Cinta seorang gadis psycopath(21+)

STEAK TEMPE



STEAK TEMPE

1Saat ini dia tidak peduli akan memakan apa di depan pria tampan yang mendadak dia kagumi, ini. Daripada jadi tukang cuci. Uda cantik gini, kere. Ah, ini jauh lebih memalukan daripada makan tempe dan segelas es teh.     

Hal itu wajar, sebab selama ini ketika dia dan beberapa kawannya ketika memilih makan di rumah makan atau restoran mereka selalu membayar pesanan masing-masing. Kecuali mereka datang ke warung bakso misalnya, barulah mereka mendaftar secara bergantian karena menu yang dimakan serupa dan harganya sama. Wajar, anak kuliahan tidak sama dengan seseorang yang sudah bekerja.     

Samuel menerima daftar menu tersebut dari arah bila dengan muka datar sambil memperhatikan wajah cantik gadis di hadapannya.     

Dia membuka catatan mencoba melihat apa yang dipesan oleh gadis itu, dan... Ternyata, dua menu yang dipilih sungguh membuatnya terkejut.     

'Astaga... gadis ini," batin Samuel. Kemudian kembali memperhatikan wajah Arabella yang nampak tenang.     

Akhirnya tanpa banyak bicara, Samuel mencoret dua daftar menu tersebut. Dia menulis beberapa menu di antaranya nasi putih, cah pakcoy dengan udang. Steak daging sapi, telur mata sapi setengah matang. Masing-masing dua porsi.     

Setelah Samuel memberikan daftar menu dan pesanan kepada pelayan, Arabella berusaha mengajak ngobrol Samuel supaya suasana tidak terlalu canggung.     

"Apakah tante emi itu adalah mama kamu?" tanya Arabella. Entah kenapa dia jadi berpikir bahwa tante Elizabeth ingin sekali besarnya dengan sahabatnya itu. Makanya dia memperkenalkan dirinya pada Samuel yang kemungkinan besar adalah putranya sebagai putrinya.     

"Bukan,"jawab pria itu singkat.     

"Eh, bukan ya? Aku kira dia mama kamu," ucap arabella.     

Pria itu tertunduk sambil tersenyum tipis kemudian berkata, "Mama aku sudah meninggal sejak aku masih berusia 15tahun. Dia adalah tanteku. Kakak dari mendiang ayahku."     

Mendengar jawaban itu dari Samuel seketika Arabella tercengang. Dia terharu sekaligus tak menyangka bahwa pria yang ada di depannya itu sudah tidak memiliki kedua orang tua, alias yatim piatu.     

"Maafkan, aku. Aku benar-benar tidak tahu jika... "     

"Sudah... tidak masalah. Karena kamu bertanya, kujawab," jawab Samuel.     

Arabella masih tertegun memperhatikan wajah tampan itu yang nampak dia murung dan tertunduk. Tak tahan sekaligus merasa bersalah ia meletakkan tangan kanannya pada punggung tangan pria itu.     

"Mungkin ini terasa berat bagimu tapi aku yakin kau pasti akan bisa melewati semuanya. Lagi pula kau sudah bukan anak-anak lagi, kau sudah dewasa, dan memiliki sebuah profesi yang banyak diidamkan oleh para wanita. Apalagi kau berparas tampan. Jika sudah tiba masanya aku yakin kau akan menemukan seorang wanita yang mampu menerimamu apa adanya dan memberikan keluarga kecil, yang hangat dan bahagia padamu," ucapnya. Semakin erat tanpa sadar.     

Sementara Samuel, dia menikmati genggaman hangat yang Arabella berikan pada kedua punggung tangannya di atas meja. Hingga keduanya sama-sama terpaku.     

"Permisi, Tuan, Nona, ini pesanan Anda," ucap seorang pelayan membawa pesan mereka.     

Seketika, mereka pun sadar dengan apa yang mereka lakukan. Dengan cepat Arabella langsung mengangkat tangannya dari tangan Samuel.     

'Arabella! Kau ini apa-apaan, sih? Ini tidak benar, tahu!' umpat gadis itu dalam hati.     

"Terima kasih. Letakkan saja di sini," jawab Dicky dengan suara datar.     

Sementara, dari sudut restoran 2 orang wanita paruh baya tengah heboh membahas dua muda-mudi tersebut.     

"Astaga jangan coba kamu lihat arabella meletakkan tangannya pada tangan Samuel," ucap jeng Emy kegirangan.     

"Oh, astaga... demi apapun. Aku benar-benar ingin mendengar apa yang mereka bincangkan," ucap Elizabeth dengan ekspresi yang sangat gemas.     

"Entahlah yang jelas jika melihat dari ekspresinya mereka tengah berada dalam obrolan yang serius," jawab Emy, ikut baper sekaligus gemas dengan mereka.     

"Entahlah kamu lihat itu arabella nampak berbicara sementara Samuel mengangguk sambil tersenyum tipis menatap gadis di depannya," sahut Elizabeth bersamaan.     

Namun kebaperan mereka seketika ambyar saat seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka.     

"Haduh Kenapa sih mereka datang di waktu yang tidak tepat? Itu bisa termasuk dalam kategori mengganggu apa tidak sih?" keluh dua wanita paruh baya itu.     

"Sudahlah, biarkan saja. Nanti, jika pelayan tidak kunjung datang, restoran ini malah kena protes, karena pelayanan jelek, loh," timpal Emy.     

"Iya, juga, ya. Bagaimana, jika nanti mereka kelaparan, kan?" Kemudian mereka berdua pun sama-sama tertawa.     

Lalu di meja Arabella dan Samuel. Arabella nampak memperhatikan semua hidangan yang tertata rapi di atas meja. Dia tidak menemukan tempe dan es teh miliknya. Dari semua hidangan hanya ada steak daging, nasi putih, cah pakcoy, jamur crispy, aneka buah yang sudah siap makan, dan masing-masing ada dua porsi. Termasuk air mineral dan jus jeruk, juga ada dua gelas.     

"Kamu mau mencari apa? Makan saja yang ada," ucap Samuel dengan tutur kata yang sangat lembut. Meskipun dingin dan datar. Setidaknya dia mengatakannya dengan tulus.     

"Aku mencari steak tempe dan es teh milikku, kok tidak ada," jawab Arabella, lirih. Namun, Samuel masih bisa mendengarnya.     

"Aku mencret dan mengganti pesananmu dengan yang aku pesan. Kamu tidak keberatan, kan?"     

"Apa?" teriak Arabella tanpa sadar.     

Mendengar teriakan Arabella yang terasa bising di telinganya, Smuel lantas memundurkan kepalanya, sambil memejamkan matanya erat.     

"Oh, astaga! Maafkan aku. Apakah aku terlalu kencang berteriak?" ucap Arabella. Merasa sungkan dengan Samuel.     

"Kamu ingin tahu seberapa kencang kamu berteriak barusan?"     

Gadis itu menjawab dengan beberapa kali anggukan kepala sambil menatap kearah gigi yang juga menatapnya dengan tatapan datar.     

"Kamu lihat di sekitar ada berapa orang yang menoleh ke arah kita, makasih sejauh itu pula suaramu terdengar."     

Arabella langsung menoleh ke kiri dan ke kanan dan dia juga menyempatkan melihat pemandangan di belakangnya. Benar apa yang Samuel katakan. Banyak penghuni restoran yang melihat ke arahnya.     

"Maaf aku hanya terkejut," ucap Arabella sambil menunduk. Dia merasakan mengakui kesalahannya.     

Melihat ekspresi arabella yang menggemaskan, Samuel hanya tersenyum. Selama hidupnya sekalipun dia tidak pernah mengenal sosok yang ceria dan apa adanya seperti Arabella.     

Dia bukan tidak memiliki kenalan wanita. Justru ada banyak wanita cantik di sekelilingnya. Namun, begitulah. Kebanyakan dari mereka tidak mengerti apa arti ketulusan cinta yang sesungguhnya mendekati karena Samuel adalah sosok yang tampan cerdas dan berprestasi. Apalagi di usianya yang masih muda, Ya sudah resmi dan dilantik menjadi seorang dokter. Meskipun masih dokter umum.     

"Tidak masalah. Lain kali kamu hanya perlu memelankan volume suaramu saja. Mari, makan!" ajak Samuel.     

Arabella memajukan wajahnya, dan memainkan jari telunjuknya, memberi isyarat supaya Samuel mendekat padanya.     

"Hey, Dokter! Berapa harga makanan ini semua? Uang di dalam tas ku hanya cukup untuk membayar satu porsi steak tempe dan segelas teh manis."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.