Cinta seorang gadis psycopath(21+)

NASI GORENG



NASI GORENG

1"Cepat sekali sih? Rasanya baru saja bangun dan belum puas bermalas-malasan di atas kasur, kok sudah jam delapan saja, ya?" gumam Chaliya sambil memakasakan diri untuk bangun.     

Sambil menguap berjalan tertatih wanita itu memaksakan diri pergi ke kamar mandi. Hal pertama yang dilakukan ialah mencuci muka, lalu menggosok gigi. Tapi, aneh, laki-laki dia mual ketika merasakan rasa manis dan min dari pasta gigi yang ia gunakan.     

Kebetulan hari ini adalah hari libur. Dicky tidak pergi ke kantor. Ya, libur sendiri, sih lebih tempatnya. Karena dia tidak tega jika meninggalkan istrinya di rumah sendirian dalam keadaan yang kurang fit. Terlebih semalam mereka juga sudah berencana akan ke Jakarta lagi untuk menemui Elizabeth terkait rencana yang sudah mereka susun dengan rapi.     

Dicky tersenyum ketika mendapati tempat tidurnya sudah kosong. Artinya Alia sudah bangun kan mungkin sekarang berada di dalam kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi.     

Baru saja dia melangkah beberapa kali dan tersenyum saat melihat pintu toilet di dalam kamarnya, dari dalam sana ia mendengar suara wanita mual dan muntah-muntah. Siapa lagi kalau bukan istrinya karena, tadi ketika dia selesai olahraga melihat Chris dan Dwi berada di lantai bawah. Mereka berdua telah mengobrol sambil bermain gadget. Sementara televisi di depannya menyala.     

"Sayang, kamu kenapa?" teriak Dicky dari luar pintu dengan panik. Dia berfikir untuk membuka pintu kamar mandi dalam tersebut, supaya dia bisa melihat sendiri seperti apa keadaan istrinya sekarang. Namun rupanya istrinya telah mengunci pintu tersebut dari dalam. Meskipun tidak ada orang lain yang berani masuk ke dalam kamar tanpa seizin mereka, apalagi sampai masuk ke dalam toilet nya. Mungkin Chaliya melakukan ini sebagai antisipasi saja.     

Mendengar suara selamanya di luar yang ternyata sudah kembali dari berolahraga, Chaliya buru-buru mengambil air untuk kumur, membersikan mulut dari busa setelah menggosok gigi.     

"Sebentar, Sayang!" seru wanita itu dari dalam.     

"Kamu kenapa? Apakah baik-baik saja? Masih mual, ya?" tanya Dicky lagi. Kelihatan sekali kalau dia tidak bisa tenang.     

"Kamu tidak perlu simpati itu Sayang Aku tidak apa-apa kok," ucapkan iya sambil membuka pintu kamar mandi tersebut dan keluar menemui suaminya yang baru saja kembali dari olahraga.     

"Kamu kenapa sih mual-mual terus kamu sakit?" tanya Dicky sambil meletakkan punggung tangannya di kening Chaliya. "Padahal, kamu tidak demam."     

"Kan sudah aku katakan kalau aku baik-baik saja. Mungkin tanpa aku sadari asam lambungku kambuh. Makanya, dari kemarin mual terus. Padahal sebelumnya kamu juga tahu aku makan apa saja juga enak."     

"Ya sudah jaga pola makan kamu ya jangan makan makanan yang tidak sehat. Kalau mau gosok gigi pasta giginya nggak usah terlalu banyak, karena mental termasuk pantangan bagi penderita asam lambung akut sepertimu," ucap Dicky mengingatkan.     

"Iya terima kasih pada norma hukum mengambil pasta giginya kebanyakan. Soalnya aku tidak merasa sakit sebelumnya. Yang ada cuma rasa malas dan tidak ingin bangun dari tempat tidur," jawab Chaliya. Sebenarnya dia telah mengatakan apa yang dia rasakan. Hanya saja selamat berpikir bahwa istrinya telah bercanda dan berusaha menghibur dirinya yang telah panik.     

"Kamu ini bisa saja. Belajar sama siapa sih jadi pintar banget mencari alasan?" tanya Dicky sambil mencubit hidung Chaliya.     

"Aku ini jujur. Ya sudah, kalau kamu mau mandi mandi saja aku akan menunggumu di dapur sekalian mencari sesuatu untuk sarapan. Kamu udah sarapan apa belum?" tanya Chaliya.     

"Belum. Aku nunggu kamu sarapannya," jawab pria itu sebelum masuk ke dalam kamar mandi.     

Setelah dia sudah rapi dan siap, Dikcy turun ke bawah. Melihat istrinya. Ternyata di bawah Chaliya sudah siap dengan hidangan sarapan yang dia siapkan sendiri.     

"Aromanya harum sekali sayang kamu masak apa?" puji Dicky.     

"Aku lagi pengen makan nasi goreng katanya kamu kangen sama nasi goreng buatan aku? Ini, aku membikinnya untuk sarapan kita berdua," ucap Chaliya.     

"Makasih, Sayang." Dicky langsung memeluk Chaliya dan mendaratkan sebuah kecupan pada kening wanita itu.     

"Sssst! Kamu jangan asal peluk dan cium sini dong. Bagaimana nanti jika mereka berdua lihat pasti salah satu dari mereka akan baper aku melihat kamu seperti ini padaku," bisik Chaliya lirih, sambil mengarahkan pandangan pada Christie dan Dwi yang tengah nonton di ruang keluarga.     

"Mereka yang kamu maksud?" Dikcy memandang dua gadis di depannya, sedikit jauh sambil menunjuk.     

Chaliya mengangguk beberapa kali.     

"Biarkan saja mereka bakar lagi pula kita kan pasangan suami istri kalau mereka kepengen Ya udah suruh nikah aja kan beres. Dengan begitu mereka tidak akan tinggal di sini lagi karena fokus dengan suaminya," jawab Dicky sekenanya tapi apa yang dia katakan juga benar. Lagipula semenjak kali yang menemui profesor Simon dan mengutarakan Apa yang di maksud dan tujuannya, Apa pemilu terakhir yang dia tempati tidak lagi datang untuk mengganggu dan menyakiti dirinya.     

Bukan bermaksud habis manis sepah dibuang. Hanya saja di dalam rumahnya yang bisa dikatakan sempit, terkadang mereka juga merasa bahwa privasi mereka terganggu dengan adanya mereka berdua dan 1 bibi pengurus rumah. Tapi, itu bukan masalah besar, apabila seandainya mereka bertiga masih merasa betah dan kekerasan bekerja dengan dirinya.     

"Dwi anaknya kalem walaupun dia ahli beladiri. Tapi aku melihat Christie dia cenderung tomboy. Sekalipun ada beberapa pria yang menyukai tipe cewek seperti Christie. Tapi menurutku, pria itu tidak ingin memiliki pendamping hidup atau pasangan yang terlalu tangguh dan kuat sehingga dia tidak membutuhkan dirinya sebagai seorang pria.     

Nalurinya pria akan selalu melindungi wanita yang dianggap lemah, lalu Bagaimana jika justru dia yang merasa lemah karena melihat wanitanya terlalu kuat?" Chaliya tertawa.     

"Sudahlah ayo kita makan kamu tidak perlu memikirkan nasib Christie. Semua sudah ada di tangan Tuhan. Selama dia ditakdirkan hidup di dunia dengan berpasangan, kelak suatu saat cepat ataupun lambat Ia juga akan bertemu dengan jodohnya dan menikah itu bersama. Kecuali jika memang jodoh nya sudah mati sejak bayi, mungkin selamanya dia akan menjomblo. Yang dijadikan alasan karena dia terlalu tomboy, dan mencolok sekali kalau dirinya ahli dalam bidang bela diri.     

Takutnya nanti saat dia terjadi kesalahpahaman yang mengakibatkan rasa cemburu itu datang suaminya kan di SmackDown olehnya."     

Chaliya dan Dicky sama-sama tertawa. Kemudian sama-sama diam dan saling menutup mulut masing-masing ketika melihat dua gadis yang sedang mereka bicarakan tiba-tiba saja menoleh dan melihat kearah mereka berdua yang terdengar berisik untuk orang yang hendak sarapan.     

"Sudah jangan bahas ini lagi. Lebih baik kita segera sarapan saja sebelum nasi goreng yang kamu bikin menjadi dingin," ucap Dicky.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.