Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MELAKUKAN ANCAMAN



MELAKUKAN ANCAMAN

1Axel menyeringai. Ada kepuasan tersendiri baginya jika melihat Chaliya dengan ekspresi ini. Tak mau pikir panjang lagi, Xaxel mendorong tubuh Chaliya ke dalam dan merampas kunci yang ada dalam genggamannya dan membuka pintu rumah tersebut.     

"Xel, apa yang kau lakukan? Berani kau macam-macam, aku akan teriak!" ancam Chaliya.     

"Teriak saja! Apakah tampangku sekarang seperti berandal? Aku akan katakana kita ada hubungan dan kau beroaling dengan pria lain," jawab Axel justru memberi ancaman balik pada Chaliya.     

Namun, wanita itu tidak akan menyerahkan dirinya saja ditunggangi pria bejat seperti Axel. Dia berusaha mencari cara, kemudian ia menggigit dada priaa itu dan menendang selangkangannya Ketika ia mengangkat tubuhnya dari dirinya.     

Tak mau kasih kelonggaran, wanita itu berlari, meminta pertolongan pada warga sekitar dan mengatakan bahwa dirinya akan diperkosa oleh seseorang yang dia kenal.     

"Tolong… tolong!" teriak Chaliya berlari sambil menutupi asal bagian dadanya yang dirobek oleh Axel.     

Sementara di dalam rumah, Axel yang masih berpakaian rapi, tak menyadari bahwa dia sudah membuka kancing celananya. Resleting memang belum dia turunkan. Dia lupa karena merasakan sakit yang luar biasa pada Jonynya yang ditendang Chaliya dengan kencang di saat sudah tegang. Seketika lemes, gairahnya hilang dibawa kaki kanan Chaliya.     

Tidak lama setelah Chaliya keluar, warga sekitar rumahnya berdatangan. Yang laki-laki langsung masuk ke dalam rumah wanita itu. sementara Yang perempuan, mencoba menenangkan Chaliya, ada yang memeluk, mengelus, dan juga memberikan segelas air putih yang dia ambil dari salah satu rumah mereka yang paling dekat dengan Chaliya.     

"Bagaimana dia bisa masuk?" tanya ibu-ibu Ketika beberapa lelaki sudah memegangi Axel.     

Dengan ekspresi takut, Chaliya mengatakan, "Dia sepertinya sudah datang lebih dulu sebelum aku kembali dari pekerja, dia mengawasiku dari mobilnya sana." Semua orang menoleh kea rah mobil merah yang terparkir di seberang jalan.     

"Dia ikut masuk Ketika aku masuk dan memaksaku kembali untuk melakukan itu. saya menolak dan akhirnya menggigit dirinya dan menendang selangkangannya agar tak bisa mengejar saja," jawab Chaliya sambil menangis.     

Wanita itu sempat melihat kea rah Axel. Nampak ada bekas dua tonjokan di wajahnya. Area mata dan bibirnya nampak lebam. Dia tidak tersenyum sedikitpun. Tapi, dalam hati tertawa. Karena, sebentar lagi, berita aini akan viral di media social dan akan diketahui oleh keluarga pria itu. tentu saja.     

"Untung ya, kau! Baru beberapa menerima pukulan dari kami pak RT sudah datang. Jika tidak, kukebiri kau sampai tak bisa menyukai wanita lagi!" ucap salah satu bapak-bapak dengan geram dan menjambk rambut Axel.     

Axel diam, ia menatap tajam kea rah Chaliya. Ia tak menyangka, jika wanita itu benar-benar akan melakukan ancamannya. Awalnya, dia hanya mengira ancaman yang Chaliya berikan itu hanyalah sebuah isapan jempol saja. tapi, ternyata tidak. Dia sudah tidak lagi memiliki ketertarikan pada dirinya sehingga menolak, melakukan hubungan badan dengannya.     

"Sudah, cepat! Bawa saja ke kantor desa, dan hubungi keluarganya biarkan ke sini!" ujar pak RT Ketika melihat salah satu warganya menjambak rambuk coklat Axel.     

"Dia orang jauh, pak RT. Kata mbak Chacha, orang Jakarta sana," sahit ibu-ibu yang memberikan pundaknya untuk Chaliya bersandar.     

"Y akita telfon. Masa tidak bisa datang?" jawab pak RT penuh wibwa.     

Axel pun ramai-ramai digiring warga menuju kantor desa sambil menunggu salah satu keluarganya datang untuk menjemput. Sementara, Chaliya sudah berada di rumahnya sendiri. Ia katakana pada mereka bawa dirinya baik-baik saja. setelah memastikan tak satu pun tetangganya di rumahnya, wanita itu tertawa puas karena berhasil mengerjai Axel. "Aku tidak seberapa menyakiti dirimu, Xel! Tapi, coba kita lihat, tamparan seperti apa yang kau berikan pada mama dan juga keluarga besarmu itu? Hahaha" teriak Chaliya puas.     

"Mana nomor telfon keluargamu, aku akan menghubunginya!" bentak salah satu bapak-bapak yang sudah sangat geram pada dirinya.     

Axel masih diam. Ia mencoba berfikir dan mempertimbangkannya. Siapa kira-kiraa yang harus dipannggil. Apakah mamanya, atau Lina? Tapi, siapapun salah satu dari mereka Lina juga akan tahu, jika tahu akan hal ini, dia pasti akan sakit dan sedih. Pikir Axel.     

"Hey, kau! Dengar tidak? Mana nomor orangtuamu, biar kami menghubungi mereka."     

Karena terus menerima desakan dari warga yang turut ikut membawa dirinya ke kantor desa setempat, maka Axel tak bisa berfikir jernih. Ia mencrol kontak dan mencari nomor mamanya kemudian menelfon nomor tersebut.     

"Ada, apa Xel? Di mana kau sekarang? Tahu istrimu sedang sakit, malah menghilang," jawab wanita itu, marah-marah.     

"Akua da di Bandung Ma. Kau ke sini lah!" jawab pria itu.     

Belum sempat Elizabeth bertanya kenapa putranya ke Bandung, tapi suara orang-orang di belakangnya berisik dan terus berteriak saling sahut meminta agar keluarga atau irangtuanya datang ke mari.     

"Ini ada apa, Xel? Apa yang terjadi padamu?" tanya Elizabeth khawatir. Ia tajut, hal buruk akan menimpa putranya.     

"Anak anda hamil memperkosa seorang wanita, cepat anda sebagai orangtuanya datang ke mari," ucap salah satu bapak-bapak yang sudah sangat geram dengan Axel.     

"Apa?" tanya Elizabeth. Dia sampai shock dan nyaris tak percaya. Bagaimana bisa putranya berbuat seperti itu? hal serendah itu.     

Sementara, Lina yang kebetulan melintas di rumah tengah saat hendak ke dapur melihat Elizabeth nampak terkejut jadi menghentikan langkahnya dan melihat apa yang akan mertuanya lakukan selanjutnya.     

"Baik, mama akan segera kesana, Xel. Di mana tempatnya, kamu share lok," ucap Elizabeth kemudian dengan cepat dia bernjak ke kamarnya untuk bersiap.     

Sementara Lina bersembunyi di balik lemari hias agar tidak nampak oleh mertuanya. Begitu Elizabeth keluar dari kamar, Lina bertanya padanya. "Mama ma uke mana?"     

"Mama mau Bandung, kamu di rumah saja, ya Lin?" ucap pria itu sambil memeriksa isi di dalam tasnya.     

"Ngapain ke Bandung, Ma? Apakah hal buruk menimpa Axel?" tanya pria itu tak bisa lagi untuk pura-pura tidak tahu.     

Menerima pertanyaan dari menantunya, Elizabeth terdiam. Ia bingung, bagaimana harus memberi penjelasan seperti apa. Wanita mana yang tak akan sakit hati jika mendapati kejadian seperti ini. Apalagi, Lina dinikahi Axel karena dia emosi dan memiliki niat buruk untuk menyakiti Chaliya dengan cara menikahi teman terdekatnya di kantor. Karena. Axel tahu jika sudah sejak lama Lina menyukai dirinya.     

"Kamu di rumah saja, ya? Jaga diri baik-baik. Axel tidak kenapa-napa. Mama akan datang mengatasi masalahnya, oke?" jawab Elizabeth nampak panik dan wajahnya nampak pucat.     

"kenapa, sih Ma? Katakana sama aku? apakah dia kecelakaan menabrak seseorang?" tanya Lina kian khawatir. Tapi, itu juga menguntungkan juga untuk Elizabeth.     

"Iya. Makanya mama ke sana cari kedamaian dan tanggung jawab, oke? Kamu di rumah saja," ucapnya. Akhirnya ia menggunakan kebohongan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.