Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MANTAN MANUSIA



MANTAN MANUSIA

1"Ya begitu dia tahu aku menyembunyikan sesuatu pada tubuh Rajata yang nantinya akan membuat investasi dosa pada raga ini, yang membuat arwah aslinya menerima imbasnya juga. Makanya dia minta keras agar Aku memberikan obat penawar pada Rajata. Sebab jika aku menolak biakan mengambilmu dariku.     

Kurasa dia memang diam-diam ada rasa sama kamu menginginkan kamu makanya melakukan ancaman itu. Sebab jika tidak bisa kan Dia mengancam akan membunuhku?"     

Dicky hanya memandang Chaliya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, tanpa satupun tanggapan dari nya.     

"Kau kenapa memandangku seperti itu Apakah aku terlihat aneh?" Tanya wanita itu merasa tidak enak diperhatikan seperti itu oleh suaminya sendiri.     

"Bukan kamu yang aneh, tapi... Bagaimana kamu bisa berpikir seorang roh yang lama meninggalkan dunia manusia menyukaiku? apanya yang menarik dari ku coba?" tanya Dicky sambil membuka kedua lengannya dan mengangkat kedua bahu.     

'bodoh Apakah pria ini tidak sadar bahwa dirinya sangat tampan karismatik dan juga tajir?' batin Chaliya.     

"Apapun sebutan untuk nya saat ini, mau hantu atau apalah yang jelas dia pernah jadi manusia pasti juga pernah suka sama manusia. Ya, wajar dong kalau ada rasa ketertarikan sama kamu. Aneh itu jika dia menyukai raja iblis seperti Lucifer. Itu bisa dikatakan bahwa dia telah melupakan jati dirinya sebagai mantan manusia."     

Gelak tawa terdengar nyaring dari Dicky ia merasa kalau istrinya memang benar-benar sangat lucu sekali. Bahkan, dia sempat berpikir kenapa Chaliya tidak ikut kontes stand up comedy saja, pasti dia bisa pulang dengan membawa pulang hadiah sebagai pemenang juara 1.     

"Sudah kamu jangan tertawa. Ayo sekarang temani aku menemui profesor Simon. Aku harus bertemu padanya dan meminta penawar untuk Rajata," ucap Chaliya sedikit kesal.     

"Baiklah sayang Aku akan pergi bersamamu. Lalu Bagaimana apakah dua bodyguard itu tidak kita ajak untuk ikut serta?" tanya Dicky.     

"Nggak usah. Makanya aku nungguin kamu karena aku nggak ingin mereka ikut dan tahu Apa rahasia terbesar ku. Cukup kamu dan profesor Simon saja yang bisa kupercaya yang lainnya hanya orang mati yang akan aku percaya," ucap Chaliya sedikit kesal kemudian ia beranjak mengambil handbagnya dan mengajak Dicky untuk segera berangkat.     

"Nyonya sama Tuan mau ke mana?" tanya Christie dan Dwi bersamaan seraya berdiri dari tempat duduk masing-masing.     

"Kami mau pergi jalan-jalan dulu sebentar. Kalian tolong jaga rumah ya," ucap Dicky dengan penuh wibawa.     

"Baik Tuan," jawab mereka hampir bersamaan.     

Tiba di laboratorium tempat praktek profesor Simon, mereka berdua langsung disambut oleh dua orang dengan jas putih khas seorang dokter. Menanyakan, apa maksud dari kedatangan mereka berdua ke tempat itu, yang bisa disebut dengan tempat yang sangat privacy dan rahasia.     

"Selamat siang nyonya dan Tuan ada apa kalian kesini?" tanya salah satu dari mereka.     

"Perkenalkan, namaku Chaliya. Dan ini adalah suamiku kami berdua kesini untuk bertemu profesor Simon Memang sebelumnya kita belum ada janji tapi tolong sampaikan padanya kalau saya menunggu," ucap Chaliya, langsung dengan cepat bertindak mengatakan identitas dirinya dan keperluannya datang ke tempat itu.     

Dua orang itu saling berpandangan. Tempat ini memang lah privasi selain privasi tidak ada banyak orang yang tahu siapa profesor yang bertanggung jawab sepenuhnya atas laboratorium tersebut. Namun gadis itu mengatakan dengan sangat tegas dan penuh percaya diri bahwa dia sangat mengenal baik profesor Simon si penanggungjawab laboratorium maka mereka berdua pun seketika berubah sikap yang semula datar dan dingin menjadi ramah.     

"Oh jadi anda kemarin untuk bertemu dengan profesor Simon mari silakan duduk profesor ada di ruang kerja biar saya sampaikan dulu pada beliau Jika anda ingin bertemu," ucap pria bertumpuh tinggi cenderung kecil namun tidak kurus dan berkulit putih dengan sepasang mata minimalis rambut hitam lurus dan tebal.     

"Baik terima kasih," jawab wanita itu kemudian dia duduk di tempat yang sudah dipersilahkan yang berada di lobby laboratorium.     

Tidak lama kemudian sekitar 10 menit seseorang yang tadi pergi untuk menemui profesor Simon kini telah kembali membawa kabar baik.     

"Nyonya dan Tuan silakan ke ruangan profesor. Beliau sudah menunggu Anda mari saya antarkan," ucapnya bahkan lebih ramah dan lebih santun dari sebelumnya.     

Setelah berjalan cukup lama sekitar 5 menit, cukuplah masih jika hanya menuju ke tempat yang ada dalam satu bangungan. Hanya beda ruangan. Apalagi tempatnya berliku dan banyak belokan. Kalian bisa menebak dan sangat yakin bahwa dia nanti keluar dari ruangan profesor tanpa diantar oleh seseorang yang sudah lama bekerja di sini pasti akan kesasar.     

"Ini ruangannya silakan profesor ada di dalam."     

"Baik terima kasih banyak ya sudah mau mengantarkan kami," ucap Chaliya.     

Baru saja cari yang mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu tersebut, pintu sudah terbuka dan di depan mereka ada seorang pria tua berusia sekitar 65 tahun berambut putih dan tersenyum ramah padanya.     

"Oh nyonya chalya dan Tuan Dicky, apa yang membawa kalian datang kemari kenapa tidak menelpon dulu? Biar saya tahu dan mengatakan pada karyawan saya jika anda adalah salah satu orang yang saya kenal dengan baik. Jadi maafkan ketidaktahuan mereka yang mungkin menyambut kalian dengan sangat tidak sopan," ucap pria itu dengan ramah.     

"Tidak masalah prof. Kami senang dengan begitu kami tahu seperti apa keketatan laboratorium ini," jawab Dicky. Sebab sejak tadi dia lebih banyak diam dan hanya istrinya lah yang berbicara dengan dua orang karyawan profesor yang menemui mereka sekaligus mengantarkan ke ruangan ini.     

"Oke baiklah mari silakan kalian duduk dan minumlah hanya ada ada air mineral saja di sini tidak ada minuman yang lain-lain maklum ini adalah laboratorium, Jika kalian ingin minuman yang beraneka ragam silakan datang ke rumah saya."     

Tidak disangka profesor dengan wajah yang sangat serius itu ternyata bisa bercanda juga.     

"Terima kasih banyak profesor ini juga lebih dari cukup." Tanpa menunggu permintaan yang kedua, sepasang suami istri itu membuka segel botol air mineral tersebut dan meminumnya sebelum mengutarakan, apa maksud dan tujuan mereka datang kemari.     

"Begini profesor kedatangan kami kesini untuk bertanya apakah ada penawar untuk Acun atau virus yang sudah profesor suntikan kepada bayi di rumah saya sekitar 9 bulan yang lalu?" tanya Chaliya, langsung to the point ke inti.     

"Oh jadi itu. Kebetulan sekali kalian datang di waktu yang tepat. Jadi saat ini saya telah membuat sebuah penelitian untuk virus itu, sekaligus berusaha mencari penawarnya. Saya sudah menemukannya dan sudah sempat diuji coba pada tikus putih hasilnya menakjubkan mungkin bayi itu bisa untuk dijadikan percobaan, siapa tahu saja hasilnya seperti yang kita harapkan," ucap profesor Simon dengan wajah penuh bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.