Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MELIHAT RUMAH MEGAH DICKY



MELIHAT RUMAH MEGAH DICKY

3Setelah selesai makan, tiki mengajak saya ke sebuah kamar di mana kamar itu sangat luas dengan nuansa semua serba putih seperti di hotel kelas bintang 5.     

"Untuk sementara Kamu tinggal di sini. Jangan kemana-mana dulu, di dalam lemari sana ada berbagai baju kamu pakai saja pilih sesuai selera kamu Aku nggak tahu saudaramu kayak apa," ucap Dicky sambil menunjuk ke sebuah lemari. Kemudian ia beranjak keluar.     

"Dicky! Kamu mau ke mana?" tanya Chaliya sambil memegangi lengan pria itu.     

"Aku masih ada urusan diluar Aku harus pergi dulu. Tidak masalah kan jika kau di rumah sendiri? Ada banyak asisten ku di sini nanti aku akan minta salah satu dari mereka untuk menemanimu."     

"Baiklah. Terima kasih banyak ya, untuk hari ini. Mungkin ke depannya aku akan menjadi beban bagi dirimu dan sangat merindukanmu," ucap Chaliya.     

Pria itu hanya tersenyum menatap Chaliya kemudian dengan berani dia mengecup kening wanita di hadapannya. Membuat wanita itu bengong dan sedikit terkejut dengan apa yang Dicky lakukan.     

Manjalani waktu di tempat asing seperti ini memang sangat tidak enak. Mau berbuat apa saja rasanya tidak benas. Tapi, apa lagi yang bisa wanita itu lakukan selain memainkan ponselnya? Untuk berkeliling melihat-lihat rumah ini juga bukan rumahnya.     

"Tok tok tok!"     

Seketika wanita itu menoleh ke arah pintu kamar. Dia tidak tahu siapa yang datang. Yang jelas bukan Dicky. Enggan menyuarakan jawaban gadis itu pun beranjak dan mengintip dari lubang kunci. Nampak olehnya seorang wanita berpakaian cas pelayan berdiri di depan pintu.     

Perlahan Chaliya membuka pintu tersebut lalu bertanya pada wanita itu, "Kamu, siapa?"     

"Perkenalkan, Nyonya. Saya Salsa. Saya diminta oleh Tuan Dicky agar menemani anda," ucap gadis itu dengan santun.     

"Oh, mari, masuklah!"     

Gadis muda itu berjalan perlahan masuk ke akar Chaliya. Dia sedikit kaku saat melangkahkan kaki lebih jauh ke dalam. Karena, sekalipun dia tidak pernah masuk ke dalam setiap kamar yang ada di sini selain membersihkan ruang tamu, aula, tempat makan dan juga halaman yang sangat luas. Itu pun dia mengerjakannya tidak sendirian ada 5 orang temannya.     

"Nyonya, jika anda bosan berada terus di dalam kamar, Tuan Dicky tadi sudah berpesan pada saya agar mengajak anda untuk jalan-jalan dan melihat-lihat sisi rumah yang lainnya," ucap gadis muda itu lagi.     

"Oh, ya? Boleh, ya?" tanya Chaliya dengan kedua mata yang berbinar karena bahagia.     

"Tentu saja. bukankah anda pasangan tuan muda Dicky?" tanya Salsa lagi. Membuat wanita itu terkejut Untung saja Dia tidak sedang makan atau minum. Atau jika tidak Dia pasti sudah tersedak oleh makanan agar minumannya sendiri.     

"Hei kenapa kau beranggapan seperti itu? Biar aku kasih tahu kamu, Diki hanyalah temanku kami berdua hanya berteman, tidak ada hubungan yang lebih dari itu," jawab Chaliya panjang lebar.     

"Seperti itukah? Maaf Nyonya jika saya lancang. Saya tidak tahu Saya hanya berpikir demikian. Sebab ini kali pertama setelah bertahun-tahun bekerja disini Tuan Diki mengajak seorang wanita pulang ke rumah. Apalagi dia membawa anda dengan pakaian pengantin, sementara Tuan Dicky sendiri juga memakai pakaian resmi khas pengantin pria. Jadi, Apakah saya salah jika berpikiran demikian?"     

"Iya kamu tidak bersalah. Tidak masalah kamu berpikir seperti itu. Aku cuma memberitahu keadaannya sebenarnya aku dan dia memang tidak ada hubungan apa-apa selain teman. Oh ya kamu bilang sudah bertahun-tahun bekerja di sini emangnya sudah berapa tahun kau bekerja?" tanya Chaliya penasaran.     

"Saya bekerja di sini sudah sekitar 4 tahun setengah. Dan selama itu 1 kali pun tidak pernah melihat tuhan Dicky membawa wanita."     

"Oh. Ya sudah. Terima kasih atas informasi yang kamu berikan."     

"Bagaimana bisa anda datang ke sini dengan pakaian pengantin? Maaf jika saya lancang. Anda tidak perlu menjawab atau anggap saja saya tidak pernah bertanya," ucap Salsa lagi.     

"Karena kamu ingin tahu maka aku akan kasih tahu kamu. Jadi tadi itu adalah hari pernikahanku dengan pria yang sudah lama di mencintaiku. Tapi sedikitpun aku sama sekali tidak mencintainya. Selain tidak ada cinta di hatiku untuknya, pria itu menyebabkan kematian dua orang yang sangat berarti dalam hidupku. Apakah aku mau minta tolong bikin agar dia mengajak pernikahanku dan membawaku kabur, dan dia bersedia jadi seperti itulah ceritanya aku tidak melebih-lebihkan dan juga tidak mengurangi."     

Mendengar penjelasan dari wanita di depannya Salsa tersenyum. Ia berkata dengan lirih yang sebenarnya ditujukan hanya untuk dirinya sendiri, "Tapi, kau dengan tuhan ku sangat serasi Nyonya semoga kalian berdua jodoh di masa depan." Namun sayang sekali Chaliya dapat mendengar itu.     

"Apa kamu bilang barusan?"     

"Oh anda mendengarnya? Saya melihat anda dan Tuan bikin sangat serasi. Jadi, Saya berharap kelak di masa depan kalian adalah jodoh."     

Chaliya hanya tersenyum kecut. Dalam hati ia berkata, 'mana mungkin aku berjodoh dengan dia? Sulit bagiku melupakan an-najah sekalipun dia hanya sebongkah mayat. Tapi aku mencintainya dengan sepenuh jiwa. Jika kelak suatu saat aku mencintai Dicky, aku takut cintaku hanya sebagai pelampiasan saja karena dia memiliki rupa yang sangat mirip sekali dengan mendiang Andraku.'     

"Apakah anda akan tetap berada di kamar dan tidak ingin melihat-lihat sisi rumah yang lainnya?" Tanya Salsa lagi.     

"Ya aku bersedia tunggu sebentar," ucap Chaliya. Setelah mengecas ponselnya, dia berjalan sejajar dengan Salsa.     

Lihat isi rumah yang super mewah dan megah dengan interior bangunan khas timur, Chaliya lebih tertarik melihat sisi luar bangunan saja. Taman atau halaman misalnya. Untuk melihat isi rumah dia lebih tertarik jika melihatnya langsung dengan si pemilik rumah. Dia merasa lancang saja jika melihat-lihat sendiri meskipun sudah ada orang yang dipercaya oleh dicky untuk menemaninya melihat seisi rumah.     

Melihat taman yang maha luas dengan kolam renang yang besar dan kolam ikan yang isinya ikan hias yang harganya tidak murah, serta tanaman-tanaman mahal yang tertata rapi di halaman dan sisi taman membuat wanita itu berpikir, siapa pria yang bernama Dicky itu sebenarnya. Memiliki usaha apa dia sampai sekaya ini? Namun untuk bertanya pada Salsa rasanya jika tidak mungkin sekalipun gadis muda itu tahu apa profesi dari tuannya, belum tentu juga gadis muda itu mau mengatakan pada dirinya yang hanya orang baru. Terlebih dia mengaku bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa selain teman dari tuannya. Sebab, jika dia kekasihnya, pasti juga tahu, apa profesi dari Dicky.     

'Ah, mungkin aku bisa menyimpan pertanyaanku ini untuk diriku sendiri. Nanti jika dia sudah datang aku akan menanyakannya langsung padanya semoga saja dia tidak keberatan dengan pertanyaanku.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.