Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PRIA YANG SERIUS ITU TERLIHAT LEBIH TAMPAN



PRIA YANG SERIUS ITU TERLIHAT LEBIH TAMPAN

3"Tidak masalah. Aku suka pria yang tengah serius seperti yang kamu lakukan barusan."     

"Oh, benarkah memangnya kenapa begitu?" tanya Dicky sambil tersenyum tipis.     

"Karena pria yang sedang serius itu terlihat semakin tampan." Chaliya dengan manja meletakkan kedua tangannya pada pundak Dicky. Memeluknya dari belakang.     

"Benarkah? Kalau begitu aku akan terus bersikap serius walau di rumah," jawab Dicky sambil tertawa. Sengaja dia menggoda istrinya.     

"Apa kamu bilang? Apakah kau bermaksud untuk mengabaikan aku?" tanya Chaliya dengan nada tinggi dan cemberut.     

Dia marah, justru di maka tinggi begitu malah membuat Dia terlihat lebih imut dan menggemaskan.     

"Tidak sayang maksudku bukan begitu. Jadi begini ketika kamu mulai bosan sama aku, aku akan berlagak sok serius di depan pura-pura tidak mengabaikan dan fokus dengan apa yang aku kerjakan, supaya aku di matamu adalah lelaki yang paling tampan dan tidak tergantikan," jawab Dicky.     

"Ah, kamu ini bisa saja. So sweet banget, si??h?" Ucapan duka itu mulai meleleh dengan ucapan cinta yang dikatakan oleh suaminya.     

Dicky tersenyum kemudian menarik lengan istrinya membawa ke dalam pangkuannya. Dia menatap wajah Chaliya yang menghadap pada dirinya kemudian mencubit hidung mancung wanita itu.     

"Aku mau tanya sama kamu. Apa yang membawamu datang kemari? Kamu rindu aku atau anak kita Yang merindukan ayahnya?"     

"Emmm.... Apa, ya? Tadi ketika tidak ada satupun orang di rumah hanya aku saja ada orang mengetuk pintu. Awalnya aku mengira siapa padahal aku sudah katakan sebentar aku masih jalan aku nggak bisa lari karena kondisi itu sedang berbadan dua tapi orang itu saja menggedor pintu tidak ada sabarnya sabarnya sama sekali seperti seorang kolektor yang marah-marah karena menagih hutang pada orang yang menghindari hutangnya."     

Dicky diam tanpa memperhatikan sambil mengangkat kedua alisnya menatap serius wajah Chaliya. "Lalu ternyata siapa yang datang?"     

"Axel. Aku juga terkejut Kenapa dia datang seperti itu sangat tidak sopan sekali mau aku tanya ngapain casnya tidak sopan apalagi jika langsung mengusirnya. Jadi aku pun menurut dia masuk dan aku buatkan minuman teh."     

"Emangnya dia datang untuk apa Apakah mau membuat masalah lagi?"     

"Bukan. Dia datang untuk meminta maaf. Tidak mau dia berlama-lama di rumah tanpa adanya siapa pun aku pun langsung memaafkan Diah dan meminta dia pergi dengan alasan apa kan ke kantor suamiku untuk mengantarkan berkas miliknya yang ketinggalan."     

"Oh, jadi itu yang membawamu datang ke mari? Kamu tahu aku sudah terlanjur GR mengira bahwa dia itu sudah sangat merindukan ku dan tak tahan untuk tidak bertemu. Ternyata aku cuma pelarian."     

"Apakah kamu tidak terima? Sebelumnya Axel memaksa supaya aku mau diantar oleh nya tapi aku terus menolak karena aku terus-terusan menolak dia berpikir bahwa aku tidak benar-benar tulus memaafkan dirinya. Tapi akhirnya aku bisa memberikan jawaban yang tepat. Kamu tahu itu apa?" tanya wanita itu dengan ceria.     

"Memangnya Apa yang kamu katakan?"     

"Aku mengatakan padanya aku begini bukan karena aku tidak tulis memaafkanmu atau sekedar modus karena muak melihat dirimu. Melainkan Aku ini adalah seorang wanita yang sudah bersuami menolak satu mobil dengan pria lain hanya demi menjaga perasaan begitu pun kau kan sudah memiliki istri yang jadi jagalah perasaannya Dia sangat setia dan mencintaimu. apabila hal ini diketahui olehnya Apakah kok bisa jamin dia baik-baik saja dan tidak merasa sakit apapun cemburu? Terus berbuat seperti itu tak pernah mau sadar ketulusan yang dia miliki untukmu Apakah kau menunggu dia pergi dari hidupmu baru kau sadar dan menyesal karena telah kehilangan?"     

Dikit dia mendengarkan dengan baik sambil membayangkan seperti apa ekspresi Axel. Yang jelas pasti dia juga sudah kalah telak oleh kata-kata yang diucapkan oleh Chaliya.     

"Kamu memangnya terbaik Sayang terima kasih ya?" Ucap Dicky kemudian meraih kembali tubuh wanita itu dan mengecup pipinya untuk dengan ketulusan.     

***     

Elizabeth mondar-mandir kesana kemari. sebenarnya dia ingin menunggu putranya untuk datang terlebih dahulu dan memberi pelajaran atas apa yang baru saja dilakukan pada wanita lain yang sudah bersuami. Namun karena sangat lama, akhirnya wanita itu pun memutuskan untuk pergi.     

Karena dia sudah menjadwalkan, bawa hari ini dia akan datang berkunjung ke rumah Livia dan menanyakan kabarnya dan putrinya, Arabella yang kini sudah tumbuh jadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan berprestasi.     

Kesibukan akhir-akhir ini membuat Elizabeth jadi sangat jarang sekali mendatangi rumah istri muda dari mendiang suaminya, yang telah dianggap saudara. Namun, meskipun demikian mereka tidak pernah putus komunikasi telepon atau sekedar cat masih terus berlangsung walaupun tidak setiap hari setidaknya komunikasi itu masih ada meskipun sudah hampir dua bulan lamanya mereka tidak bertemu satu sama lain.     

"Elis mau ke mana kamu dandan rapi bawa tas pakai sepatu, pula?" tanya kakek Hardi pada putrinya. Dia selalu memanggil Putri satu-satunya itu dengan sebutan nama Elis. Padahal sebenarnya Elizabeth adalah dia yang menamai. Tapi entah kenapa namanya saja ratu Inggris tapi panggilannya seperti gadis Indonesia dari desa.     

Namun meskipun demikian wanita itu sedikitpun tidak menunjukkan rasa keberatan. Dia merasa oke dan baik-baik saja dengan nama itu.     

"Aku mau pergi dulu papa ke rumah temanku sebentar aja," jawab Elizabeth sebisa mungkin dia menyembunyikan ke mana dia pergi atau papanya akan marah. Sebab ketika dia mengingat Livia atau mendengar namanya dia merasa sakit hati. Karena, dia berpikir wanita itu adalah yang merusak rumah tangga antara dia dan Leonel. Padahal faktanya Elizabeth lah yang datang sebagai orang ketiga merebut Leonel dan memaksa pria itu menikahi dirinya menggunakan ancaman perusahaan milik keluarganya akan dibikin bangkrut.     

Arti Wijaya sejak dulu memang terlalu memanjakan Elizabeth, sehingga dia pun tumbuh menjadi gadis yang brutal dan selalu berpikir untuk mendapatkan apa yang jadi ambisinya. Artinya apa yang aku lihat itulah yang aku dapat, yang kudapat itu adalah milikku tak boleh dimiliki orang lain sekalipun Yang kulihat kini tengah bersama yang lain, merebutnya dia tidak keberatan.     

"Ke rumah teman siapa memangnya kamu ada teman? Yang mana orangnya namanya siapa rumahnya di mana?" tanya kakek Hardi. Sangat detil seperti orang yang hendak melakukan sesnsus saja.     

"Hantu papa kenapa sih kamu bertanya sampai akar? Itu adalah teman masa SMA ku dulu papa juga tidak tahu karena kami dulu sangat tidak akrab. Akhir-akhir ini kami menjadi dekat. Udah papa nggak usah mau tahu lagi ya urusan Elis Elis udah dewasa juga udah punya cucu jadi bisa jaga diri, oke? Papa masuk kamar saja sana, istirahat!" ucap Elizabeth sambil mendorong papanya masuk ke dalam kamarnya.     

"Hei atau mau kamu kamu anak durhaka beraninya memaksa kehendak orang tua!" teriak kakek Hardi tidak terima.     

"Selama kata tidak begitu kepo dan terlalu ikut urusan Elis, Elis tidak akan seperti ini."     

"Kenapa kamu tiba-tiba mau pergi bukankah kamu menunggu kedatangan Axel untuk menginterogasi dan memberinya pelajaran?" tanya sang papa.     

"Aku hanya sebentar saja ke rumah teman. Sedangkan Axel sudah sejak tadi dia juga tidak datang-datang. Mungkin dia masih berhenti di suatu tempat untuk mengistirahatkan otak nya. Kapan tibanya anak itu aku juga tidak tahu jadi alangkah lebih baiknya apabila Aku melakukan sesuatu yang sudah pasti saja," jawab Elizabeth dengan tegas.     

"Oke baiklah baik jika memang itu kamu papa tidak akan melarang lagi tapi, kamu jangan mengurung papa di dalam kamar papa juga ingin keluar ingin bermain dengan cicit papa!" protes kakek Hardi Wijaya.     

"Baik tapi awas kalau sampai papa nanti mengikutiku atau dia menguntit Elis lagi. Elis akan mengunci papa di toilet," ancam wanita itu.     

"Baiklah karena kamu marah dan benar-benar mengancam papa, buka papa tidak akan berani lagi," ucap kakek Hardi.     

Elizabeth mendesah kesal sambil memutar kedua bola matanya kemudian meraih kontak mobil, kemudian pergi.     

"Elizabeth? Apa kabar kamu?" sambut Livia dengan senang saat mendapati saudarinya datang.     

"Kabar baik bagaimana denganmu Apakah kau baik-baik saja?" tanya wanita itu. Kemudian dia masuk berpelukan dan saling cium pipi kiri dan kanan.     

"Ya seperti yang kau lihat Aku baik-baik saja dan juga sehat. Kamu kenapa terlihat sedikit pucat ya? Apakah kamu sakit?" tanya Livia khawatir.     

"Aku tidak tahu. Namun aku akhir-akhir ini memang merasa sedikit pusing dan gampang lelah. Apa mungkin darah rendah kambuh ya soalnya sering begadang sih karena memang ada banyak kesibukan makanya aku jadi jarang baru ke sini," jawab Elizabeth.     

"Barangkali Iya kamu memang darah rendah Apakah kau sudah periksa?"     

"Belum. Oh, iya di mana arabella Kenapa suasana rumah terlihat begitu sepi?" tanya Elizabeth, langsung mengalihkan topik pembicaraan.     

"Ada dia berada di kamar baru saja pulang dari kerja magang. Mungkin saja dia lelah," jawab Livia.     

"Oh bisa jadi mungkin dia sedang tertidur. Biarkan saja kalau gitu kasihan jika diganggu," jawab Elizabeth setengah bergumam namun dia mengatakannya dengan cukup lantang. Memasang aja sih agar Livia bisa mendengarnya.     

"Dia tiba di rumah sudah sejak tadi sekitar 1 jam. Itupun juga sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Apabila dia tidur atau ketiduran pasti juga sudah bangun. Sebab kalau tidur siang dia memang tidak pernah lama. Maximal setengah jam saja sudah cukup," jawab Livia.     

"Sudahlah biarkan namanya juga anak gadis kalaupun dia mengurung diri di kamar pasti ada hal yang masih dia kerjakan. Kalau sudah selesai pasti dia juga akan keluar entah itu mau ke kamar mandi atau cari makan. Bukankah didalam kamarnya tidak ada toilet?" jawab Elizabeth sambil tertawa.     

"Iya memang benar di dalam kamarnya tidak ada toilet tapi apabila dia sudah berada di dalam kamar walaupun sampai lima hari sepertinya juga betah. Entah apa yang dia lakukan didalam sana bertanya atau bertelur," jawab divya kesal. Akhirnya, keduanya pun sama-sama tertawa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.