Cinta seorang gadis psycopath(21+)

BIOSKOP



BIOSKOP

0Chaliya mengamati Hengky dari dalam mobil. pria itu baru beranjak menuju ke mobilnya setelah seorang pria menerima kontak mibil miliknya dan pergi. Artinya, dia tidak akan tahu, modelnya akan naik mobil yang mana.     

"Aku akan menyupir untukmu," ucap Chaliya sebelum pria itu mengatakan sesuatu.     

Tanpa berdebat, Hengky mengabulkan permintaan Chaliya. Dia duduk dengan baik di samping kemudiadan juga menggunakan sabut pengamannya.     

"Kita ma uke mana, Ky?" tanya Chaliya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan yang cukup padat.     

"Terserah kau saja, kita mau ke mana," jawab Hengky seolah pasrah.     

"Kalau terserah aku, y akita pergi ke Bandung, lah! Aku akan mengantarmu pulang," jawab Chaliya sambil melirik Hengky dan tersenyum tipi.     

"Oke, oke. Aku akan tentukan. Bagaimana kalau kita nonton saja?" usul Hengky.     

"Boleh. Mau nonton di mana?" tanya Chaliya, bersiap melajukan mobil menuju bioskop.     

"Kita nonton di bioskop terdekat saja. aku cob acari film yang bagus, dan pesan tiket secara online saja," timpal pria itu, nampak sibuk dengan gadgetnya.     

Tidak berselang lama, setelah memutuskan, Chaliya dan Hengky telah tiba di tepat tujuan. Mereka nonton film romance barat yang dipilih oleh Hengky. Kebetulan, Chaliya menyukai film genre apapun, termasuk horror. Apalagi gore. Tapi, karena yang dipilih oleh Hengky adalah real romance dewasa, dia juga tidak keberatan.     

Dengan berbekal satu cup besar pop corn dan dua botol air mineral, Hengky memilih kursi di bagian paling belakang dan pojok. Karena pengunjung tidak begitu ramai, di bagian ujung sana hanya ada dia dan Chaliya saja. sengaja dia membeli nomor kursi di bagian tersebut bukan karena budget. Tapi, memang ada udang di balik batu. Chaliya sudah bisa menebak. Sebab, Ketika dulu dia diajak nonton sama mendiang Andra, tak jarang, saat layar bioskop menampilkan adegan ranjang banyak yang terbuai dan ikut mempraktekkan bersama pasangannya masing-masing. Lalu, Andra berbisik dengan mesta di telinga Chaliya, "Aku tidak akan menodai dirimu dengan melakukan itu sebelum pernikahan kita."     

Bahkan, suara itu terngiang jelas dalam ingatan Chaliya saat di tempat yang banyak mengukir sejarah baginya.     

"Kita duduk di sini saja, ya? Aku lebih merasa nyaman jika berada di paling pojok dan belakang begini," ujar Hengky sambi bersandar.     

"Tidak masalah," jawab Chaliya. Saat film mulai, Chaliya pura-pura fokus dengan film di layar bioskop tersebut. Tapi, tanpa Hengky sadari, Chaliya juga diam-diam mengawasi apa yang telah dia perbuat.     

Hengky nampak mengeluarkan benda kecil berwarna biru dari dalam saku celananya. Kemudian, ia membuka botol tersebut yang juga gandeng dengan pipet, dan beberapa tetes cairan dari dalam botol kecil tersebut dia masukkan ke dalam botol air mineral milik Chaliya.     

Chaliya tersenyum. Dia tahu apa yang ada di dalam botol itu. dari kemasannya, dia juga sering melihat. Tapi, sepertinya, kali ini dia akan mencoba, seperti apa reaksi obat tersebut.     

Film pun berjalan tanpa terasa sudah hampir tiga puluh menit. Adegan demi adegan mulai ditayangkan. Kali ini, memperlihatkan dua orang pria dan wanita di sebuah apartemen tengah berbicara. Si wanita mengenakan dress sexy warna merah dan sip ria mengenakan setelan jas hitam dengan kemeja hitam pula dan dasi warna maroon.     

Dua insan itu saling bertatapan, mendekatkan wajah dan saling raba dengan bibir yang sudah berpangutan. Sementara Chaliya, yang sudah meminum setengah botol dari air mineral yang sudah diberi obat perangsang oleh Hengky mulai merasakan efeknya.     

Mungkin dosis terlalu banyak atau gimana, tiba-tiba tubuhnya terasa panas. Wajahnya memerah, di tambah tengah menonton adegan hot, pria dan wanita itu sudah berhubungan badan dengan posisi berdiri dengan si wanita membungkuk membelakangi pria yang sudah tak rapi lagi pakaiannya.     

Chaliya mulai panik. Ia merasa tak nyaman dan ingin sekali area kewanitaannya di sentuh, minimal. Tapi, tak berselang lama, Hengky yang duduk di sapingnya langsung meraih Pundak Chaliya dan membawanya ke dalam dekapannya.     

"Apakah kau tak inginkan seperti adegan pada film? Orang-orang di depan kita, sudah tak lagi nampak kepalanya. Bisa saja, mereka juga menirunya," bisik Hengk sambil mengelus lembut sebelah gunung kembar milik wanita itu.     

Chaliya hanya diam, hanya desahan kecil yang keluar dai mulutnya sampai beberapa kali.     

Hengky, yang memnganggap Chaliya adalah wanita pemalu, meskipun telah mengakui bahwa dirinya tak lagi gadis, menganggap diamnya adalah iya. Maka, dengan berani, pria itu mengarahkan wajah Chaliya ke wahanya dan mulai melumat bibirnya. Tangan kanannya mulai bergerilya ke mana-mana, meremas dada dan menyisipkannya ke balik celana Chaliya ia sudah merasa kalau wanita itu sudah basah oleh cairan nafsu. Hengky tersenyum penuh kemenangan.     

"Apakah kau mau?" bisiknya lagi, sambil menuntun tangan Chaliya kea rah kejantanannya yang juga sudah tegang.     

"Jangan di sini, ini tempat umumh," jawab Chaliya diiringi desahan. Karena, dia tak pernah merasakan terangsang sampai sehebat ini.     

"Kita cek in di tempat terdekat saja, ya?"     

Chaliya hanya mengangguk pasrah. Dia benar-benar tak tahan dan memang butuh dipuaskan saat ini juuga. Dalam hati dia mengumpat, 'Sial, kenapa aku sudah seperti pelacur saja? Tadi sudah melakukan hubungan badan dengan Axel, kenapa kali ini malah bersama Hengky? Semoga saja, setelah kembali Dicky tidak meminta juga.'     

Tiba di kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka tak lagi melakukan pemanasan karena keduanya sudah sama-sama berada di puncak Nafsu, dengan sedikit tergesa-gesa dan tak sabaran Hengky melucuti pakaian yang menempel di tubuhnya dan juga Chaliya. Pria itu mmenatap lama sekali tubuh Chaliya tanpa sehelai benang pun menempel dari ujung kaki sampai ujung kepala, seolah memanjakan matanya dengan pemandangan yang sangat indah.     

"Kau cantik sekali, Cha! Dirimu, sungguh, benar-benar sempurna," ucap pria itu memuji atas kekaguman yang ia saksikan sore ini.     

Memang ini bukan kali pertama dia dipuji. Setiap pria yang memandang tubuhnya juga pasti akan berkata demikian. tapi, tetap saja dia malu. Karena, pria yang saat ini berada di atas tubuhnya, bertumou dengan kedua lutut dan tangannya adalah model papan atas, dan terlahir dari keluarga kaya raya.     

Chaliya tersipu malu, memalingkan wajahnya ke samping sambil tersenyum tipis. Sementara kedua pipinya merona, bukan karena malu. Tapi, rangsangan hebat yang ada dalam dirinya, dan inginkan segera di sentuh.     

"Aku sayang kamu, Cha. Percayalah, aku tidak akan meninggalkan kamu," ucap Hengky lirih sambil mengelus pupu Chaliya dengan tangan kanannya.     

Wanita itu tak menjawab. Ia terus saja terdiam, menikmati sentuhan lembut di wajahnya yang Hengky berikan. Hingga matanya menjelajah ke tubuh kekar pria itu yang tidak beda jauh dengan Axel. Nmun, ia benci, kenapa harus pandangannya terpaku pada satu titik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.