Kaisar Dewa

Keturunan Keluarga Zhang



Keturunan Keluarga Zhang

0Semakin berada dekat dengan Royal Capital, maka seketika pula memori tentang masa kecilnya kembali bermunculan. 800 tahun telah berlalu, namun bangunan-bangunan sejarah itu masih utuh, dan tetap gagah seperti sedia kala.     

Royal Capital, aku telah kembali!     

Zhang Ruochen berdiri di sisi samping kapal, sambil mengamati pemandangan yang familier tersebut.     

Di puncak Gunung Kong Le, di sana terdapat menara 74 lantai, yang pernah dibangun oleh seorang Biksu kuno. Di masa muda mereka, Zhang Ruochen dan Chi Yao pernah mendaki ke puncak menara tersebut. Dari atas menara, mereka berdua mulai mengamati kemakmuran Royal Capital.     

Terdapat dua patung singa perunggu yang sedang berjaga di gerbang tersebut, dan melambangkan keperkasaan Kekaisaran Pusat Suci di masa silam. Pada saat itu, Zhang Ruochen sempat merasa terkejut, karena ternyata kedua patung itu tidak hancur selama berada di masa depan.     

Pada saat itu, dinding-dinding kota terlihat tinggi dan kokoh, dengan gerbangnya yang mirip seperti gerbang Heavenly Palace.     

Ketika kapalnya mulai bersandar di pelabuhan, maka seketika itu pula Zhang Ruochen langsung dihinggapi oleh berbagai macam emosi, dengan ingatan masa silam yang saling berkelindan.     

Di sana terdapat para pejabat pemerintahan – kurang lebih 100 orang – dengan pakaian resmi dan berbaris rapi di pelabuhan. Tampaknya, mereka ingin menyambut kedatangan salah seorang tamu penting.     

Zhang Ruochen melirik Chu Siyuan dan berseru, "Senior Chu, ternyata pengaruh Anda sangat besar! Lihat, parade mereka sedang menyambut kedatangan Anda!"     

"Benarkah?"     

Pada saat itu, Chu Siyuan malah sedikit terkejut dan bukannya merasa bahagia. Di waktu yang bersamaan, ia mulai membatin, "Aku tidak berkata pada siapa-siapa mengenai perjalananku sekarang ini. Selain itu, tidak ada satupun yang tahu mengenai keberadaanku, bahkan para cendekiawan Confucianism sekalipun. Jadi, kenapa mereka sampai mengutus para prajurit untuk menyambutku?"     

Tanpa berpikir panjang, maka ia mulai merapikan pakaiannya, dan bersiap untuk menerima sambutan tersebut, sambil berjalan keluar dari dalam kabin. Akan tetapi, ia menemukan bahwa para prajurit itu, ternyata sedang mengamati kapal lain di sebelah kapalnya. Yang jelas, parade itu bukan untuk menyambutnya.     

Lambat laun, sebuah kapal besi mulai berlabuh di sana. Para prajurit itu bergerak maju dan segera membawa penumpangnya menuju ke Royal Capital.     

"Oh, ternyata parade mereka bukan menyambut Anda. Kalau begitu, sepertinya Anda tidak punya pengaruh apa-apa di Royal Capital," kata Zhang Ruochen dengan suara keras.     

Semua itu memang disengaja. Zhang Ruochen hanya ingin menggoda Chu Siyuan.     

Karena merasa geram dengan ucapannya, maka seketika itu pula Chu Siyuan langsung mendengus, "Bila aku mengabarkan kedatanganku, maka orang-orang yang menyambutku akan sepuluh atau ratusan kali lipat lebih hebat daripada para prajurit itu. Tapi aku tidak melakukannya, karena aku memilih bersikap sederhana."     

"Mungkin benar, mungkin juga tidak."     

Zhang Ruochen tertawa, "Baiklah, karena kita telah tiba di Royal Capital, sebaiknya kita segera berpisah."     

Sesaat setelah ia mengatakan hal tersebut, maka ia langsung menghilang dari pandangan Chu Siyuan dan bergegas masuk ke dalam kota sendirian.     

Chu Siyuan mulai mengelus jenggotnya, sambil menyipitkan matanya "Kenapa buru-buru berpisah? Kurasa dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku."     

Bila itu adalah orang lain, maka Chu Siyuan tidak akan tertarik untuk menggali alasannya. Akan tetapi, Zhang Ruochen bukanlah orang lain. Selama mereka bersama, lelaki itu telah menimbulkan banyak kejutan.     

Chu Siyuan mengibas-ngibaskan debu pada pakaiannya, dan berjalan mengikuti Zhang Ruochen.     

"Apa dia benar-benar ingin mengikutiku? Apa sang pemimpin Sekte Painting benar-benar tidak punya kesibukan?" tingkah laku Chu Siyuan membuatnya jengah.     

Jadi, bukannya pergi menuju ke Pemakaman Kerajaan – seperti yang direncanakan sebelumnya – namun lelaki itu memilih untuk berkeliling sejenak di Royal Capital.     

Namun, Zhang Ruochen tidak menyadari bahwa masih ada orang lain yang sedang membuntutinya sejak ia masuk ke dalam kota.     

Royal Capital memiliki sejarah yang panjang, dengan peninggalan yang masih bisa ditemukan sejak era kuno. Tempat itu pernah menjadi ibu kota Kekaisaran Pusat Suci dan melahirkan banyak dinasti kuno.     

Selama berabad-abad belakangan, baik kota dan kerajaan-kerajaannya sama-sama telah berkembang pesat. Hari ini, luas wilayahnya telah mencapai ribuan mil persegi, dengan jutaan penduduk di dalamnya.     

Jadi, kota ini dapat dianggap seperti sebuah negara kecil, bila hanya dihitung dari luas wilayah dan tingkat populasinya.     

Setelah menghabiskan satu siang dengan berkeliling di Royal Capital, maka Zhang Ruochen pun mulai mengeksplorasi bagian dalam kota. Jalanan-jalanan di kota itu tampak sibuk, dengan beberapa ahli pedang yang hilir-mudik.     

Tiba-tiba, terdapat aroma darah yang menyengat dari dinding mansion di sebelah kirinya.     

Ada banyak prajurit penunggang binatang buas yang sedang mengepung mansion tersebut. Mereka sedang mengenakan armor hitam.     

Pada saat ini, mereka sedang mengepung mansion itu, dengan memasang ekspresi dingin dan keji.     

Di antara para penunggang binatang buas itu, di sana terdapat empat sorcerer yang bertugas untuk menyegel mansion tersebut dengan menggunakan tameng cahaya, sehingga tidak ada satupun yang bisa keluar dari sana.     

Zhang Ruochen menghentikan langkahnya dan mulai bertanya kepada salah seorang ksatria di Alam Surga, "Apa yang terjadi?"     

"Mereka adalah Pasukan Canglong. Mereka berada di bawah kepemimpinan Lingxiao Heavenly King. Mereka datang kemari untuk menangkap sisa-sisa anggota dinasti lama," bisik ksatria itu.     

Setelah mengatakan itu, maka sang ksatria pun segera pergi dari sana, sementara Zhang Ruochen masih tercengang dengan kabar tersebut.     

Zhang Ruochen pun mulai mengitari mansion itu dan menemukan salah satu sudut yang tidak dijaga oleh pasukan. Kemudian, ia segera melepaskan kekuatan ruang dan merobek sedikit celah pada dinding mansion tersebut. Setelah itu, ia masuk ke dalam mansion.     

Selama ini, Zhang Ruochen belum pernah mendengar kabar mengenai para anggota keluarga Zhang yang masih tersisa. Sekarang ini, karena ia telah mendapatkan sedikit petunjuk, maka ia pun harus memeriksanya.     

Aroma darah itu menjadi semakin kuat, sesaat setelah ia berada di dalam mansion.     

Terdapat banyak mayat yang berserakan di lantai, termasuk mayat orang-orang tua dan anak-anak.     

Jalanan di dalam mansion juga telah digenangi oleh darah.     

Pada saat itu, dari beberapa ruangan yang ada di sana, terdapat cahaya-cahaya yang sempat mengerlip. Tidak lama setelahnya, fenomena itu disusul oleh teriakan-teriakan memilukan. Kemudian, setelah semua teriakan itu menghilang, maka seketika itu pula cahaya di dalam ruangannya padam, dan hanya menyisakan keheningan.     

Zhang Ruochen menghirup nafas dalam-dalam dan mulai berjalan menuju ke aula utama.     

Gerbang masuk aula itu dijaga oleh para Pasukan Canglong, sedangkan sang jendral sedang duduk di singgasana aula.     

Sang jendral adalah seorang pria berusia 30 tahunan, dengan tubuh berotot, dada yang bidang, dan tatapan mata yang dingin.     

Namanya adalah Xie Kui.     

Sementara itu, sosok yang sedang berlutut di hadapan Xie Kui merupakan seorang ksatria berusia 13 tahunan, dengan penampilan seperti bangsawan.     

Setidaknya, terdapat puluhan mayat tanpa kepala yang berserakan di sekelilingnya.     

Xie Kui berteriak kencang, "Katakan kepadaku, di mana anggota yang lainnya? Aku akan mengampuni siapapun yang rela bicara sekarang juga."     

Kemudian, ia mulai menunjuk seorang bocah remaja – berusia sekitar 11 atau 12 tahun – dan berkata, "Mari kita mulai darimu."     

Seorang prajurit – setinggi dua meter – berjalan mendekati bocah itu dari sisi samping, lalu meletakkan broadsword di lehernya.     

Bocah ini akan dipenggal kepalanya kalau informasi yang diberikan adalah palsu.     

Akan tetapi, meski usianya terbilang sangat muda, namun ia masih terlihat tegas. Tentu saja, ia masih menjawabnya dengan suara yang gemetar, "Kalian... kalian adalah orang-orang keji... suatu hari nanti, bila sang Kaisar kembali ke tempat ini, maka beliau akan mengambil kembali apa-apa yang telah kalian renggut."     

Xie Kui menggelengkan kepalanya dan mulai mengibas-ngibaskan tangannya.     

Prajurit bertubuh besar itu langsung tertawa dingin dan mulai mengayunkan broadswordnya ke leher sang bocah.     

Ksatria berusia 13 tahun itu mulai menutup matanya, sedangkan pria di sebelahnya mulai menangis.     

Snapped!     

Broadsword itu pun terbelah menjadi dua.     

Dan terjatuh ke tanah dengan suara "thud".     

"Siapa itu?"     

Para prajurit langsung menarik pedang mereka masing-masing, dan bersiap untuk menghadapi pertempuran.     

Xie Kui masih duduk di singgasananya, dengan kedua mata yang terlihat waspada. Kemudian, ia berkata sambil tertawa, "Akhirnya, sang pemimpin Keluarga Zhang muncul di sini. Kupikir kau telah melarikan diri."     

Zhang Ruochen sedang berdiri di samping bocah remaja itu. Lelaki itu sedang mengenakan Shooting Star Invisible Cloak dan berkata, "Apa kau berada di bawah kepemimpinan Lingxiao Heavenly King?"     

Xie Kui paham bahwa lawannya kali ini, pasti merupakan sosok yang tangguh, sosok yang tidak bisa diremehkan begitu saja. Jadi, ia pun segera bangkit berdiri dan membalas, "Lingxiao Heavenly King telah menyingkirkan para pemberontak dan mengembalikan kedamaian di Royal Capital. Lagipula, semua ini telah terjadi pada masa 800 tahun silam. Kenapa Keluarga Zhang masih berusaha untuk mengembalikan kejayaan kerajaan di masa silam?"     

Setelah berhasil mengkonfirmasi identitasnya, maka Zhang Ruochen pun segera mengangguk dan membalas dingin, "Kalian baru saja membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Bukankah seharusnya kalian meminta maaf?"     

"Baiklah, paksa kami untuk meminta maaf, jika memang kau sanggup melakukannya!"     

Xie Kui pun mulai mengeluarkan perintah, "Hajar dia."     

Sang prajurit setinggi 2 meter – yang berada paling dekat dengan Zhang Ruochen – mulai mengayunkan pedang patahnya ke arah lelaki tersebut.     

Namun, lelaki itu telah lebih dulu mengirimkan pukulan ke dada lawan, bahkan sebelum pedang itu sempat mengenainya.     

Prajurit itu terhempas ke belakang dan menimbulkan sebuah lubang, dengan seluruh tulang-belulangnya yang nyaris remuk akibat hantaman tersebut.     

Zhang Ruochen merentangkan tangannya di udara, sedangkan jari-jarinya mulai membentuk keterampilan pedang. Akibatnya, udara di sekitar mansion mulai terkondensasi menjadi wilayah pedang.     

Pedang-pedang itu mulai menari dan terbang di sekitar mansion tersebut, dengan Pasukan Canglong yang mulai berjatuhan satu persatu.     

Xie Kui pun langsung merasa kebingungan. Sebab, ia tidak menyangka bila penyusup ini ternyata sangat kuat. Jadi, ia pun mulai mengeluarkan Signal Flare dan menuliskan sebuah pesan di sana.     

Namun, sebelum ia sempat melakukannya, Zhang Ruochen sudah lebih dulu melayangkan pukulan ke dadanya.     

Pukulan itu mengandung kekuatan api, sehingga tubuh Xie Kui pun langsung terbakar seperti batu bara, sebelum akhirnya berubah menjadi abu.     

Sekarang ini, seisi mansion langsung berubah menjadi hening.     

Hanya dalam beberapa menit, maka Pasukan Canglong telah berhasil disapu bersih.     

"Terima kasih atas bantuannya, sang penyelamat."     

"Siapa nama Anda, Tuan?"     

…     

Keturunan ketigabelas keluarga Zhang mulai bangkit berdiri dan membungkuk ke arah Zhang Ruochen sebagai bentuk rasa syukur.     

"Aku juga berasal dari keluarga Zhang."     

Zhang Ruochen sedang mengenakan Gold Phantom Mask, sambil mengamati pria dengan tingkat kultivasi yang paling tinggi. Kemudian, ia bertanya kepada pria itu dengan sopan, "Apa kau bisa membawaku untuk bertemu dengan para petinggi Keluarga Zhang?"     

Pria ini adalah pemilik mansion tersebut. Namanya adalah Zhang Fengxing, dengan tingkat kultivasi di Perubahan Keempat dari Alam Fish-dragon.     

Pada saat itu, Zhang Fengxing sedang terlihat gelisah.     

Yang jelas, ia masih belum percaya kepada Zhang Ruochen. Masih belum.     

Akan tetapi, bocah remaja di sisinya mulai menatap Zhang Ruochen dengan ekspresi kagum. Baginya, Zhang Ruochen tampak seperti pahlawan, yang sengaja dikirim oleh dewa untuk membunuh sosok tangguh seperti Xie Kui hanya dalam satu kali serangan.     

Bocah remaja itu pun akhirnya merasa termotivasi. Bahkan, ia mulai membayangkan jika dirinya memiliki kekuatan yang sama seperti Zhang Ruochen.     

Bocah itu berkata, "Ayah, kakak ini telah berhasil membunuh ratusan Pasukan Canglong. Beliau pasti bukan berasal dari istana kekaisaran."     

Zhang Fengxing adalah seorang veteran yang berpengalaman. Yang jelas, ia tidak bersikap sama seperti putranya. Pria itu masih tidak percaya dengan Zhang Ruochen. "Saya harus mengabarkan ini kepada para petinggi keluarga terlebih dahulu, sebelum membuat keputusan. Semoga Anda dapat memahami situasi saya."     

"Tidak masalah. Lagipula, aku juga masih diikuti oleh orang lain. Selagi menunggu, kurasa aku akan menyingkirkan mereka terlebih dahulu," kata Zhang Ruochen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.