Cinta seorang gadis psycopath(21+)

USAHA YANG SIA-SIA



USAHA YANG SIA-SIA

2Pagi-pagi sekali sekitar pukul lima lewat tiga puluh menit, Chaliya sudah terjaga. Semalam mereka cukup begadang sekitar pukul sebelas baru tiba di rumah. Itu pun mereka juga tidak langsung tidur. Melainkan, masih ada hal yang diobrolkan.     

Tadi sebelum dia hamil dia terbiasa melakukan jogging. Namun akhir-akhir ini dia jadi malas, efek dari hamil muda. Walaupun tidak semua sebagian besar wanita yang baru saja hamil kebanyakan malas melakukan apapun, jika tidak dia pasti lemas. Karena tidak memiliki nafsu makan dan selalu memuntahkan apapun yang dia makan dan minumnya.     

Setelah menggeliatkan tubuhnya, Chaliya melihat di tempat tidur sebelahnya. Dicky nampak pulas tertidur. Seperti biasanya dia selalu membangunkan suaminya dan meminta agar dia menemaninya jalan-jalan. Namun tidak dengan kali ini. Dia membiarkan saja sebab dia juga tahu kamu selamanya pasti lelah.     

"Sayang, aku jalan-jalan dulu, ya?" ucap Chaliya.     

Jelas Dicky tidak menjawab. Dia tidur sampai seperti orang mati.     

Dikecupnya pipi dan dahi pria itu. Namun dia tidak menunjukkan responnya sama sekali.     

Akhirnya, Chaliya beranjak dari tempat tidur. Berganti pakaian olahraga dan hanya joging di sekitar komplek saja.     

Chaliya melihat Dwi menyapu rumah pagi ini. Dia tahu bagaimana harusnya dia bersikap. Namun rasanya kalau ini dia sudah tidak bisa terlalu lama basa-basi lagi. Siapa pun orangnya, pasti akan marah apabila ada wanita lain yang diam-diam memperhatikan suaminya bahkan dia juga mulai berani berusaha melakukan sesuatu supaya pasangan suami istri itu terjadi salah paham.     

"Kau rajin sekali?" sapa Chaliya. Senyumannya pun juga nampak dipaksakan.     

"Kebetulan saya bangun terlalu pagi, Nyonya."     

"Bagus," ucap Chaliya. Kemudian pergi.     

"Iya, Nyonya, saya memang harus rajin. emang begini suamimu nanti juga akan memperhatikanku," ucap Dwi lirih ketika Chaliya sudah sampai di halaman rumah.     

Mulai dari jam 5.30 hingga jam 7 pagi duit terus aja sibuk membereskan rumah dan seluruh sudut ruangan. Mengelap menyapu dan mengepel dan merapikan apapun yang terlihat kurang pantas lama tidak berada di dalam kamar majikan dan bibi. Namun, agaknya hari ini dia harus kecewa. Karena sampai Chaliya kembali dari jogging, Dicky juga masih belum keluar dari tempat tidur.     

Ketika bangun pun dia juga tidak sempat sarapan, selain meminum susu kacang hijau dan roti bakar yang Chaliya beli ketika dia joging tadi. Padahal, dia sudah menyiapkan menu sarapan sepesial untuk sang tuan. Karena kebetulan pagi ini bibi pergi ke pasar untuk belanja sayur dan buah-buahan yang sudah mulai habis persediaannya.     

"Sayang, kamu sarapan sendiri saja, ya? Aku sudah kenyang dengan susu kacang hijau darimu. Aku harus segera pergi. Ada rapat dadakan ternyata," ucap Dicky buru-buru. Sebab, melihat hidangan di atas meja tidak ada roti. Maka, dia pun langsung nyelonong peergi begitu saja.     

"Apakah sangat buru-buru sampai tidak sempat sarapan?" tanya Chaliya sedikit mengulur Dicky.     

"Iya sayang ini waktu ku tinggal 30 menit lagi. Itu pun nanti jika macet aku pasti juga udah telat nanti kalau harus sarapan, jadi tidak masalah. Aku meminum semua susu kacang hijau mu tadi.     

"Ya sudah ambil ini untuk kamu," ucap Chaliya, memberikan satu roti bakar selai kacang coklat. Kalau Dicky kesukaannya kita bukan sandwich telur, ya isi es krim. Namun karena selnya tidak ada niat untuk membeli kan suaminya, apa dia membeli varian kesukaannya sendiri.     

"Ya sudah, ini saja cukup. Terimakasih, ya?" ucap Dicky sambil mengecup pipi istrinya.     

Sementara Christie yang sejak tadi juga berada di meja makan memperhatikan mereka berdua, langsung bersorak. "Cieeee so sweet... Ah, Tuan jahat banget. Kita berdua ini jomblo Bagaimana kalau kepengen?"     

Chaliya jadi sedikit malu dan menyembunyikan senyumannya. Sejak awal, Chris memang banyak omong. Ceria dan asal ceplas-ceplos saja. Namun, mereka berdua lebih menyukai Christie yang bersikap apa adanya.     

Lain halnya dengan demi dia diam tapi memendam banyak misteri di dalam dirinya. Bahkan lebih buruk terhadap majikan pun, di ada. Lain dengan Christie.     

"Kamu kan cantik Kenapa tidak cari pacar? Kayaknya, gak mungkin, kan tidak ada satupun cowok yang naksir kamu," ucap Chaliya.     

"Kalaupun ada yang naksir sama dia, cowoknya nggak akan berani sayang. Takut apabila salah sedikit dihajar habis-habisan olehnya," timpal Dicky sambil memasang kaus kaki dan sepatu.     

"Mana ada, Tuan! Itu hanya anggapanmu saja. Harusnya yang para pria itu senang memiliki pasangan yang kuat karena dia tidak akan cengeng dan bisa menjaga dirinya sendiri," jawab Christie. Dia sangat yakin dengan apa yang dia katakan. Walau sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Di dunia ini memang ada sosok pria yang menyukai wanita yang tidak manja. Tapi, yang sebaliknya juga banyak. Dicky misalnya.     

"Bersikaplah sedikit lembut dan jangan tunjukkan sikap tomboy mu apalagi bahwa dirimu kuat dalam seni bela diri. Jika kamu tidak percaya dengan kata-kataku maka, tunggu saja hanya bang Bokir yang mau melamarmu," ucap Dicky sambil tertawa dan berlari.     

"Astaga Tuan! Yang mengajarkan bahwa kata-kata itu adalah doa Apakah kamu untukku agar aku menikah dengan tukang kebun itu?" teriak Christie emosi.     

Sementara Chaliya dan Dicky hanya tertawa melihat seperti apa reaksi Chris saat terlibat adu mulut dengan majikan laki-lakinya.     

"Tuan, jika memang buru-buru, bagaimana kalau saya menyiapkan sarapan pada box? Anda bisa membawanya. Dan menikmatinya Setelah tiba di kantor," ucap Dwi yang sejak tadi tidak ikut nimbrung obrolan antara majikan dan Chris.     

"Tidak perlu aku sudah ada roti bakar. Tekan ini aku akan sangat kenyang nanti saat tiba di tempat rapat."     

"Baiklah!" jawab Dwi dengan kecewa.     

"Sudahlah, tuan tidak bisa ikut sarapan bersama kita. Kebetulan, bibi juga sudah tiba. Mari, kita makan bersama dengan menu sarapan spesial," ucap Chris dengan semangat.     

"Loh, jadi ini kamu Dwi, yang masak?" tanya Chaliya sedikit bengong. Sebab, saat berangkat joging tadi dia sedang membersihkan rumah.     

"Ini dia memang sedang rajin, Nyah. Bangun paling awal beresin rumah, dan ambil job bibi untuk menyiapkan sarapan. Sementara aku, nyapu halaman beresin ranting-ranting kering di taman sama jadi tukang cuci piring," timpal Christie.     

"Ini bagus sekali. Kalian tidak perhitungan dalam melakukan pekerjaan rumah. Kalian, tinggal di sini selama kalian mau. Tolong jaga dengan baik. Karena, dalam waktu dekat ini, Tuan memintaku supaya tinggal di rumahnya."     

Mendengar itu, Dwi langsung melotot melihat ke arah Chaliya. Namun, dia tidak berhasil mengatakan apapun.     

"Lalu, nyonya dan tuan tidak akan tinggal di sini lagi?" tanya Christie.     

"Iya. Namun, sesekali aku dan tuan juga akan datang untuk berkunjung."     

"Baiklah, nyonya. Terimakasih," ucap Chris. Tanpa canggung dia memeluk Chaliya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.