Cinta seorang gadis psycopath(21+)

SANG PENGGODA



SANG PENGGODA

1"Nyonya di mana Tuan?" tanya gadis itu. Sengaja dia menjadikan Chaliya sebagai topik obrolan. Meskipun sebenarnya dia eneg jika membahas tentang wanita itu. Namun, tetap dia lakukan supaya apa yang jadi niat dan rencananya tidak terlalu mencolok.     

"Dia, ya? Dia tadi pergi ke sanggar untuk melakukan yoga bersama temannya yang sama-sama sedang hamil. Kamu, kenapa di rumah sendiri? Kenapa tidak ikut Chris yang sedang touring?" tanya Dicky.     

"Kebetulan saya tidak terlalu suka untuk jalan-jalan. Lebih baik di rumah saja menghemat tenaga," jawab Dwi.     

"Begitu juga bagus. Kamu bisa sambil belajar otodidak lewat internet. Jadi dengan begitu dia model rumah tetap memiliki manfaat."     

"Iya, saya tahu itu. Tapi, saya lebih suka membaca tentang pribadi seorang pria, Tuan," jawab Dwi, sambil menatap kearah Dicky dengan tatapan nakal.     

"Apa? Membaca tentang kepribadian seorang pria? Kenapa? Apakah menyenangkan bagimu?" tanya Dicky. Entah kenapa tiba-tiba saja dia merasa sangat nyaman dan senang sekali ngobrol dengan Dwi.     

"Tentu saja. Mumpung saya masih jomblo. Dengan begitu, nanti jika saya sudah memiliki pasangan, saya bisa mengerti apa yang dia inginkan, sebelum dia mengatakan. Intinya saya ingin menjadi pasangan yang terbaik untuknya nanti."     

"Oh, begitu, ya? Itu bagus sekali. Jangan kamu tirukan Christie. Dia bilang tidak tahan menjadi jomblo, ingin segera memiliki pasangan titik namun lihat saja sikapnya seperti apa? Lelaki menyukai wanita yang sedikit manja, bukan wanita yang kuat dan menunjukkan bahwa dia mandiri. Sebab, dengan begitu pria akan berpikir bahwa wanita itu tidak lagi membutuhkan laki-laki selain untuk kebutuhan seksnya saja. Sama halnya dengan wanita, pria yang tahu di mana letak harga dirinya, juga tidak ingin apapila dirinya hanya menjadi alat pemuas saja. Naluri seorang lelaki itu mencintai menyayangi dan melindungi serta mengabulkan apapun yang diinginkan wanitanya selagi dia mampu. Jika wanita itu sudah bisa melindungi dirinya sendiri dan mendapatkan apa yang diinginkan.... "     

"Saya mengerti, Tuan!" ucap Dwi. Dia terus mendekatkan tubuhnya pada Dicky. Bahkan dengan berani dia meletakkan telapak tangannya di atas paha pria itu.     

Gigi yang semula baik-baik saja, tiba-tiba tubuhnya merasa panas ada yang tidak beres dengan dirinya. Terlebih ketika gadis di sebelahnya meletakkan telapak tangannya di atas pahanya, pikirannya kian kacau dan tak keruan.     

'Aduh, aku kenapa ini? Mana Chaliya tidak ada di rumah, pula. Tidak mungkin kan? Aku menelpon kita dan memintanya untuk kembali saat ini juga?' batinnya.     

Perlahan Diki menggeser posisi duduknya sedikit menjauh dari Dwi yang sudah sangat menempel. Sebenarnya, dia bisa saja langsung menghempaskan tubuh gadis yang berusaha knight kepadanya dan pergi meninggalkan dia ke kamar. Namun, entah kenapa tiba-tiba dia sangat ingin menjaga perasaan gadis itu. Dia menghindari secara perlahan supaya gadis itu tidak tersinggung akan berpikir macam-macam tentang dirinya.     

"Kenapa, Tuan? Apakah tidak boleh saya begini?" tanya Dwi berlagak polos. Harusnya, sebagai manusia berakal dan sudah dewasa harusnya tahu batasan apalagi Dicky sudah memiliki seorang istri.     

"Tidak... tidak enak saja jika dilihat orang," jawab Dicky. Dia masih sadar akan statusnya. Tapi, kata-katanya, ketara sekali, bahwa dia begitu menjaga perasaan Dwi.     

"Ini, kan di dalam rumah... tidak ada siapapun selain kita berdua emangnya kenapa?" Dwi malah dengan berani mendekatkan tubuhnya ke arah Dicky. Sehingga payudaranya yang kenyal mengenai lengan pria itu, dan ketika Dicky hendak mendorong tubuh Dwi lagi, sialnya, dia justru melihat belahan dada yang besar dan menantang itu, seolah siap lompat dari sangkarnya.     

"Glek!" Dicky pun menelan ludah. Dalam hati dia membatin, 'Sial! Kenapa di saat aku hendak menghindar malah disuguhkan oleh pemandangan seperti ini? Aku juga baru tahu kalau Dwi ternyata juga memiliki dada yang besar kukira hanya milik istriku saja yang gede,' batinnya.     

Sebagai pria normal, jelas Dicky merasa panik dan panas dingin melihat ini. Apalagi, adik kecilnya yang semula anteng dan baik-baik saja di dalam sangkarnya, kini memberontak meminta dibebaskan. Celana dalam yang semula pas kini terasa sangat sempit.     

"Wah! Tuan kenapa, ini?" tanya Dwi. Tertawa cekikikan sambil pandangannya mengarah pada tonjolan yang ada di selangkangan Dicky.     

"Kau dengan sengaja menggodaku. Apakah kau tidak takut?" tanya Dicky yang sudah berada dalam pengaruh parfum pemikat dan kopi yang memang ada obat perangsang nya. Semkain gila dan tak peduli akan statusnya dan wanita yang dia cintai.     

****     

Loh! Eh, astaga.... Mawar!" teriak Chaliya tiba-tiba ketika mobil sudah tiga kilo meteran dari rumah Chaliya.     

"Kenapa? Kamu teriak selalu aja setengah-setengah tidak pernah berubah! Ngomong yang jelas jangan bikin aku emosi aku lagi mengemudi!" umpat Mawar yang sudah sangat hafal sekali dengan karakter Chaliya.     

"Aku lupa tidak membawa minuman ku. Lalu... Ponsel aku juga ketinggalan, hehehe," ucap Chaliya, sambil nyengir, dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

"Chaliya!" teriak Mawar dengan kesal.     

"Kau tidak perlu berteriak. Pendengaranku masih berfungsi dengan baik," jawab gadis itu sambil memasukkan kedua ujung telunjuknya ke kedua telinganya.     

"Oh, maaf... Iya, aku lupa. Kau tidak tuli. Tapi, pikun!" ucap Mawar.     

"Kau jangan berkata kasar seperti itu. Kita berdua sama-sama hamil jangan sampai kedua anak kita mendengar kata-kata yang tidak selayaknya di dengar oleh anak kecil, oke?" jawab Chaliya. Dengan sengaja dia memasang muka imut tanpa bersalah sambil mengelus perutnya lalu kemudian bergantian mengelus perut Mawar.     

"Kenapa sih kamu dari dulu selalu aja teledor nggak usah terburu-buru! Ini memang baru 3 km dari rumah kamu! Tapi, kau lihat! Untuk berputar balik kita membutuhkan waktu yang cukup lama, Chaliya. Mana macet!"     

"Iya perjalanan darat memang menyebalkan selalu saja macet. Nanti lain kali aku akan minta helikopter kepada suamiku. Jadi, kita pergi naik helikopter saja."     

Mawar hanya mendengus kesal. Kemudian, dia memutar balik mobilnya. Kembali ke rumah Chaliya. Soal minuman, mereka memang tidak terbiasa untuk berbagai. Tapi, masih bisa beli di minimarket yang mereka lewati. Masalahnya, ini ponsel Chaliya yang ketinggalan, dan dia memaksa supaya mengambil benda itu.     

***     

"Taku? Takut kenapa? Apakah Tuan akan menyakitiku?" tanya Dwi. Dengan sengaja dia menantang pria itu.     

"Menyakiti? Itu tergantung kamu. Jika kau benar masih polos, kau akan merasakan kesakitan di awal. Tapi, akan menikmati di akhir. Tapi, jika kau sudah pernah, kau akan langsung mendapatkan rasa nikmat itu," jawab Dicky. Semakin kacau dan tak karuan.     

Dwi yang mendengar kalimat itu, pikirannya langsung traveling. Meskipun dia masih polos dan belum pernah sekalipun dijamah oleh pria, bukankah sudah menjadi rahasia umum bahwa pertama melakukan, wanita akan merasakan sakit. Namun, tidak lama kemudian akan merasa nikmat?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.