Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PERINGATAN



PERINGATAN

3"Kamu tidak lupa dengan dua pilihan yang kuberikan, bukan?"     

Chaliya terperanjat kaget saat mendengar suara itu yang tampak nyata di telinganya dengan logat khas orang Thailand.     

Ia melihat sebelah. Dicky sudah tidak ada di tempat. Sementara waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh menit. Chris dan Dwi juga tidak ada di dalam kamarnya. Mungkin mereka berpikir takut mengganggu apabila mereka masuk sekarang. Sedangkan dia masih lelap tertidur.     

"Dia pasti sudah berangkat ke kantor. Oh, iya... astaga! Aku harus segera pergi menemui profesor Simon. Namun, bagaimana jika Dwi dan Chris tahu, apabila mereka ikut bersamaku? Jika tidak ikut beesamaku, aku takut arwah gadis gila itu akan datang untuk menerorku," gumam Chaliya seorang diri.     

Chaliya bangkit dari ranjangnya dan mulai mondar-mandir kesana kemari sambil menggigit salah satu jari kanannya. Dia mencoba mencari solusi terbaik, agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui oleh siapapun selain profesor Simon dan suaminya.     

Memang mungkin untuk saat ini, dua pengawal pribadinya bisa sangat diandalkan, dan dipercaya. Tapi, tidak menutup kemungkinan apabila di masa mendatang mereka akan berkhianat jika tanpa sengaja Chaliya atau Dicky melakukan kesalahan yang menyinggung mereka.     

Mungkin benar kata pepatah. Dengan rahasia kita diketahui oleh orang, maka orang itu selamanya bisa mengontrol kita selamanya.     

Itulah sebabnya, Chaliya sejak awal tidak pernah mempercayai orang lain, selain dua orang tersebut. Kecuali jika orang itu sudah mati, lalu. Bagaimana jika orang yang mengetahui rahasia nya tidak segera mati dan malah panjang umur? Bukankah itu sebuah ancaman dan menjadi bom waktu yang setiap waktu bisa meledak menghancurkan dirinya? Sementara dia sudah tidak diperbolehkan untuk membunuh siapapun lagi oleh pemilik raga yang dia tempati.     

"Soal ini pikirkan saja nanti yang penting aku sekarang mandi dulu lalu sarapan agar kepalaku menjadi fresh. Mungkin dengan begitu aku bisa berpikir dengan tenang dan tidak gegabah," gumamnya sekali lagi kemudian dia beranjak mengambil handuk dan ke kamar mandi.     

Entah ini sebuah kejanggalan atau kebetulan. Biasanya, setiap kali ada kesempatan Chaliya sendiri tanpa pengawasan orang lain di sebuah ruangan, pasti dia sudah akan di datangi dan disakiti oleh Chaliya yang asli.     

Namun, kenapa kali ini tidak?     

Bahkan saat di dalam kamar mandi tadi dia sempat terendam cukup lama. Sekarang dia sudah selesai berdandan dan siap untuk sarapan.     

"Nyonya, anda sudah bangun?" sapa Chris dan Dwi bersamaan.     

"Iya. Apakah kalian berdua sudah sarapan?" tanya Chaliya.     

"Sudah nyonya."     

"Apakah kalian tadi tahu jam berapa berangkat bekerja?" tanya Chaliya sambil duduk di meja makan menunggu bibi menyiapkan sarapannya.     

"Belum lama. Sekitar setengah jam yang lalu, Nyonya."     

"Oh, ya sudah."     

Sebenarnya Chaliya ingin menelpon suaminya, untuk mengatakan hal terkait masalahnya yang bersangkutan dengan Rajata dan profesor Simon. Tapi, dia tidak tahu kesibukan apa yang dilakukan oleh suaminya selama di kantor. Jadi, sebelum dia menelepon. Dia lebih dulu mengirimkan pesan chatting pada Dicky.     

"Sayang, jika nanti kamu sudah senggang dan tidak sibuk... tolong telepon aku. ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu," tulisnya kemudian ia mengirimkannya melalui aplikasi hijau.     

Sampai setengah jam tidak ada jawaban ataupun panggilan dari suaminya yang mengartikan bahwa saat ini Dicky tengah sibuk. Tapi, dia bisa mengerti. Memang, suaminya tidak hanya memegang satu bisnis saja melainkan lebih dari lima macam jenis.     

"Apakah nyonya tidak ingin jalan-jalan?" tanya Chris. Sebab sejak tadi dia perhatikan Nyonya nampak bingung dan sangat suntuk tak tahu apa yang ada dalam kepalanya. Bahkan awalnya dia berpikir jika nyonya dan tuannya sedang dalam masalah. Namun, rasanya tidak mungkin. Karena semalam Dwi mengatakan bahwa keduanya nampak mesra saat makan tengah malam, dan tuannya pun menggendong nyonya saat hendak kembali ke kamar.     

"Aku sedang tidak ingin ke mana-mana. Jika memang kalian ingin keluar untuk jalan-jalan, keluar saja tidak masalah dan segera setelah kembali sebelum Tuan datang," jawab Chaliya.     

Seketika dua gadis muda itu saling. Mereka memang dirimu berada di rumah dan ingin jalan-jalan namun tidak satupun dari mereka ada yang berani meninggalkan nyonya mereka. Mereka tidak ingin kejadian seperti gambar yang terluang untuk kedua kalinya.     

"Tentu saja tidak. Kalaupun memang kami ingin pergi jalan-jalan tentu saja bersamanya tidak akan berdua saja apalagi sendirian," jawab dua gadis itu serempak.     

"Emangnya kenapa aku tidak apa-apa di rumah sendirian kalian cukup jaga diri saja baik-baik dan segeralah kembali sebelum Tuan datang. Lagipula di rumah kan juga ada pipi pipi tidak akan ke mana kan? Biar dia saja yang menemani aku di rumah," ucap Chaliya. Sengaja Dia sedikit mendesak kedua bodyguard wanitanya agar meninggalkan dirinya. Selain itu dia juga ada niat untuk menguji apakah arwah penasaran kalian yang asli masih akan datang meneror dan mengganggu dirinya Setelah dia sudah ada niatan untuk pergi menemui profesor Simon guna meminta penawar untuk diberikan pada Rajata putra Axel dan Lina.     

Sekali dua kali diminta untuk pergi mereka tetap menolak namun setelah sekian lama dan Dahlia berhasil meyakinkan dua bodyguard wanitanya itu, akhirnya pun mereka setuju untuk pergi berdua. Berbelanja untuk menghabiskan uang membeli kebutuhan pribadi yang sudah habis.     

"Beneran ya tidak apa-apa, Nyonya.     

kalau kami berdua pergi?" tanya Dwi lebih meyakinkan lagi.     

"Tunggu saja bentar lagi pulang kapan aku pernah bercanda sama kalian berdua? Iya, ya iya. Tidak ya tidak, bukan?"     

"Baiklah Nyonya kalau begitu terima kasih anda sudah bermurah hati pada kami berdua. Kebetulan beberapa stok kebutuhan pribadi kami juga sedang habis," jawab Christie dengan mata yang berbinar.     

"Ya sudah kalian pergi lah aku akan memberi waktu kalian tidak lebih dari 2 jam," jawab Chaliya dengan ramah.     

Mereka pun akhirnya pergi. Selama 1 jam sendirian, Chaliya tidak mendapati gangguan apapun. Sampai, hampir dua jam, juga tidak ada satu pun kejanggalan yang dia alami selama di rumah sendirian. Padahal dia tidak hanya menghabiskan waktunya di ruang tamu ruang tengah ataupun kamarnya dia juga pergi ke kamar mandi untuk buang air tapi arwah penasaran pemilik raga yang dia tempati pun juga tidak datang mengganggu seperti sebelumnya.     

Dua jam pun berlalu semua baik-baik saja sampai kedua bodyguard wanita nya pun datang dari berbelanja kebutuhan pribadi mulai dari toilet is dan juga cemilan.     

"Oh kalian sudah kembali?" tanya Chaliya, seraya melemparkan senyuman yang selalu terlihat manis setiap saat pada mereka berdua.     

"Iya, Nyonya. Maaf jika kami berua terlalu lama. Harap maklum ya nyonya, lgian, wanita mana yang tidak betah berlama-lama jika pergi ke mall," jawab Christie.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.