Cinta seorang gadis psycopath(21+)

JANGAN AMBIL DIA DARIKU



JANGAN AMBIL DIA DARIKU

3Dia bingung, dan bertanya-tanya dalam hati. Untuk apa dia datang ke tempat ini, dan kenapa? Ada urusan apa sebenarnya? Tempat ini saja terasa begitu asing. Hanya suara ranting-ranting yang terinjak saja, sebagai pemecah kesunyian yang terasa familiar di telinganya. dia tidak mengerti sama sekali ingin pergi namun tidak tahu kemana jalan keluarnya.     

"Oh rupanya kau sudah datang aleha. Lama sekali aku menunggumu." ucap seorang wanita cantik dengan lekuk tubuh indah duduk dengan kedua kaki menyilang bagaikan ratu.     

Alea yang tiba-tiba merasa matanya silau oleh wanita dengan pakaian serba putih yang memancarkan cahaya itu spontan menyipitkan matanya dan menutupi adas matanya dnegan tangan kanan.     

"Siapa kamu?" tanya Alaea.     

"Kamu perhatikan diriku baik-baik. Aku adalah pemilik jasad yang kau tempati. cukup lama juga aku menunggumu," ucap wanita itu.     

Setelah Alea sudah terbiasa dengan cahaya yang terpancar dari tubuh Chaliya, ia pun menurunkan tangannya dan memandang wanita di depannya dengan normal.     

"Apa yang ingin kau lakukan padaku? Kurang puaskah kau menyakitiku selama ini hingga membawaku ke tempat yang jauh dan asing sampai aku tidak tahu kemana jalan pulang?" protes Alea.     

Mendengar ucapan Alea yang merasa terdzolimi, Chaliya pun tersenyum miring. "Hei, Alea. Kurasa kau ini masih muda dan belum tua tapi kenapa kau sudah sangat pikun sekali?" Chaliya berdiri, berjalan mendekati Alea yang nampak ketakutan sambil melipat kedua tangannya di depan dada.     

"Aku sudah tidak lagi melakukan kejahatan kenapa kau masih saja terus meneror ku. Kurang puas kah?" jawab Alea memberanikan diri.     

"Memang benar ya yang kuduga. Dari cerita yang beredar yang selama ini aku dengar orang seperti ilmu itu biasanya selalu tidak punya otak ternyata benar kok tidak ada otak," ucap Chaliya dengan tatapan menghina.     

"Katakan saja apa maumu. Aku sudah tidak lagi melakukan kejahatan seperti dulu. Kenapa kamu baru datang? Tidak dulu saja saat aku pertama kali menghabisi orang yang kuminta untuk mengambil jasad Andra di dalam pemakaman?"     

"Bagaimana jika aku katakan aku baru bisa bertemu denganmu? Apakah kamu percaya?"     

Alea diam. Tubuhnya terasa kaku, dan susah sekali untuk digerakkan.     

"Aku kasih tahu ya sama kamu. Orang yang sudah mati itu, tidak bisa datang kembali ke dunia untuk mencampuri urusan mereka yang sudah hidup. Termasuk aku. Jadi, apabila aku bisa kembali ke dunia dan menemuimu mengajakku bicara seperti ini, itu artinya aku sudah melalui banyak rintangan dan proses yang sangat panjang, tolong! Kamu hargai itu jangan seenaknya saja."     

"Baiklah sekarang atau maumu? Apakah selama ini menyiksa dan menyakiti diriku tidaklah cukup untuk mu?"     

"Apa kamu bilang? Yang aku lakukan tidak sampai membuat dirimu mati. Tapi, apa yang sudah kamu lakukan dengan jasad ku jika sampai ketahuan pihak yang berwajib, dasar hukum mati dan gak tahu itu membuat diriku jika merasakan sakit tidak hanya kau coba kamu pikirkan itu. Sudah baik aku memberi kesempatan dan tidak meniru dari awal saat memakai ragaku. padahal aku tahu siapa dirimu di masa lalu. Tapi, aku mencoba memberi kesempatan satu kali untukmu ku kira kau benar-benar bisa berubah ternyata aku salah. Kasihan sekali Andra di alam sana pasti menderita jika melihatmu seperti ini."     

"Tidak bisakah kau tidak menyebut nama Andra di depanku?"     

"Kenapa kok jadi seperti itu? Lihatlah tanpa mu yang baru saja terlihat nampak arogan jadi mendadak lembek dan lemah kenapa Apakah kamu masih belum bisa sebelumnya move on dari dia?"     

"Cukup, Chaliya! Apa yang kamu mau katakan saja."     

"Sudah berapa kali sih kamu mengatakan apa mauku setiap kali kita bertemu? Tapi sebanyak itu juga aku diam tidak menjawab apa yang sebenarnya jadi mau ku. Namun, jika memang kamu ingin tahu oke akan aku kasih tahu bagaimana jika aku mau kau pergi meninggalkan ragaku Aku akan menempatinya kembali. Biarkan aku saja yang menyandang sebagai istri Dicky. Kau tidak kaya dia hanya layak bersamaku, Chaliya yang sebenarnya,"     

"Tidak! Jangan ambil Dicky dariku! Aku sudah kehilangan Andra, dan juga mamaku, sekarang, kenapa kau mau mengambil dia dariku juga?"     

Chaliya tertawa terpingkal-pingkal. Jelas aja dia merasa lucu dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Alea. Entah dia itu lupa atau tidak sadar, siapa yang disebut Mama olehnya barusan. Bukankah mama Thassane adalah mama Chaliya, bukan Alea?     

"Kamu ingat ya kamu itu hanya numpang status dan identitas saja. Dia milikku bukan milikmu. Walaupun biasa sangat sayang padamu dan memperlakukannya dengan baik, bahkan mengorbankan nyawanya demi melindungimu, itu dia lakukan karena dia tidak tahu bahwa didalam raga Putri tercintanya terdapat sosok monster psikopat yang sangat jahat sepertimu. Kalau saja dia tahu itu dari awal, mana mungkin dia mau mati konyol hanya melindungi orang tidak berguna sepertimu?"     

Kali ini Alea menangis. Dia bersimpuh di depan kaki Chaliya. "Aku akan berusaha melakukan apapun itu. Aku juga menghargai perjuangan mu selama ini untuk bisa bertemu denganku dan berbicara secara langsung tapi aku mohon jangan ambil Dicky dariku."     

"Baik Aku akan mengabulkan permintaanmu dengan satu syarat. Berikan penawar dari racun yang kau tanamkan pada diri Rajata putra Axel dan Lina. Sekalipun kau sudah tidak melakukan kejahatan dengan menanamkan bibit kanibalisme pada diri anak yang tidak berdosa itu, Apa kau pikir dosamu sudah selesai sampai disitu saja? Tidak, Alea. Kau salah. Sekali dia melakukan dosa 10 kali kau mendapatkan keburukannya. Percayalah karma itu ada. Dengan karma, cukup gunakan hukum alam saja apa yang ditanam itulah yang kita tuai."     

"Baik aku akan menemui profesor Simon dan meminta penawar itu kepadanya agar Rajata tidak melakukan hal seperti yang aku inginkan dulu. Tapi Apakah dosa itu berkaitan dengan mu? Meskipun ini raga milikmu, tapi yang melakukan adalah diriku bukan kau."     

"Tentu saja ada. Siapa bilang tidak. Apa kau pikir dia lampu sana setelah aku aku bisa bebas merdeka begitu saja? Tidak. Salah besar Jika kau berpikir demikian. Sebagai pemilik dari raga itu aku berkewajiban memberi hatimu untuk melakukan sesuatu yang baik. Jika tidak aku juga mendapatkan siksaan di alam sana. Sekarang Kamu pilih saja kau memberikan penawar pada Rajata atau memberikan Dicky padaku," ucap Chaliya kemudian dia menghilang.     

"Pilihan macam apa ini aku tidak setuju Dicky adalah milikku jangan pernah sekali-kali berani mengambilnya dariku?" teriak Alea tidak terima.     

"Chaliya! Ke mana, kau? Kembali lah! Urusan kita masih belum selesai. Aku tidak terima jika kau mengambil Dicky dariku."     

"Sayang, kamu kenapa, Sayang? Bangunlah!" teriak Dicky sambil menepuk beberapa kali kedua pipi istrinya yang sejak tadi terus saja mengigau.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.