi, aku tidak pernah memanfaatkan kekayaan mereka. Aku hidup juga dari uang yang kuhasilkan dari jerih payahku sendiri. Sebab, jika sampai aku mau jadi sugar baby, mendiang ibuku pasti sudah tidak akan tenang dan maksa ingin kembali ke dunia hanya untuk memarahi dan menamparku. Aku tak ingin itu terjadi. Aku selalu berharap, ibu tenag di alam sana dan menunggu ku agar kita bisa sama-sama berkumpul di surga."     

'Surga? Hahaha aku bahkan taky akin jika kelak setelah mati bakal masuk surga atas kejatahatan yang sudah banyak aku lakukan,' batin Chaliya seorang diri.     

"Kau tanpa menjelaskan itu, aku sudah percaya kok. Hidupmu sederhana, kau juga tak suka pamer harta dan kecantikan. Tapi, wanita cantik itu ibarat bunga. Sekalipun dia diletakkan di tumpukan sampah, dirinya akan tetap indah dan mencolok, dan tetap mengeluarkan wangi dari dalam dirinya. Apalgi jika tumbuh di antara rimbunan rumput liar. Pasti… dia adalah yang paling indah."     

"Kau ini, rupanya sangat bermulut manis, ya?" ucap Chaliya malu-malu.     

"Hahaha. Maafkan aku. ini bukanlah kata-kata yang biasa aku ucapkan untuk merayu wanita. Tapi, pertama kali aku mendengarnya dari ibuku saat menasehati adik perempuanku. Jadi, inti dari kalimat itu, adikku dilarang narsis dan terlalu banyak umbar foto yang memamerkan kecantikan dan body indahnya di media social."     

"Ibu yang sangat bijak. Kau pasti beruntung memiliki ibu sepertinya."     

"Ya, kau benar, aku beruntung aku adalah laki-laki. Atau, jika aku adalah wanita pasti tidak akan tahu seperti apa suka dukanya dunia modeling itu."     

"kau benar. Harus selalu tetap bersyukur dalam keadaan apapun."     

"Bagaimana, Nona Chaha? Aku bahkan sudah berhasil meyapu bersih semua hidangan yang kau sediakan. Selain nasi. Sengaja aku makan nasi sedikit agar bisa menghabiskan makanan yang kau buat," ucap Hengky dengan wajah yang nampak puas, sekaligus kekenyangan.     

Chaliya pun terkejut dan nyaris tak percaya. Ia pun melihat ke atas meja. Rupanya benar-benar habis. Seketika, kedua bola mata wanitaitu pun berbinar penuh kebahagiaan. "Ya ampun, Hengky? Kau benar-benar menghabiskannya? Terimakasih, ya?" ucapnya terharu.     

"Aku yang seharusnya berterimakasih denganmu. Bagaimana, sebagai ucapan terimaksishku kalau lain kali kau juga harus datang makan malam di rumahku. Tidak apa-apa kan?"     

"ya, baiklah boleh!" jawab Chaliya sambil tersenyum lembut dan mengangguk beberapa kali.     

"Bagaimana ini? Sepertinya aku yang paling banyak makan. Perlukah aku bantu kamu membereskan dan mencuci piringnya?"     

"Tidak. Tidak perlu. Karena tamu adalah raja, maka, di mana ada seorang raja mencuci piringnya sendiri?" jawab Chaliya dengan cepat.     

"Lalu?"     

"Bagaimana jika kau segera pulang saja? Aku seorang wanita yang tinggal di rumah sendirian. Tak nyaman saja jika dilihat oleh para tetangga ada tamu laki-laki terlalu lama datang berkunjung. Sekali lagi, maaf ya? Tolong kamu juga jangan tersinggung, harap ngertiin aku, oke?"     

"Iya. Aku mnegerti itu. kau memang adalah wanita baik yang sangat peduli akan kehormatanmu. Pria yang akan jadi suamimu kelak pasti akan sangat beruntung, Cha."     

"Terimakasih!" jawab gadis itu sambil tersenyum. Lalu, dia pun mengantarkan Hengky sampai pintu gerbang dan melambaikan tangan. Setelah membereskan sisa makan malam dan menyempatkan menyapu rumah yang kebetulan sedikit berdebu lantainya, Chaliya langsung mandi agar capeknya hilang dan sesegera mungkin ke kamarnya. Sambil mengeringkan rambutnya, wanita itu kembali mengingat tentang gelagat Hengky yang baru dikenalnya.     

'Dari gelagat dan ucapannya dia sih, sepertinya dia benar-benar tulus dan bukan seorang pecinta wanita. Tapi, sayang, karena dia memiliki ciri-ciri yang sama seoerti Axel, maka aku tidak bisa untuk tinggal diam,' ucap Chaliya dalam hati kemudian, merapikan hair drayer yang baru saja dia pakai.     

Setelahnya, seperti biasa, dia selalu menceritakan tentanh hari-harinya di luar sana Ketika bekerja pada Andra yang sudah kama sekali kehilangan nyawanya.     

"Selamat malam, Sayang! Apakah kau sudah merindukanku?" tanya Chaliya sambil langsung memeluk mayat itu.     

"Oh, iya? Maafkan aku jika aku tak kunjung menemuimu walaupun sudah sejak tadi aku datang. Tadi ada tamu. Kau tahu, siapa yang tengah bersamaku makan malam tadi? Dia, adalah seorang model yang cukup terkenal. Baik dan naksir sama calon istrimu ini, bagaimana menurutmu?" tanya Chaliya sambil tertawa tertahan sambil memandang wajah pria itu yang membeku diam dengam mata terpejam.     

"Kenapa kau diam, apakah kau cemburu?" goda Chaliya.     

Dan jelas saja, mayat itu hanya diam saja tidak merespon apalagi menjawabnya.     

"Kau tenang saja. Tidak perlu merasa cemburu begitu oke dia bukanlah tipe ku dan tidak akan pernah menggantikan posisimu dari hatiku. Kau tahu, kenapa? Karena dia memiliki ciri-ciri yang sama persis dengan saudaramu itu. Dan aku sangat membencinya. Kurasa, kau juga tahu itu kan?"     

Chaliya tersenyum lalu memeluk Andra.     

Tidak berselang lama, ketika ia hampir terlelap karena lelah dengan aktifitasnya seharian, ia dikagetkan dengan bunyi dering telfon dari telfonnya.     

"Uuh! Siapa sih malam-malam begini telepon? Apakah dia tidak berpikir bahwa itu akan mengganggu istirahat orang? Semoga saja bukan pria menyebalkan itu. Atau, aku tidak akan sabar lagi untuk segera menghabisinya," ucapan nikah itu pada dirinya sendiri sambil beranjak meninggalkan tempat tidurnya dan meraih ponsel yang ia letakkan di atas nakas.     

Setelah dia melihat siapa yang menelponnya, bibirnya pun melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman. Dia senang dan menyukai si penelpon itu. Maka dirinya tidak merasa terganggu sama sekali, sebelumnya dia sempat mengomel dan protes karena ditelepon saat ini hampir terlelap. Sebab selama ini dia memang paling benci pada siapapun yang mengganggu dirinya. Entah itu saat dia hendak tidur, apalagi, sudah akan terlelap seperti barusan, saat konsentrasi penuh dengan pekerjaan dan apapun itu.     

"Halo, Dic. Apakah kau ada masalah?" tanya Chaliya dengan santai sambil menghempaskan tubuhnya di atas kursi kerjanya sambil bersandar. Karena begini juga nyaman baginya yang sudah merasa capek dan lelah.     

"Tentu saja tidak. Apakah seburuk itu aku di matamu sebagai teman hanya akan menghubungimu di saat aku dalam masalah saja? Kacau sekali," jawab Dicky seperti sambil tertawa.     

"Tidak juga sih. Hanya saja aku terlalu mengkhawatirkan mu. Apakah salah bagi aku berpikir demikian? Aku juga sadar kalau kita ini adalah teman baik. Apa kabar kamu berapa hari ini sepertinya tidak pernah menghubungiku?" tanya Chaliya sedikit canggung.     

"Aku baik-baik saja. Maaf jika lama tidak menghubungimu soalnya aku memang benar-benar sedang sibuk. Seperti yang kau ketahui, louching produk baru tidaklahlah mudah " jawab pria itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.