Cinta seorang gadis psycopath(21+)

RAJATA



RAJATA

1Aku tidak bermaksud untuk berlebihan. Tapi, apa yang aku katakan juga fakta, bukan?" ucap Chaliya. Tiba-tiba menoleh ke arah Dicky yang masih menatap ke atas langit-langit kamar.     

"Kan, aku sudah katakan, kau pantas mendapatkan semua ini."     

"Sepertinya terlalu besar, Dick. Kenapa, kau tidak memberiku perusahaan yang masih baru merintis saja? Biar aku mengelolanya hingga maju?"     

"Tidak. Aku tidak akan menyengsarakan istriku. Bagiku, seorang istri itu adalah ratu. Kayaknya seorang ratu, dia harus mendapatkan yang terbaik. Kasih sayang, perhatian dan juga hadiah yang akan diberikan.     

Kembalikan dia dibuat tercengang oleh apa yang baru saja dikatakan oleh Dicky. Sungguh dia adalah anugerah terbesar yang dia miliki selama hidupnya.     

"Kamu so sweet banget Dicky? Bagaimana bisa aku bertemu dengan seorang pria sempurna dan mulia seperti kamu?" ucap Chaliya tanpa sadar. Harusnya, dia tidak perlu mengatakannya di hadapan Dicky. Atau, lelaki itu akan geer.     

"Aku seperti ini yang mengajari adalah mendiang papaku. Dia bilang jika ingin hidup bahagia bersama keluarga harus membahagiakan seorang istri. Apalagi suami sepertiku yang sudah tidak beribu sejak aku berusia 17 tahun. Adik perempuan jika tidak ada. Jadi selama hidupnya dan sebelum papaku pergi untuk selama-lamanya dia mau wanti-wanti ku agar memuliakan kan wanita yang aku nikahi."     

Tempat sadar ingatan wanita itu langsung tertuju pada Axel. Dia cukup memaklumi karakter pria itu yang terlalu plin-plan dan mudah berubah tidak setia dan cenderung hanya mencintai dirinya sendiri. Mendekati wanita hanya untuk kepuasan batinnya bukan untuk saling membahagiakan satu sama lain. Ondel-ondel saja seperti itu mencintai orang lain tapi memiliki menikahnya dengan wanita lain sama-sama dipertahankan hanya demi tahta bersama tante Elizabeth. Tak ingin kehilangan tante Olivia karena dia adalah belahan hatinya tidak ada kecenderungan untuk memilih siapa yang harus dinikahi dan ditinggalkan.     

Meskipun pria tidak dituntut setia dan boleh memiliki lebih dari satu wanita dalam hidupnya. Namun wanita mana yang mau dan suka rela dimadu dan diduakan?     

Di manapun tempatnya semua wanita itu sama ingin selalu menjadi satu-satunya wanita dan prioritas bagi pria yang dimilikinya.     

Chaliya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya tersenyum, merubah posisinya miring menghadap ke arah tinggi lalu mendekatkan tubuhnya pada pria itu dan memeluknya erat sambil memejamkan matanya.     

Seiring waktu yang bergulir, tanpa terasa, kini Rajata putra Axel dan Lina sudah berusia 9 bulan.     

"Ayo kamu pegang itu dan belajarlah berdiri langkahkan kakimu perlahan-lahan dan belajar!" ucap seorang wanita dengan semangat sambil melihat ke arah datita yang kini mulai merambat melangkahkan kakinya sambil berpegangan tembok.     

Satu langkah dua langkah hingga langkah kelima oke datita itu tidak apa-apa tetap berjalan, sesekali tersenyum menunjukkan 4 biji giginya dua di atas dan yang dua di bawah. Namun dia sangat lucu dan tampan dengan matanya yang biru dan rambutnya yang pirang sangat mempesona seperti bagi orang barat.     

"Ayo, Sayangku coba, berdiri dengan dua kakimu tanpa berpegang!" ujar wanita itu lagi bahagia.     

Meskipun dia seorang bayi. Dia seolah mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain terlebih jika orang itu adalah mamanya.     

Rajata benar-benar melepaskan kedua tangannya sambil tertawa namun ketika ia mengangkat sebelah kakinya dan hendak melangkah...     

"Bruk! Huaaaa..."     

Dia pun terjatuh seketika tangisannya pun pecah membuat Lina tergopoh dan bergegas untuk menolong putranya.     

Awalnya dia berfikir wajar anak yang jatuh pasti akan menangis namun ketika dia mengangkat tubuh mungil Rajata yang baru berusia 9 bulan itu, darah segar mengucur dari mulut dan hidungnya. Rupanya wajahnya terbentur cukup keras di atas lantai hingga bibirnya pecah hidungnya pun sampai mimisan.     

"Ya Tuhan! Rajata! Kenapa bisa sampai kaya gini? Maafin Mami, ya Sayang?" ucap Lina merasa sangat bersalah. Tanpa pikir panjang dia membersihkan darah di area mulut dan hidung putranya menggunakan pakaian yang dia pakai kemudian dia berlari mencari Mama mertua nya untuk meminta pertolongan.     

Dia bukan tidak mau merawat putranya tapi karena dia belum berpengalaman dan tidak tahu harus melakukan apa maka dia pun memanggil manggil mamanya.     

"Ma.... Mama! Tolong Rajata, Ma. Dia barus aja terjatuh dan mulutnya berdarah!" teriak wanita itu. Bahkan dia juga ikut menangis.     

"Terjatuh dari mana?" teriak Elizabeth. Dia langsung berhambur mendengar teriakan menantunya bersamaan dengan tangisan cucu tercinta. Berlari meninggalkan masalah dan teh yang dinikmati di halaman belakang untuk memastikan seperti apa keadaan Rajata yang katanya mulut dan hidungnya berdarah.     

"Ini salah ke mami membiarkan dia belajar berjalan sendiri tanpa aku apa sih aku hanya melihatnya dari jauh meminta dia agar lepas tangan tapi ketika dia mengangkat sebelah kakinya untuk melangkah dia terjatuh dan seperti ini," ucap Lina menjelaskan sambil terisak terus menyalahkan dirinya sendiri.     

Elizabeth yang cukup berpengalaman dengan ini ia pun langsung mengambil alih Rajata dari gendongan menantunya. Membersihkan darah yang terus mengucur di mulut dan hidung dengan tisu kemudian ia melihat keadaan di area mulut. Tidak terjadi apa-apa. Namun tetap saja tidak bisa dibiarkan tanpa diobati.     

"Lina, kamu ke dapur sekarang. Tolong ambilkan Mama gula bawa ke sini taruh di wadah," ucap Elizabeth dengan tenang.     

"Baik." Lina pun segera berlari cepat menuju dapur. Tidak lama kemudian dia kembali dengan 1 cawan gula di tangannya lalu memberikan pada mertuanya.     

Dia tidak tahu untuk apa gula pasir itu. Tapi dia tidak berani untuk bertanya ia terus saja menangis dan menyalahkan dirinya sendiri. Sampai-sampai dia tidak menyadari seperti apa tenangnya mertuanya dan sama sekali tidak menyalahkan dirinya.     

"I... Ini, Ma gula pasir yang Mama, minta. Apakah masih kurang?" tanya Lina.     

"Ini saja sudah lebih dari cukup. Terimakasih, ya?" ucap Elizbath. Kemudian mulai memasukkan gula pasir ke dalam mulut cucunya Dan meletakkan pada permukaan bibir sang cucu.     

Namun, namanya anak kecil. setiap kali ditaruh i gula pada mulutnya yang rasanya manis, pasti akan dijilat sampai habis. Elizabeth tidak kenal menyerah dan merasa lelah. Dia terus mengulangi itu hingga raja tertidur, dan membiarkan tumpukan gula di mulut terus menempel. Selama Rajata tidur, dia juga memangkunya. Tidak ada niat untuk meletakkan cucunya di kasur atau tempat tidur. Karena, ia khawatirz nanti cucunya yang pinter ini akan dikerumuni oleh semut.     

"Kamu tahu kenapa mulutnya harus dikasih gula?" tanya Elizbath. Sama sekali tidak marah dan kecewa pada menantunya.     

Lina mengelengkan kepalanya beberapa kali. Dia masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri yang merasa teledor.     

"Maafkan aku mah tidak bisa menjaga rajatha dengan baik. Tapi, aku benar-benar tidak sengaja," ucap Lina. Dia bahkan mulai terisak kembali.     

"Kenapa harus kau minta maaf? Kamu tidak bersalah. Terjatuh itu sudah biasa dialami oleh anak-anak," jawab Elizabeth berusaha menenangkan hati menantunya.     

"Tapi, tetap saja.... jika saja tadi aku melihatnya dari dekat, yang sekiranya aku bisa menjangkau saat ia akan jatuh... mungkin, dia tidak akan sampai separah ini. Lihat! Dia mengeluarkan banyak darah dari mulut dan hidung aku benar-benar takut, Ma."     

"Tidak apa-apa Lina dia hanya terbentur kau tahu kenapa Mama memberikan gula di mulutnya?"     

Lina kembali menggelengkan kepalanya. Namun kali ini dia sambil menjawab, "Tidak, Ma. Memangnya kenapa?"     

"Karena bibirnya terbentur, takutnya nanti jadi sariawan jika tidak segera dicegah. Makanya Mama memberikan gula pada mulutnya saat habis dikasih lagi dan dikasih lagi. Dengan begini ini akan baik-baik saja. Dia tidak akan mengalami sariawan kedepannya. Karena sariawan ataupun kecil tapi sangat perih dan jika anak-anak yang terkena, takutnya dia tidak hanya nggak mau makan. Tapi juga tidak mau minum susu. Kan kasihan bisa-bisa dia lemas bahkan juga jatuh sakit," ucap Elisabeth menjelaskan panjang lebar pada menantunya.     

"Oh, jadi gitu, ya Ma? Apakah ini tidak apa-apa?" tanya Lina. Seoalh dia masih belum bisa yakin dengan apa yang barusaja mertuanya katakan. Karena, dia melihat, seperti apa tadi darah yang keluar dari mulut putranya sangat banyak.     

"Iya tidak apa-apa. Ini hanya luka ringan. Hanya satu luka saja di bibir bawah. Tidak masalah, kok! Axel, dulu sangat nakal. Dia sering seperti ini, bahkan tidak jarang, mulutnya hingga jontor," ucap Elizbath sambil tertawa kecil.     

Mendengar itu, Lina cukup terhibur.     

"Lalu, bagaimana dengan pendarahan pada hidungnya, Ma?"     

"Tidak apa-apa. Itu disebabkan karena pembuluh darahnya terlalu tipis. Jadi, gampang pecah. Kedepannya, jika dia sudah besar nanti juga sepertinya akan sering mimisan. Saat dia demam, pusing, kelelahan, atau, tengah berfikir pasti akan seperti itu."     

"Apakah ini aktivitas seperti itu, Mah" tanya Lina. Penasaran.     

"Tidak. Pembuluh darahnya dulu cukup tebal. Jadi, dia tidak mudah mimisan."     

"Lalu, dia seperti siapa, Ma? tanya Lina penasaran.     

"Sepertinya jika mudah mimisan itu dia nurun ke mendiang kakeknya. Ya papanya Axel. Leonel itu sangat mudah sekali mimisan."     

"Astaga... " Lina sungguh tidak bisa komentar apa-apa. Karena sedikit banyak dia juga tahu seperti apa rumah tangga mertuanya dulu. Bisalah dikatakan rumit makan broken. Namun seperti apapun kepada rumah tangga mereka dan sudah terlanjur terjadi. Sebagai seorang wanita Dia berharap agar Axel tidak seperti papanya yang bisa mencintai 2 wanita sekaligus dalam hidupnya. Dia inginkan, hanya dia satu-satunya wanita yang ada di hati Axel selamanya.     

"Ada apa kalian di sini?" sapa Axel dan kakek Hardi yang baru saja kembali. Entahlah dari mana saja mereka seharian ini. Pasangan kakek dan cucu ini memang begitu jika sudah berkumpul mereka akan lupa pulang jika berada di luar rumah.     

"Tidak ada. Kami hanya ngobrol saja. menceritakan masa kecil kamu saja, kok," ucap Elizabeth.     

"Apa yang menceritakan pada Lina jangan menceritakan tentang keburukan ku di masa kecil. Apapun alasannya aku tidak ikhlas," ucap Axel. Langsung memprotes mamanya.     

"Mamamu sama sekali tidak menjelekkan kamu, Xel. Justru katanya kamu itu sangat kuat tidak mudah sakit dan juga tidak cengeng," tukas Lina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.