Cinta seorang gadis psycopath(21+)

AKU BUKAN WANITA SIMPANAN



AKU BUKAN WANITA SIMPANAN

1Saya tidak tahu rumah ini berdiri di atas tanah seluas berapa hektar. Ya udah tahu baru mengelilingi taman samping saja kakinya sudah terasa sangat pegal. Padahal dia tidak mengenakan sandal hak tinggi.     

"Salsa, Aku lelah. Mari antar aku kembali ke kamar atau jika tidak aku nanti akan nyasar," ucap Chaliya.     

Baru beberapa menit ia tiba di dalam kamarnya, pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan lebar berdiri disana Dicky dengan pakaian yang sama, kemeja putih dan setelan jas berwarna hitam menatap ke arahnya yang tengah ah duduh santai dan mengobrol dengan Salsa.     

"Dicky, kau sudah kembali?" sapa Chaliya dengan ramah.     

"Iya aku sudah pulang. Bagaimana Apakah kau betah tinggal di sini?" tanya pria itu. Kemudian melepaskan jas yang melekat pada tubuhnya dan melempar ke arah sofa.     

"Nona, saya permisi dulu. panggil saya jika ada sesuatu yang anda perlukan," ucap Salsha lirik kemudian pergi meninggalkan kamar dengan kepala menunduk dan kedua tangan menyilang di depan.     

Chaliya hanya menjawab dengan anggukan saja.     

Setelah memastikan Salsa keluar dan tidak akan kembali lagi ke kamar tersebut, Dicky berjalan mendekati Chakiya.     

"Rumah kamu bagus mewah dan sangat megah. Tapi karena aku belum terbiasa, maaf jika aku masih merasa lebih nyaman tinggal di rumahku sendiri," jawab Chaliya dengan sangat hati-hati. Setelah melihat rumah tinggal Dicky, ia berfikir bahwa pria yang dia kenal ini bukanlah pria biasa yang bisa dia singgung seenaknya sendiri. Pantas saja, Dia sangat berani merusak hari pernikahannya dengan Axel. Padahal seluruh kota juga tahu siapa Axel dan siapa mamanya. Namun, dia berani sekali menyinggung keluarga itu.     

"Tidak masalah jika kau memang tidak merasa begitu nyaman di sini. Aku tidak akan memaksamu. Aku juga tidak berhak memintamu agar tetap tinggal di sini apalagi menjadi wanita ku. Tapi kok persegi akan melayani ku satu kali ini saja?" ucap Dicky sambil mendekatkan tubuhnya pada Chaliya.     

"Tapi, Dic.... " ucap Chaliya. Dia bukan keberatan. Toh, sebelumnya dia juga sudah pernah melakukan itu dengan Axel sampai beberapa kali. Tapi, dia merasa tak layak saja jika tidak memberi yang terbaik.     

"Tapi apa? Apakah kau masih belum bisa melupakan calon suamimu? Kok bisa anggap aku adalah dia aku tidak keberatan meskipun kau menganggapku adalah orang lain karena wajahku dan wajahnya memang benar-benar sama dan nyaris tak bisa dibedakan."     

Dengan gentle, pria itu pun mendorong tubuh Chaliya, lalu menindihnya. Wanita di bawah kendalinya itu dia perlakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang seolah dia adalah bone porselin yang mudah retak, pecah dan hancur.     

"Dick.... Ah... " desah Chaliya saat tangan kekar pria itu meraba beberapa area sensitif pada tubuhnya.     

"Kamu kenal aja, dan konsentrasi lah. Kita nikmati aja malam ini," ucap Dicky.     

Chaliya hanya diam. Dia tidak bisa fokus dengan apa yang Dicky lakukan padanya. Dia hanya mendesah, saat rasa geli bercampur nikmat mendera dirinya. Tapi jauh didalam kepalanya dia berpikir apa yang akan dia katakan jika nanti Diki bertanya bahwa dirinya sudah tidak perawan. Malu baginya jika mengatakan dengan jujur bahwa Axel lah yang memerawani dirinya.     

"Kamu sempit sekali, Chaliya.... Tubuhmu sangat hangat. Aku menyukaimu. Bersedia kah, kau jadi wanitaku?" bisik Dikcy sambil terus memompa dirinya naik turun menyalurkan kenikmatan pada diri Chaliya.     

"Apakah tidak masalah bagimu menjadikan aku sebagai simpanan padahal kau tahu sendiri bahwa aku sudah tidak perawan?" tanya Chaliya.     

"Tidak masalah. Aku menyukaimu. Jadilah wanitaku."     

"Tapi, aku tidak menyukaimu."     

Tak mau lagi mendengar jawaban yang mengartikan sebuah penolakan, Dicky langsung melumat habis bibir Chaliya.     

Hampir dua jam, Dicky melakukan persetubuhan dengannya tanpa jeda. Chaliya yang merasa lelah, dan kwalahan, melayani pria itu langsung tertidur pulas dalam keadaan telanjang tanpa sehelai benang pun di tubuhnya selain hanya selimut putih yang menutup kedua tubuh itu.     

Saat ia tersadar waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh. Artinya, dia tertidur sekitar satu jam an. Tubuhnya terasa sedikit kaku dan sakit. Dia tak habis pikir, bagaimana ada pria yang kuat melakukan hubungan intim dalam waktu yang sangat lama? Apakah Dicky mengkonsumsi obat kuat?     

Satria menggerakkan tubuhnya untuk mengambil pakaian yang berceceran di atas lantai, Riyadi sebelah dapur membuka sebelah matanya dan berkata, "Sudah bangun? Apakah kau mau mengulang dosa terindah kita lagi?"     

"Kau maniac sekali? Aku lelah, Dick."     

"Oke baiklah maaf aku terlalu keras pacarmu. Tapi melakukannya aku tidak kasar kan? Apakah kau tidak menyukai permainanku?     

Chaliya tersenyum getir sambil mengenakan pakaiannya dia berkata, "kita ini adalah teman kan? Tapi kenapa kau memperlakukanku seolah-olah Aku ini adalah wanita panggilan atau wanita simpanan? Ayo lah kok ini friend Aku bukan sugar Daddy ku."     

"Oh, jadi kau tidak bersedia? Baiklah. Tidak masalah. Aku tidak akan memaksamu. Karena aku menghargai pertemanan kita. Malam ini terima kasih. Apakah kamu izinkan aku malam ini untuk tidur berdua denganmu?" Dicky menatap Chaliya penuh harap.     

Gadis itu diam dan bengong. Dia tak tahu harus menjawab apa sekiranya agar pria itu tidak tersinggung.     

Seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Chaliya, dengan cepat Dicky berkata, "kamu tenang saja malam ini aku tidak akan ngapa-ngapain aku hanya ingin tidur bersamamu. 2 jam bercinta aku juga sudah lelah."     

"Aku malah berpikir bahwa kau tidak punya lelah dalam hal itu," jawab Chaliya sekenanya sambil tertawa.     

"Kenapa kau berpikir demikian apa karena wanita ku di luar sana terlalu banyak?"     

"Soalnya 2 jam kamu tidak ada jeda sama sekali."     

Dicky tertawa garing. Kemudian ia bangkit dan merangkul Chaliya dari belakang dan berbisik mesra, "Maaf, jikanaku membuatmu lelah. Bagaimana aku harus menebusnya?"     

"Aku lapar. Sejak siang tadi aku belum makan. Ayo temani aku makan malam!"     

***     

Jika Chaliya berbahagia di rumah Dicky, lain halnya dengan Axel di rumahnya. Entah, sedih, malu atau bagaimana, dia sejak kejadian itu hanya berdiam diri dan mengurung dirinya di dalam kamar. tidak satu orang pun ia izinkan untuk masuk dan dia jawab panggilannya saat mengetuk pintu dari luar.     

Dia tak habis pikir kalau Chaliya tega melakukan ini.     

Jika dikata sakit hati. Jelas, ini sangat sakit sekali baginya. Tapi, untuk membenci wanita itu sedikit pun dia tidak bisa. hatinya sudah dibutakan oleh rasa cintanya yang terlalu dalam.     

"Chaliya, kenapa kamu tega lakukan ini padaku? Jika memang kau masih membenciku tak masalah kau menghukumku tapi jangan permalukan mamaku. Tapi aku harus bagaimana, Cha? Membencimu saja aku tidak bisa apalagi memaki dan memarahimu atas perbuatanmu ini?" ucap Axel sambil memandang foto Chaliya dengan balutan gaun pengantin yang berhasil dia abadikan tadi siang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.