Cinta seorang gadis psycopath(21+)

KECILKAN VOLUME SUARAMU



KECILKAN VOLUME SUARAMU

2"Tidak masalah. Lain kali kamu hanya perlu memelankan volume suaramu saja. Mari, makan!" ajak Samuel.     

Arabella memajukan wajahnya, dan memainkan jari telunjuknya, memberi isyarat supaya Samuel mendekat padanya.     

"Hey, Dokter! Berapa harga makanan ini semua? Uang di dalam tas ku hanya cukup untuk membayar satu porsi steak tempe dan segelas teh manis."     

Samuel yang semula mengarahkan telinga kanannya ke wajah Arabella, langsung menoleh dan memandang wajah gadis itu. Seketika ekspresi wajahnya menjadi berubah sedikit aneh.     

"Aku bertanya padamu. Kenapa kok malah diam dan menatapku seperti itu? Jangan hanya gara-gara kecerobohan mu hari ini, nanti aku jadi tukang cuci piring, ya?" omel Arabella.     

Mendengar ucapan yang ini sama atau tidak bisa lagi menahan untuk tidak tertawa.     

"Kamu makan aja apa yang ada di sini. Jika ada hal lain yang ingin kamu makan tinggal panggil player dan pesan lah. Jangan memikirkan berapa harga dan biaya nya karena sudah ada yang nanggung," jawab Samuel. Masih menahan diri supaya tidak kelepasan tertawa terbahak.     

"Hah, bagaimana kamu yakin?"     

Samuel dibuat terkejut lagi untuk yang kesekian kalinya. Seperti sebelumnya dengan spontan dia menjauhkan wajahnya dari Arabella.     

"Maaf... Maafkan aku," ucap Arabella, mendapati ekspresi Samuel, dia tidak melihat ke sekeliling lagi. Pasti juga seperti sebelumnya mereka akan melihat ke arahnya. "bagaimana kamu yakin, kalau sudah ada yang aku menanggung apa yang aku makan? Apakah itu kamu yang akan membayarnya?" tanya Arabella dengan suara yang lebih pelan.     

Sebutkanlah Samuel enggan menjawab pertanyaan ini. Hijab atau tidak antara akhirnya dia juga kan tahu seperti apa. Namun karena terus-menerus didesak akhirnya kayak itu menghela napas dalam-dalam. Kemudian baru menjawabnya.     

"Kau datang ke sini atas undangan siapa? Tanda Elizabeth, bukan? Artinya apapun yang akan kamu makan atau kamu pesan nanti dia yang akan membayar titik apabila kamu tidak yakin biar aku yang akan membayarnya."     

"Ya ampun... Kau bahkan bersedia untuk membayar makanan yang aku pesan? Padahal Ini pertama kalinya lagi kita bertemu."     

"Sudahlah kamu tidak perlu berlebihan titik malam sudah semakin larut cepat kamu makan lagi pula kalau sudah dingin juga tidak enak," ucap Samuel.     

"Baiklah."     

Usai makan malam, iseng-iseng Samuel bertanya pada gadis di hadapannya.     

"Berapa sih usia kamu?" tanyanya.     

"Duapuluh tiga tahun. Kenapa?" tanya Arabella.     

"Oh, tidak kenapa-napa. Coba biar aku tebak. Apakah ini adalah pertama kali kamu kencan dengan seorang pria?"     

"Iya Bagaimana kamu tahu?"     

Semua hanya tersenyum tipis sambil memandang kearah Arabella. Dia tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang baru saja dikatakan padanya. Melainkan pria itu malah balik bertanya.     

"Aku heran sama kamu. Cewek secantik kamu Apakah tidak ada yang tertarik ingin mengajakmu jalan, atau pacaran?"     

"Hah? Apa kamu bilang? Cewek secantik aku?" tanya Arabella dengan polosnya. Dia senyum-senyum seorang diri dalam hati dia sangat senang sekali dipuji cantik oleh pria yang dia kagumi.     

"Tidak, tidak. Lupakan! Anggap saja aku tidak pernah mengatakan apapun," jawab Samuel sedikit kesal.     

Arabella tertawa. Lalau dia menjawab, "Baiklah aku anggap kau tidak pernah mengatakan apapun. Namun aku tidak melupakan bahwa kau baru saja bertanya padaku. Memang aku tidak pernah nah berkencan dengan seorang pria. Kadang saat makan di kantor-kantor saja mereka menghampiri aja ngobrol, setelahnya ya sudah."     

"Menarik sekali, ya?" gumam samuel, tanpa sadar.     

"Apanya yang menarik?"     

"Tidak ada," jawab Samuel dengan cepat. Dia merasa mengatakan kalimat barusan itu sangat pelan sekali. Tapi tidak disangka ternyata Arabella bisa mendengarnya.     

Setelah beberapa menit mau ngobrol berdua dengan Arabella, semua merasa tertarik dengan gadis itu. Dia berpikir akan terus melanjutkan hubungannya dengan Arabella meskipun hanya sebatas teman. Berteman atau bersahabat, Samuel yakin Arabella, adalah sosok teman atau sahabat yang sangat baik.     

"Boleh aku minta nomor ponsel kamu?" tanya Samuel dengan nada kaku. Karena, seumur hidupnya, baru kali ini dia meminta nomor ponsel kepada seorang wanita. Di usianya yang sudah duapuluh lima tahun lebih beberapa bulan.     

"Baiklah, tapi aku juga minta nomor kamu. Apakah boleh?"     

"Aku mau minta nomor kamu asal kau beri, nanti kau juga akan mendapatkan nomorku ketika aku menghubungimu," jawab Samuel dengan nada datar.     

"Baiklah."     

"Sayang, ini sudah larut. Ayo, kalau begitu kita pulang, lain kali, jika kalian ada waktu, kalian bisa janjian dan pemancar sendiri tanpa kami antarkan," ucap Emy. Membuat Samuel hanya tersenyum tipis saja.     

"Tante yang merendahkan semua ini?" tanya Arabella ketika di dalam mobil.     

"Hehehe, tante harap kau tidak marah, ya? Tante melihat dokter Samuel begitu tampan, dia juga baik dan pendiam. Tidak suka jelalatan pada para gadis seperti anak muda pada umumnya," ucap Elizabeth menjelaskan.     

"Iya, aku tahu itu Tante."     

"Kamu tidak marah, kan?"     

Arabella menggelengkan kepalanya. "Itu memang keponakan teman tante ya?" tanya Arabella.     

"Iya, tapi awalnya tante tidak tahu kalau dia adalah keponakan teman tante. Karena pertama kali bertemu dengan Samuel itu di rumah sakit. Sejak pertama melihat Samuel sampai langsung menyukainya dan berpikir ingin menjadikan dia sebagai anak ratu seandainya jika tante memiliki anak perempuan. Tapi... Kau juga tahu kan kalau kata Saya memiliki seorang anak itupun laki-laki dan sudah menikah?"     

Mendengar penjelasan panjang lebar dari Elizabeth arabella hanya tersenyum.     

Baru saja dia hendak bertanya apa yang membuat tente teringat akan dirinya. Namun, Elizabeth malah menjawabnya lebih dulu.     

"Saat itu kan kata ngomong sama Axel kalau menyukai dokter itu dan berkata kalau seandainya punya anak perempuan pasti sudah mama jadiin menantu lalu akan mengatakan bahwa atom memiliki anak perempuan yaitu kamu."     

"Arabella senang rasanya sebagai adiknya,"jawab gadis itu sambil pandangannya lurus menghadap ke depan.     

"Kamu ini berkata apa Arab bila memang Axel itu adalah kakak kamu kalian memang tidak se ibu tapi satu ayah! Kelak jika kau menikah Axel bisa menjadi wali kamu," jawab Elizabeth sambil tertawa konyol.     

"Astaga! Aku lupa," ucap arabella sambil menampol jidatnya sendiri.     

***     

"Samuel! Bagaimana? Apakah kamu menyukai Arabella?" tanya tante Emy.     

Samuel diam tidak menjawab bahkan ia sedikit pun juga tidak menoleh kepada tandanya yang duduk di samping kemudi.     

"Kau juga pasti sudah bisa menilai bukan seperti apa wanita itu? Dia sangat cantik dan masih sangat polos sejauh ini dia tidak pernah berpacaran," ucap tante Emy lagi, tapi lagi-lagi pria berparas tampan itu hanya diam fokus pada kemudian dia pegang dan jalanan yang sedikit padat.     

"Oh ya kamu sudah meminta nomor ponselnya tidak kalau kamu belum punya kata ada kamu bisa menghubunginya supaya kalian bisa lebih dekat," soalnya tante Emy lagi tidak kehabisan akal.     

"Sudah!" jawab pria itu singkat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.