Kaisar Dewa

Godaan Pohon Suci Utama



Godaan Pohon Suci Utama

2Ketika masih berada di Istana Dewa Kebenaran, Zhang Ruochen memang sempat mendengar beberapa kabar mengenai Huang Yanchen dari Mu Lingxi maupun Lady Saint.     

Dia mengira kalau wanita itu sudah mati.     

Tak disangka, ternyata dia akan kembali bertemu dengan wanita tersebut di tempat dan kondisi seperti ini. Bahkan wanita itu juga punya identitas yang spesial.     

"Ada apa, kakak tertua? Apa kau baik-baik saja?"     

Feng Yan paham. Ada yang tidak beres dengan kakaknya. Oleh karena itu, dia memanggilnya.     

Jika seseorang sampai kehilangan fokusnya di depan musuh tangguh seperti Deathkin dan Serangga Pemakan Dewa, maka itu akan sangat berbahaya.     

Mendengar suara Feng Yan, Zhang Ruochen pun kembali sadar dari lamunannya. Lantas, dia melemaskan kepalan tangannya dan mendesah panjang. "Aku baik-baik saja. Tadinya aku sedang memikirkan sesuatu."     

Feng Yan pun mendesah lega. Bagaimana tidak, dalam momen-momen krusial semacam ini, dia benar-benar tidak ingin melihat Zhang Ruochen terluka.     

Apalagi, barusan itu, Zhang Ruochen terlihat seperti orang linglung. Alhasil, kondisi itu membuatnya ketakutan.     

"Wanita itu adalah Pan Ruo. Dia yang mengirimkan kedua elitnya untuk membunuhmu," kata Ji Fanxin.     

Beberapa waktu yang lalu, setelah Zhang Ruochen berhasil menangkap pria dan wanita – pemilik jiwa naga dan gajah Supreme Saint – Ji Fanxin membantunya untuk membaca pikiran mereka.     

Yang jelas, kemunculan Pan Ruo – salah satu di antara tiga kandidat Nona Istana Takdir – mengejutkan semua orang. Bila wanita itu berada di sana, artinya dia adalah bagian dari dibangunnya Altar Kematian.     

"Pan Ruo."     

Zhang Ruochen menggumamkan namanya, lantas kembali menatap figur familier di punggung Nine-headed Black Tortoise.     

Setelah bersitatap dengan Zhang Ruochen sejenak, Pan Ruo mengalihkan pandangannya. Wanita itu masih tampil tenang, seakan semua itu tidak pernah terjadi.     

Sesaat setelah kemunculan Pan Ruo, maka tiga Priest berjubah putih buru-buru berdiri di belakangnya dengan hormat. Walau kultivasi mereka sudah berada di level Path's Anterior, namun mereka masih sangat menghormati Pan Ruo.     

Meskipun Pan Ruo belum resmi menjadi Nona Istana Takdir, namun derajatnya sangat tinggi. Wanita itu sama sekali tidak boleh diremehkan.     

Terjadi getaran kencang di bawah Altar Kematian dan mengeluarkan suara bergemuruh.     

Kemudian, Serangga Pemakan Dewa beterbangan dari bawah sana.     

Beberapa serangga yang berselimutkan api biru, mulai menyinari ruangan di bawah tanah. Segalanya mendadak mirip seperti dunia fantasi.     

Para Death Knight yang sedang bersembunyi di kegelapan, buru-buru keluar dari altar, karena mereka takut diserang oleh serangga-serangga tersebut.     

Setelah beberapa rekannya terbakar sampai mati, maka seketika itu pula mereka menjadi semakin ketakutan.     

Mereka bukannya takut mati. Hanya saja, mereka tidak ingin mati sia-sia.     

"Serangga Pemakan Dewa sedang berkumpul di altar, nona! Altarnya tidak akan sanggup bertahan lama. Apa yang harus kita lakukan?" kata salah satu priest berjubah putih.     

Bahkan Supreme Saint Netherwilt tidak akan sanggup menggores Altar Kematian, namun ternyata, serangga-serangga itu dapat mengancam altarnya. Kalau dilihat-lihat, mungkin mereka memang ingin memakan altarnya.     

Tapi Pan Ruo masih tampil tenang. "Pohon Suci Utama telah menguasai Ilmu Kehidupan. Pohon itu akan menjadi kelemahan Deathkin. Karena Serangga Pemakan Dewa dan Pohon Suci Utama berasal dari sumber yang sama, maka kemampuan mereka cenderung mirip. Jangan khawatir, aku akan menjinakkan mereka."     

Nine-Headed Black Tortoise mengaum kencang. Lantas, binatang itu mendorong Nether River ke arah Serangga Pemakan Dewa.     

Nether River langsung menggulung serangganya dalam satu kedipan mata.     

Karena Nether River itulah, para Serangga Pemakan Dewa yang hendak kabur dari sana, kembali masuk ke bawah tanah.     

Tanpa sinar yang dipancarkan oleh serangga-serangga tersebut, maka area di bawah tanah kembali gelap gulita. Energi kematian pun kembali menyeruak ke udara.     

Meski begitu, Altar Kematian masih mengalami kerusakan setelah diserang oleh serangga tersebut. Altarnya tidak bisa lagi menyerap Energi Kebangkitan. Kondisi itu akan berlangsung selama beberapa saat.     

Tiba-tiba, Pan Ruo bergerak dan meninggalkan punggung Nine-headed Black Tortoise, sedangkan altarnya masuk ke lubang hitam di bawahnya.     

"Pohon Suci Utama, akar spiritual legendaris di Daratan Kunlun. Bila aku bisa mendapatkannya, maka aku akan menjadi dewa." Mata Bi Yunhai mulai bercahaya.     

Bahkan Supreme Saint dan dewa akan sama-sama menginginkannya.     

Tanpa ragu-ragu, Bi Yunhai mengaktifkan tekniknya. Setelah itu, tubuhnya mulai meredup, lantas berubah menjadi segaris cahaya, sebagaimana dia melesat ke dalam lubang hitam.     

Sekarang ini, dia menjadi terobsesi dan sudah tidak mempedulikan apapun, termasuk Peri Hundred Flower.     

"Bunuh siapapun yang berani mendekat!"     

Priest berjubah putih – dengan mata vertikal di keningnya – berteriak kencang.     

Ketika Bayangan Kematian merentangkan tangannya, maka Will of Death - yang dilepaskan - berubah menjadi seekor naga hitam agresif, yang menyerang Bi Yunhai.     

Bi Yunhai memasang ekspresi serius, sambil melepaskan Azure Sky-sea Palm, lantas mengeluarkan bayangan ombak demi meredam seekor naga hitam tersebut.     

Boom!     

Ternyata, naga hitamnya berhasil menghancurkan bayangan ombak Bi Yunhai, lantas menghantam dadanya.     

Hantaman itu membuat Bi Yunhai terpental ke belakang, dan memuntahkan darah. Ternyata, serangan itu telah membuatnya terluka parah.     

"Kau terlalu percaya diri." Cibir Priest berjubah putih dengan mata vertikal di dahinya.     

Bi Yunhai menekan dadanya, dan hampir kembali memuntahkan darah. Di waktu yang sama, dia benar-benar geram.     

Pada mulanya, dia sempat mengira, bahwa setelah altarnya rusak, maka altarnya tidak akan bisa berbuat banyak. Namun, ternyata dia salah perhitungan.     

Dia merasa malu, karena dia sedang dilihat oleh Zhang Ruochen dan Ji Fanxin.     

Ketika itu, ada banyak hal melintas di benaknya. Namun, tiba-tiba, dia melayang di udara. "Ternyata Pohon Suci Utama di Daratan Kunlun masih hidup. Pohonnya berada di bawah Gunung Xianji," teriaknya kencang-kencang.     

Karena dia tidak bisa masuk ke sana sendirian, maka dia mulai menggalang kekuatan.     

Mulai sekarang, semua orang punya kesempatan yang sama untuk mendapatkan Pohon Suci Utama.     

Suara Bi Yunhai menggema hingga puluhan ribu mil. Semua orang yang berada di dekat Gunung Xianji dapat mendengarnya dengan jelas.     

"Tak kusangka, ternyata akar spiritual di Daratan Kunlun masih hidup!"     

"Pohon Suci Utama adalah makhluk tertua di Daratan Kunlun. Dia sangat kuat dan menyimpan banyak misteri. Jika kita bisa mendapatkannya, maka kita akan menjadi dewa."     

"Selama ini, Pohon Suci Utama mempelajari Ilmu Kehidupan. Dia adalah kelemahan kita, para Deathkin. Maka dari itu, jangan sampai pohonnya jatuh ke tangan kultivator dari Dunia Langit. Kita harus bisa mendapatkannya."     

"Pohon Suci Utama pernah ditebang di masa 100 ribu tahun silam. Sejak saat itu, pohonnya menghilang. Ternyata selama ini, pohonnya berada di Gunung Xianji. Kurasa kita bisa mendapatkan sesuatu dari perjalanan ini."     

...     

Semua orang – baik kultivator dari Dunia Langit maupun Dunia Neraka – mendadak kehilangan minat untuk bertempur satu sama lain, terutama setelah mereka mendengar "Pohon Suci Utama".     

Mereka berhenti bertempur, lantas mengaktifkan teknik bergerak dan buru-buru melesat ke Gunung Xianji. Tidak ada seorangpun yang ingin menyia-nyiakan peluang ini.     

Di ruangan bawah tanah, Zhang Ruochen mengernyitkan dahi setelah melihat tindakan Bi Yunhai. Yang jelas, memberitahu semua orang mengenai keberadaan Pohon Suci Utama bukanlah ide yang bagus.     

Semakin banyak petarung yang terlibat, maka semakin sulit pula mendapatkan batang Pohon Suci Utama.     

Zhang Ruochen menoleh kepada Feng Yan, Xiang Chunan, dan Pei Yutian. "Di bawah sana sangat berbahaya. Sebaiknya kalian tidak masuk ke dalam sana. Lebih baik kalian mencari cara untuk menghancurkan Altar Kematian. Jika segalanya semakin memburuk, maka cepat pergi saja dari tempat ini. Kalian tidak perlu mengkhawatirkanmu."     

Dia memikirkannya sebentar, lantas mengeluarkan sebuah Rune Space Transformation. "Ambil ini. Untuk jaga-jaga."     

Dia tidak ingin membahayakan saudara-saudaranya. Lagipula, semua ini tidak ada hubungannya dengan mereka.     

"Apa yang kau bicarakan, kakak tertua? Meski tempat itu berbahaya, kita masih harus menghadapinya bersama. Kita saudara, kan?" tanya Xiang Chunan.     

Feng Yan mengeluarkan scroll dan menekannya di pundak Xiang Chunan. "Dengarkan perkataan kakak tertua, Adik Xiang. Tak ada gunanya kita masih berada di tempat ini. Bukannya membantu kakak, kita malah akan menjadi beban untuknya. Bukankah lebih baik kalau kita menunggunya di luar? Mungkin kita masih bisa membantunya di momen-momen kritis?"     

"Tapi..." Xiang Chunan masih tidak rela.     

"Tanpa tapi. Kau hanya buang-buang waktu. Ayo, kita harus segera pergi dari sini. Hati-hati, kakak tertua," kata Feng Yan.     

Zhang Ruochen mengangguk. "Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Ayo berangkat, Peri."     

Ji Fanxin tidak berkata apapun. Dia pergi bersama Zhang Ruochen. Malahan, Ji Fanxin sudah tidak sabar lagi ingin mendapatkan batang Pohon Suci Utama.     

Melihat Zhang Ruochen dan Ji Fanxin, maka tiga Priest berjubah putih mulai menghentikan mereka berdua. Bayangan Kematian menyabetkan celuritnya dengan kecepatan tinggi, hingga terdengar suara merobek angin.     

Celurit hitamnya terbang ke arah Zhang Ruochen dan Ji Fanxin. Namun, serangannya melesat.     

Dengan menggunakan Pergerakan Ruang, Zhang Ruochen dan Ji Fanxin kembali muncul di lubang hitam, lantas masuk ke dalamnya tanpa ragu-ragu.     

"Brengsek!"     

Ketiga priest berjubah putih sama-sama merasa kesal, karena mereka gagal menghentikan Zhang Ruochen dan Ji Fanxin.     

Namun, mereka tidak bisa berbuat banyak. Bagaimanapun juga, setelah Altar Kematian-nya non aktif, maka tekanan ruang di sekitarnya sirna, hingga Zhang Ruochen dapat kembali mengaktifkan teknik ruangnya. Ketiga priest hanya bisa mengamati Zhang Ruochen dan Ji Fanxin masuk ke bawah sana.     

Akan tetapi, mereka paham dengan kemampuan Pan Ruo. Walau Zhang Ruochen dan Ji Fanxin sudah masuk ke dalam, tapi mereka tidak akan mendapatkan apapun.     

Wajah Bi Yunhai mulai berkedut-kedut. Padahal, Zhang Ruochen dan Ji Fanxin berhasil masuk ke dalam sana, tapi dia masih berada di luar. Xuanyuan Liekong dan yang lainnya pasti akan menertawakannya.     

Feng Yan, Xiang Chunan, dan Pei Yutian sedang berdiri di atas kepala Ruh Jahat. Mereka menatap ke atas.     

"Cepat sekali pergerakannya. Kita harus minggir dari tempat ini," kata Feng Yan.     

Ruh Jahat menggerakkan tubuh besarnya dan terbang ke salah satu sudut gelap. Mereka tidak ingin menjadi pusat perhatian.     

Bukan karena mereka takut. Namun, apabila Ruh Jahat dan Xiang Chunan bertempur melawan kultivator elit, maka mereka akan kalah.     

Di samping itu, mereka membawa Rune Space Teleportation. Jika mereka berada dalam bahaya, maka mereka dapat mengaktifkannya, dan tak ada seorangpun yang dapat menghentikan mereka.     

Oleh karena itu, mereka masih sangat tenang, bagaikan penonton yang sedang mengamati pertempuran.     

Bayangan-bayangan menukik kencang dari langit dan masuk ke lubang hitam. Mereka melepaskan energi yang mengerikan – baik Chi kematian, Chi demonic, Chi Suci – dengan kecepatan tinggi.     

Semua mata tertuju pada lubang hitam di bawah Altar Kematian.     

Tidak ada Serangga Pemakan Dewa di tempat itu, tapi sisa-sisa Chi Suci – dengan energi kayu – menyeruak darinya dan bersinggungan dengan energi kematian di sekitarnya.     

Semua orang bisa merasakan energi kehidupan kental – yang menyeruak dari lubang hitam – dan membentuk kontras dengan energi di sekitarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.