Cinta seorang gadis psycopath(21+)

TERSADAR



TERSADAR

0"Biacara apa kau ini?" Meskipun saat ini dia tertawa tapi sebenarnya mawar sangat khawatir dengan kondisi mental sahabatnya. Mungkin mereka adalah seorang sahabat yang jarang bertemu untuk menghabiskan waktu bersama. Tapi saat saya terjatuh Mawar adalah orang yang pertama ada dan bersedia menghiburnya, mengalihkan rasa sakit yang menyayat hatinya.     

"Apakah kau bisa mendengar suara hati orang?"     

"Cha, plis! Kamu jangan berulah, deh! Kamu jangan bikin aku takut."     

"Kenapa aku membuat kamu takut? Kamu barusan berkata seperti itu seperti kamu mendengar apa yang aku gumamkan saja," jawab kalian dengan muka bingung yang cenderung lebih memberi kesan ling lung.     

"Ya kan emang bergumam tapi cukup kenceng aku bisa mendengarnya dengan jelas makanya aku menasehatimu."     

"Loh berarti aku barusan tidak ngomong dalam hati, ya? Hatiku, tidak bocor, kan?" ucap Chaliya.     

"Logikanya kalau kamu ngomong dalam hati mana mungkin aku bisa dengar tanda tanya dan apabila aku tidak mendengarkan.. tidak mungkin juga kan aku menasehatimu seperti ini?" jawab Mawar. "aku, sama sekali tidak takut hati kamu bocor. Justru yang aku khawatirkan kondisi mental dan kejiwaan mu bagaimana jika kau gila hanya karena ini? Ayolah please sekalipun kalian sudah menikah sekalipun Dia adalah orang kaya tapi dia bukan satu-satunya orang kaya di dunia ini bukan? Aku yakin ada banyak konglomerat yang menginginkan kamu sekalipun kau sudah menjadi janda beranak satu. So, cuekin saja dia.     

"Haaah! Baiklah! Aku lelah aku mau istirahat dulu," ucap Chaliya, tanpa menanyakan, ke mana Mawar membawanya pergi. Perasaan sudah sejak tadi naik di atas mobil tapi tidak kunjung tiba di tujuan. Ini tidak sedang mengemudi menuju ke luar daerah kan? atau keliling kota Bandung, kan?     

"Ya sudah, istirahat saja, kamu!"     

Chaliya meremas perutnya yang terasa sedikit sakit. Beberapa kali dia lakukan, mengambil napas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan lewat mulut untuk menetralisir rasa sakit yang dia rasakan. Ia juga memejamkan kedua mata dengan maksud agar rasa sakitnya sedikit berkurang.     

***     

Sementara, di dalam rumah Chaliya, tempatnya di ruang tengah... Dicky dan Dwi justru sibuk beradu nikmat. Desahan dan erangan mereka memenuhi ruangan yang menjadi saksi pergumulan mereka, dengan tubuh mengkilap penuh peluh kenikmatan dari hasil peergulatan mesra itu.     

Duit terus mendesah menikmati serangan dari Dicky yang sangat kencang mengoyak dalam rahinya. Hingga dia mabuk dan larut di dalamnya, tak menyadari segalanya.     

Bahkan, ia pun sampai lupa kalau parfum pemikat yang ia gunakan untuk mendapatkan tubuh majikannya Hanya bekerja di saat target mencium aroma tersebut.     

Tapi sayang kini aroma parfum tersebut hilang luluh bersama penuh yang mengucur deras di tubuh mereka berdua. Saat itu pula Dicky kita mendapatkan kembali kesadarannya secara penuh.     

"Chaliya?" Gumamnya ketika dia menyadari betapa pencetnya apa yang telah dia lakukan dengan Dwi.     

Seketika ia menghempaskan tubuh Dwi dan dengan segera pria itu memunguti pakaiannya yang berjajar di atas lantai dan menggunakannya dengan terburu-buru.     

"Tuan! Apa yang kamu lakukan?" tanya Dwi dengan muka memerah dan terheran... Bagaimana tidak? Di saat ia sudah ada di puncak, dan nyaris mendapatkan puncak kenikmatan itu, tiba-tiba saja pria yang tengah menyetubuhinya menghempaskan tubuhnya dengan kasar di atas lantai.     

"Kamu bilang apa tanda tanya harusnya aku yang bertanya padamu Apa yang telah kau lakukan padaku sehingga aku bisa melakukan hal sederhana ini terhadapmu!" bentak Dicky dengan lantang!     

"Tuhan kau sudah menghempaskan tubuhku diatas lantai dengan kasar, dan kau membentak ku? Padahal, sebelumnya, kau sudah menikmati tubuhku," ucap Dwi dengan muka seperti yang tengah ditindas.     

"Kau jangan membalikan fakta! Ingatlah jadi dirimu siapa dirimu sebenarnya dan bagaimana bisa sampai mencapai level ini. Itu semua karena aku, Dwi. Tapi, kau justru malah menghancurkan rumah tanggaku!"     

Tapi, Tuan... "     

Diki yang sudah sangat membabibuta atas apa yang dilakukan oleh wanita ular ini, lantas meraih cangkir bekas kopinya yang masih tersisa mungkin sekitar seperempat, kemudian membawanya pergi keluar entah kemana.     

"Tuan! Kau harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kau lakukan padaku. Aku tidak akan terima jika kau meninggalkan aku begitu saja kau harus menikahi aku!"     

Alih-alih menghentikan langkahnya dan memberikan penjelasan, tapi Dicky yang sudah muak dia tidak lagi peduli dan terus pergi dengan cangkir kopi dalam genggamannya.     

Dwi terdiam, ia menyunggingkan sebuah senyuman. Kali ini dia memang telah membuat Diki marah tapi tidak untuk selanjutnya. Dia sangat yakin bahwa kelak cepat atau lambat akan menjadi miliknya untuk selama-lamanya. Gumamnya dalam hati sambil menyeringai.     

Dicky memegang kas dengan kecepatan tinggi. sambil mengemudikan mobil, dia meraih ponselnya yang ia letakkan diatas nakas lalu menghubungi Chris.     

"Halo, Tuan. Apakah ada masalah?" gambar gadis itu dari sedang telepon sana. suasana di belakang gadis itu terdengar sangat ramai dan bising. mungkin dia tengah benar-benar menikmati liburannya kali ini. sebab, jika tidak, pasti suasanya akan sepi seperti kuburan karena jika dia tidak berlibur dia hanya akan menghabiskan waktunya setiap hari di dalam tempat tidur saja.     

"seperti dugaanmu. aku memang mengalami sebuah masalah tapi jangan sampai hal ini keluar dan bocor." ucap Dicky dia benar-benar mewanti-wanti seseorang yang hendak ia beri tahu Apa rahasia besar yang baru saja terjadi dalam dirinya dan istrinya.     

"untuk kali ini anda bisa mengandalkan saya. Saya berjanji akan membantu Anda hingga masalah anda kelar," jawab Chris lagi.     

"jadi begini masalahnya apa aku ceritakan pada kamu lain kali saja saat kita bisa bertatap muka. untuk saat ini tugas pertama yang harus kamu lakukan adalah mencari parfum atau benda kecil yang menurutmu mencurigakan." ucap Dicky panjang lebar.     

sementara, Chris yang sudah merasa sangat berjasa atas apa yang pernah dilakukan untuk menolongnya dengan sama lalu? biaya rela melakukan apa saja selama itu tidak menjual jilbab yang ia kenakan seperti yang sebelumnya belum pernah dia katakan pada wanita manapun.     

"aku sepertinya baru saja dijebak oleh Dwi kamu jangan keburu menanyakan sesuatu padanya jika nanti kau pulang tetap bersikap normal seperti kau tidak mengetahui segalanya meskipun aku sudah mengatakan sesuatu padamu walau tidak semua._     

"baik, tuan. secara diam-diam nanti aku akan mencoba menemukan parfum itu, dan memberikan pada Tante Elvi.     

"tapi, ingat tetap bersikap wajar di depannya nanti setelah kau mendapatkan sampel parfum tersebut langsung berikan padaku," ucap Dicky, mengingatkan pasti supaya lebih berhati-hati.     

"baik Tuan Saya akan berhati-hati dan segera menyerahkan benda itu jika sudah saya temukan."     

"baiklah, bagus." Kiki pun langsung mematikan panggilan kembali diam menambah kecepatan kendaraannya lagi dia sudah berada di jalan tol dan hal itu tidak macet.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.