Cinta seorang gadis psycopath(21+)

KAKEK YANG LUAR BIASA



KAKEK YANG LUAR BIASA

3"Mau kau semua ya baik-baik saja kakek. Maafkan aku saat itu aku benar-benar gila dan khilaf."     

"Semua orang juga berkata begitu setelah melakukan kesalahan meminta maaf dan mengatakan bahwa dirinya khilaf," bantah sang kakek.     

"Sungguh kakek. Aku berjanji padamu kalau aku tidak akan mengulanginya lagi. Jika kau masih ingin menghukumku lakukan saja ke boleh memukuliku sampai babak belur, aku tidak akan melawan," jawab pria itu.     

"Benar, kau minta aku hukum? sini biar kakak hukum satu kali lagi!" ucap pria itu sambil menjewer kencang telinga kiri Axel     

"Aduh! Aduh, kakek... Ini kenapa sakit sekali? Apakah kau akan membuat telingaku lebar. Selebar telinga gajah?" keluh Axel. Sofia tahu kalau kakaknya sekarang sudah tidak lagi marah pada dirinya. Mungkin saja berita itu juga sudah diatasi oleh seorang kakek yang memang hebat.     

"Jika kau mau kakak bisa membuat telingamu 10 kali lipat lebih lebar dari gajah di zaman purba," ujar sang kakek.     

"Ampun, Kakek, tidak. Apakah kau ingin membuat cucumu ini menjadi jelek?" tanya Axel.     

"Walaupun mukamu tampan tapi reputasimu sudah sangat buruk mau apa lagi kau?"     

"Iya, maaf."     

Kakek ardiwijaya memang tidak terlalu banyak bicara tapi sekali bicara omongannya selalu mengenai dan tepat sasaran. Sehingga jika berdebat dengannya maka harus menyiapkan diri untuk kalah.     

Suasana di keluarga Axel kini sudah membaik. Namun kabar tentang itu masih beredar luas. Meskipun berita itu sudah di block dari beberapa situs dan tak lagi ditampilkan, tetap saja dalam 24 jam wita itu sudah dilihat lebih dari 100000 kali.     

Yang artinya nama Axel kini sudah benar-benar tercemar. Namun seiring berjalannya waktu, lambat laun para netizen juga sudah tidak lagi membahas akan hal itu. Mereka fokus dengan berita yang lain.     

****     

Seorang pria mengenakan setelan jas hitam dan kemeja putih berlari mendekati Dicky. Lirik lagu katanya seperti ada hal yang ingin dia sampaikan.     

Kiki sudah mengerti jerit diam saja menunggu pria itu membisikan sesuatu yang ingin diketahui.     

"Tuan berita tentang pemerkosaan yang dilakukan oleh Axel kini sudah ditutup. Semua situs yang menampilkan itu telah diblokir," besok pria itu pada Dicky.     

Dicky, pria berkulit sawo matang tinggi dan tegap itu hanya tersenyum. Kemudian dia berkata, "Sudah aku duga. Dia adalah putra Elizabeth dan cucu dari Hardi Wijaya. Orang yang sangat berpengaruh jadi dengan mudah jika hanya ingin menghapus pemberitaan yang tengah viral. Karena, selain mereka orang yang berpengaruh di dunia bisnis. Mereka memiliki banyak uang untuk menyuap ke pihak manapun."     

"Lalu, apa langkah kita selanjutnya, Tuan?" tanya pria itu, bersungguh sungguh.     

"Kamu pergi saja dulu untuk langkah selanjutnya aku akan mengabarimu," jawab Dicky dengan santai.     

Setelah pria itu pergi, dia menelfon Chaliya yang tengah melakukan syuting iklan shampoo.     

"Sayang, apakah waktu bekerja mu masih lama?" tanya Dicky setelah panggilan diangkat.     

"Tidak pekerjaanku sudah selesai. Hanya saja aku masih di ruang rias untuk menghapus make up," jawaban kita itu sambil menuangkan toner pada kapas dan menyaputkan pada wajahnya.     

"Oke, baiklah. Kamu tetap diam ditempat aku akan menjemputmu," jawab Dicky. Seketika, dia berlari menuju garasi utuk memanggil mobil.     

Karena membicarakan sesuatu yang bisa dianggap serius, maka dengan sengaja pria itu mengajak Chaliya pergi ke suatu tempat yang suasananya bisa membikin tenang orang yang mengunjunginya.     

Yaitu di sebuah pegunungan. Karena ini Bandung jadi Andra mengajak pergi ke Lembang.     

"Tumben sekali, untuk apa kau mengajakku ke sini?" tanya wanita itu dengan wajah yang berbinar.     

Dicky tidak langsung menjawab. Ia melihat ke arah Chaliya yang seolah menunggu berita baik darinya seolah tidak tega untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Karena, ini berita buruk bagi Chaliya. Sebab, pasti dia tidak inginkan ini.     

"Kamu, kenapa tersenyum begitu? Apakah kamu tahu, berita yang aku sampaikan padamu ini, bukanlah hal yang baik? Tapi, malah sebaliknya."     

"Berita buruk maksud kamu? Katakan saja aku sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Aku tidak akan terkejut apalagi sampai shock dibuatnya," tukas Chaliya dan mengalihkan pandangan dari Dicky ke pemandangan hijau yang indah sambil menikmati hembusan angin gunung yang sejuk, dan murni.     

"Ini terkait Axel," jawab Andara memberi gambaran. Agar, wanita itu bisa memperkirakan sendiri kira-kira apa yang akan dia sampaikan nanti.     

"Oh, tentang Axel ya? Kenapa? Apakah dia sudah berhasil mengatasi berita itu dan kini hidupnya kembali normal dan baik-baik saja?" tanya Chaliya dengan senyuman mengambang.     

Dicky tersenyum garing, kali ini. Giliran dia yang mengalihkan pandangannya ke arah pegunungan. "Perbanyakan sudah memprediksikan nya? Hebat," puji Dicky.     

"Aku sudah lama sekali mengenal Axel. Seperti apa seluk beluknya walaupun tidak banyak setidaknya aku juga tahu kan siapa dia dan keluarga besarnya?"     

"Oh iya. Selain Andra, dia juga salah satu mantan calon suami kamu," ledek Dicky, dengan sengaja membuat wanita itu agar marah.     

"Haaah!" Chaliya menhela napas panjang. Kemudian ia berkata, "kamu jika hanya ingin mengatakan ini kenapa harus jauh-jauh mengajakku ke tempat seperti ini?"     

"Sekitarnya dengan begini pikiran kamu kan jadi sedikit rileks. Coba di tempat biasa aku takut kalau kau akan marah-marah," jawan Dicky, mengelak.     

"Kau ini ada-ada saja. Belum juga kamu mengatakan padaku aku juga sudah tahu tentang ini. Lalu, aku mau murah dari mananya?"     

"Kamu? mau marah dari mana? Dari sini," jawab pria itu kemudian memeluk Chaliya dan menciumnya.     

Awalnya wanita itu diam saja dan terkesan meladeni apa yang tengah dilakukan oleh Dicky. Namun, karena semakin lama yang dilakukan semakin intim, maka dia pun berusaha untuk menghentikannya, dan berkata dengan lirih, "Dicky! Apa yang kamu lakukan? Tidakkah kamu sadar kalau kita telah berada di alam terbuka?" Chaliya menatap pria di depannya sambil melotot.     

"Siapa bilang kita berada di dalam kamar hotel yang tertutup? Seekor monyet pun juga tahu kalau ini alam terbuka. Tapi, di sini hanya ada kita berdua. Jadi jangan takut ketahuan."     

"Nggak, aku tidak mau!" ucap Chaliya menghempaskan tangan Dicky lalu berusaha menghindar.     

Tapi, Dicky yang sudah benar-benar sangat menginginkannya, dia tetap kakak pada pendiriannya dan mengejar Chaliya lalu menangkapnya. Membawa dalam dekapannya.     

"Kamu tenang. Rilex, dan nikmati saja. Biar aku tebak, dari reaksi mu ini kau belum pernah kan merasakan seperti apa nikmatnya bercinta di alam terbuka seperti ini?" tanya pria itu dengan tatapan yang sangat menghipnotis.     

"Ya tentu saja. Lagi pula kau satu-satunya orang yang sering mengajakku kelayapan ke hutan seperti ini," jawab Chaliya. Padahal, sudah jelas ini adalah pegunungan yang banyak tanaman sayur. Kenapa dia menyebutnya hutan? Membuat Dicky geli saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.