Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MIE INSTAN



MIE INSTAN

0"Kamu perhatian sekali, sayang? terima kasih, ya?" ucap Dicky. Sebenarnya pria itu ingin mengecup kening istrinya. Hanya saja urung karena mereka terhalang dengan meja dan dua mangkuk panas di hadapan mereka. Dia bisa saja negatif hanya saja jika sampai terjadi kecelakaan membuat mie itu tumpah atau tubuhnya menyentuh mie, tersebut... Rasanya sangat tidak lucu dan bingung mau taro mana muka itu kedepannya. Sedangkan mereka adalah pasangan suami istri setiap hari bertemu, ditelepon juga bersama dalam satu kamar dan di atas ranjang yang sama.     

"Tentu saja kalau bukan aku, yang memperhatikan kamu, lalu siapa? Bibi, kah?"     

"Aromanya sudan sangat sedap. Apakah belum belum masak?"     

"Harusnya sudah. Tapi, bukankah kau sangat menyukai mie instan yang terlalu matang dan lembek?"     

"Aku tidak akan menunggu lama lagi. Karena sudah sangat lapar," ucap Chaliya sambil menyentuh perutnya.     

"Oke, baiklah, aku akan menyiapkannya untukmu." Dicky pun bergegas menyajikan mengambil mangkuk dan menuangkan mie instan yang sudah matang itu dari atas panci yang masih mendidih lalu memberikannya kepada Chaliya.     

"Terima kasih suamiku kamu so sweet banget sih?" Ucap Chaliya. "Lalu, punya kamu mana?" Seketika wanita itupun mengedarkan pandangannya ke kompor.     

"Aku langsung memasak yang bersamaan. Kamu inginkan mie kuah dan aku mie goreng, jadi, setalah punyaku, matang, Aku mau ngambil setengahnya dan mencampurkan dengan bumbu yang sudah kusiapkan lalu sisanya ini adalah milikmu," ucap Dicky. Jam-jam yang tidak menyukai jika makan mie instan terlalu lembek. Setiap kali memasak mie instan dia selalu memasaknya setengah matang.     

"Wah ternyata kamu cantik juga, ya? Dengan ini kita bisa makan bersama tanpa banyak banyak cucian prabot dapur yang kotor," ucap Chaliya dengan kagum.     

Dicky tersenyum kemudian dia berkata, "ya Sudah cepatlah dimakan katanya kamu sudah lapar. Makan sambil berbicara kita tidak baik."     

"Iya, aku mengerti," jawab Chaliya. Kemudian serius makan.     

Namun baru beberapa kali suapan tidak lebih dari 5 sendok, wanita itu berhenti makan sejenak. Makanan yang diam-diam menjadi favoritnya, yang selalu disebut sebagai penulis surga setiap 1 bulan sekali, Kenapa mendadak saat menikmati hatinya dialah merasa mual. Sangat tidak enak dan bahkan dia tidak menyukainya.     

Menyadari ada yang aneh dengan istrinya, yang biasanya selalu makan dengan lahap jika menunya adalah mie instan rasa soto dengan telur setengah matang Dicky mencoba memperhatikan, kemudian, dia bertanya, "Kenapa sayang Apakah minyak tidak enak? Aku membuat mie yang sama dan memasangkan bunggu sesuai takaran. Apakah ada yang salah?"     

"Harusnya tidak.. tapi nggak tahu, ya kenapa? Aku tiba-tiba merasa mual," jawab saya sambil berusaha keras mencoba menahan supaya dia tidak muntah atau mengeluarkan suara orang yang telah mual di depan meja makan.     

Merasa panik dan khawatir dengan istrinya pria itu pun langsung bangkit dari tempat duduknya. Berdiri mengambil tempat tepat di belakang Chaliya. "Kamu kenapa apakah masuk angin?" tanya nya sambil memikat punggung, pundak dan tengkuknya.     

"Aku tidak tahu. Harusnya tidak terjadi masalah karena tadi aku mandi juga pakai air hangat, dan langsung mengeringkan rambutku. Tapi... Kenapa aroma ini terasa sangat... Hoek!" Chaliya tidak bisa menahan rasa ingin muntah nya Dia segera berlari menuju wastafel, lalu mengeluarkan semua isi perutnya.     

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Dicky panik sambil terus memijat tengkuk sang istri.     

Sementara Celia terus muntah-muntah, dan tidak bisa menjawab pertanyaan suaminya.     

"Kamu tunggu di sini sebentar." Dicky segera beranjak mengambil panci dan mengisinya dengan air keran lalu merebusnya hingga mendidih. Tak lupa dia juga memasukkan 1 ruas jahe geprek di dalamnya. Kemudian ia memberi gula batu. Setelah larutan gula dan air jahe hangat tercampur sempurna, pria itu membawa kepada sang istri dan memberikannya. "Minumlah Ini selagi hangat, semoga mual-mual segera membaik," ucap Dicky, meminumkan perlahan sambil terus memeganginya.     

"Sudah, sudah cukup!" Ucap Chaliya, mendorong bahan gelas berisi jahe hangat tersebut dari depannya menjauh dari dirinya.     

"Ya sudah nanti kamu minum lagi. Sekarang ayo duduk dulu. Kamu pasti lelah karena aktivitas seharian. Kamu tunggu di meja makan dulu aku akan mengambilkan minyak angin untukmu," ucap Dicky.     

Baru saja Chaliya yang duduk di meja yang sama dengan tempat yang sebelumnya, satu langkah pun dia juga masih belum beranjak untuk mengambil minyak angin. Namun tiba-tiba kembali salia mual dan berlari ke wastafel.     

"Sayang, apakah sangat sakit? Bagaimana kalau kita ke kamar saja aku akan menggosok minyak angin untukmu, supaya kondisimu segera membaik," ucap Dicky khawatir.     

"Kamu tidak perlu panik aku baik-baik saja. Mungkin aku hanya masuk angin biasa saja kok, dan ini ringan tidak berat, seperti yang kau pikirkan," jawab Chaliya, dia merasa tidak enak karena terlalu merepotkan suaminya hari ini. Biasanya juga tidak pernah seperti begini sebelumnya.     

"Lalu, bagaimana?" tanya Dicky, seperti tidak tega saja meninggalkan Chaliya dalam keadaan seperti itu.     

"Mungkin aku tidak bisa makan mie instan. Perpus ada yang tidak menerimanya Karena akhir-akhir ini aku terlalu banyak makan makanan yang kurang sehat. Kamu lanjutin aja dulu makannya, kamu pasti juga lapar kan sayang banget nanti jika udah dingin mie gorengnya tidak enak lagi dimakan," ucap Chaliya sambil tersenyum menunjukkan bahwa dirinya tidak apa-apa. Sekalipun sebelumnya dia sempat mual dan muntah muntah itu tidaklah serius.     

"Lalu bagaimana dengan kondisi mu? Mungkin kamu masuk angin dan perlu digosok dengan minyak kayu putih, atau in heler," ucap Dicky masih tidak bisa tenang dengan apa yang istrinya katakan.     

"Aku akan mengambilnya sendiri untukmu. Kamu makan saja setelah selesai, kau bisa bantu aku menggosok minyak itu ke punggungku."     

"Baiklah kalau mau kamu begitu," jawab Dikcy akhirnya mengalah, dan menuruti apa yang jadi permintaan istrinya.     

"Sudah kau makan saja sana nikmati saja makanan kamu ok. Dengan memasang muka bersalah seperti itu aku jadi tidak enak sendiri melihatmu. Aku ke atas hanya mengambil minyak angin lalu akan segera kembali di sini menemani kamu makan," ucap Chaliya.     

"Oh, oke," ucap Dicky kemudian ia beranjak ke meja makan, dan mulai menikmati hidangan di depannya, walaupun, sebenarnya dia sedikit pun merasa sangat tidak menikmati karena pikirannya yang tidak fokus dan kemana-mana.     

'aku harus makan dengan cepat sebelum istriku kembali aku harus sudah selesai dan merapikan semuanya. Supaya aku bisa segera memberikan dia pertolongan. Setidaknya, tiba di sini, dia tidak usah menungguku. Jika dia datang terlalu cepat mungkin aku bisa menunda mencuci semuanya, menungtu nanti saja, setelah mengoles dan menggosok seluruh tubuhnya dengan minyak agar kondisinya segera membaik,' batin Dikcy penuh tekat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.