Kaisar Dewa

Kolam Takdir



Kolam Takdir

1Di luar istana, di sana terdapat sebuah lapangan dengan beberapa bongkahan batu. Masing-masing batunya berselimutkan pola misterius. Pola-polanya seperti buatan manusia, sekaligus terbentuk secara alamiah. Yang jelas, pola-pola itu memancarkan aura misterius.     

Zhang Ruochen dan Blackie mendarat di lapangan tersebut. Namun, begitu mereka ingin masuk ke dalam istana, mereka kembali dihentikan oleh dinding tak kasat mata.     

"Permaisuri, aku adalah Tu Tian. Tolong biarkan aku ikut denganmu seperti dulu," Blackie berteriak kencang.     

Dia sangat yakin bahwa sosok yang baru saja muncul merupakan Permaisuri Seribu Tulang, yang notabene telah menghilang sejak 100 ribu tahun silam. Hal itu membuat Blackie benar-benar ingin masuk ke dalam istana.     

"Tenanglah. Jika beliau memang Permaisuri Seribu Tulang, dan seandainya kau tidak bisa bertemu dengannya sekarang, maka kau pasti bisa bertemu dengannya di kemudian hari. Lagipula, selama 100 ribu tahun belakangan, kau selalu sabar menantinya. Kini, kau tidak perlu tergesa-gesa," kata Zhang Ruochen, sambil berusaha menenangkan Blackie.     

Tapi sekarang ini, Blackie sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Dia kembali memukul dinding tak kasat mata, lagi dan lagi, hingga membuatnya mirip seperti orang gila.     

Melihat itu, Zhang Ruochen hanya bisa menggelengkan kepalanya. Biasanya, Blackie akan selalu bersikap tenang dan santai. Tapi begitu dia bertemu dengan Permaisuri Seribu Tulang, tiba-tiba emosinya menjadi tidak stabil. Blackie benar-benar tidak terkendali.     

Kali ini, apapun yang keluar dari mulut Zhang Ruochen sama sekali tidak bisa masuk ke telinga Blackie. Zhang Ruochen hanya bisa menunggu Blackie kembali tenang dengan sendirinya.     

Sambil mengamati sekitar, tiba-tiba Zhang Ruochen menemukan sebuah kolam di sudut lapangan. Kolamnya selebar 10 kaki dan sangat menarik.     

Di sebuah lapangan luas, di sana ada sebuah kolam. Siapa yang tidak penasaran dengan keberadaan kolam tersebut?     

Zhang Ruochen pun bergerak menghampirinya. Kira-kira kolam itu berada di jarak ratusan mil.     

Air di dalam kolamnya sangat bening. Karena kolam itu tidak beriak, maka kolamnya terlihat seperti cermin.     

Zhang Ruochen berdiri di sisi kolam dan menatap kolam tersebut. Setelah melihatnya, dia pun merasa terkejut, karena dia tidak menemukan dirinya pada refleksi kolam tersebut.     

Sebaliknya, begitu dia melihat kolamnya, jiwa sucinya seperti ditarik keluar dari tubuhnya. Ada kekuatan misterius yang sedang melingkupi tubuhnya.     

Beberapa saat kemudian, kolamnya seolah berubah menjadi Black Hole, yang hendak menghisap jiwa dan pikirannya.     

Boom! Boom! Boom!     

Zhang Ruochen buru-buru bergerak mundur. Di waktu yang sama, sorot matanya terlihat ketakutan.     

Padahal itu hanya kolam biasa, tapi energi yang terlepas darinya terasa sangat mengerikan. Meski mentalnya sangat kuat, tapi dia nyaris kehilangan kendali.     

Setelah dipikir-pikir kembali, kelihatannya Supreme Saint pun masih tidak aman di depan kolam tersebut.     

"Kolam macam apa ini?" Zhang Ruochen menjadi sangat penasaran.     

Pada saat itu, terdengar suara si penjaga. "Itu adalah Kolam Takdir. Kau bisa melihat takdir orang-orang yang kau sayangi. Karena kau sudah terlanjur berada di sini, maka aku akan memberimu kesempatan untuk melihatnya."     

Mendengar itu, Zhang Ruochen pun merasa takjub. Bahkan dia mengira salah dengar.     

Padahal, selama ini Zhang Ruochen dikenal sebagai sosok yang sangat berpengalaman, tapi dia belum pernah mendengar kolam semacam itu, terutama yang bisa membaca takdir orang lain. Bahkan Istana Takdir mungkin tidak punya kolam semacam itu.     

Akan tetapi, si penjaga juga tidak punya alasan yang kuat untuk membohonginya.     

"Siapa yang paling aku sayangi?" kata Zhang Ruochen kepada dirinya sendiri.     

Zhang Ruochen menyayangi banyak orang, termasuk Kaisar Ming, Selir Lin, Mu Lingxi, Kong Lanyou, dan lain sebagainya. Mereka adalah orang-orang yang sangat berharga baginya, tapi sebenarnya, siapa yang paling disayangi?     

Bahkan Zhang Ruochen sendiri juga tidak mengerti.     

Phew.     

Zhang Ruochen menghirup nafas dalam-dalam dan bergerak maju.     

Pada akhirnya, dia berdiri di depan kolam dan kembali menatapnya.     

Kali ini, dia tidak melawan. Dia membiarkan energi yang terlepas dari kolamnya agar merasuk ke dalam jiwa dan pikirannya.     

Beberapa saat kemudian, Zhang Ruochen merasa dunia sedang berputar. Ruang dan Waktu membaur menjadi satu. Segalanya terlihat semakin blur.     

Tiba-tiba, kolam yang semula tenang, kini mulai beriak. Prinsip-prinsip di langit dan bumi mulai terhubung satu sama lain dan melepaskan cahaya dewa tipis. Lantas, cahaya dewanya melingkupi Zhang Ruochen bagaikan sebuah tameng.     

Rumble.     

Ruangan di sekitarnya meledak. Sebuah petir hitam menyambar Zhang Ruochen.     

Sebenarnya, bila dia melihat takdir orang lain, itu adalah hal yang sangat tabu. Semesta tidak akan merestuinya.     

Petir hitamnya sangat kuat, seolah mampu menghancurkan apapun. Bahkan Supreme Saint tidak akan mampu bertahan dari petir tersebut.     

Jika bukan karena perlindungan tameng cahaya dewa, mungkin tubuh dan jiwa Zhang Ruochen telah benar-benar hancur.     

Ruang di sekitarnya mulai mengalami keretakan. Jutaan prinsip di langit dan bumi bermunculan, hingga akhirnya membentuk sesuatu yang baru.     

Sementara itu, Zhang Ruochen sedang berada dalam kondisi khusus. Sekacau apapun dunia di luar dirinya, namun itu sama sekali tidak mempengaruhinya.     

Beberapa saat kemudian, beberapa peristiwa mulai bermunculan di kolam tersebut. Zhang Ruochen dapat melihatnya dengan jelas, terutama melalui pikirannya.     

Begitu dia melihatnya, pupil matanya langsung berkontraksi, seolah dia baru saja melihat sesuatu yang mengerikan. Tanpa disadari, hal itu membuatnya bergerak mundur.     

Yang jelas, Zhang Ruochen merasa terkejut. Ketika itu, dia bukan merasa ketakutan. Sebaliknya, dia nyaris tidak bisa mengendalikan emosinya.     

"Bagaimana... bagaimana mungkin!" teriak Zhang Ruochen.     

Walau kultivasinya berada di level tinggi, tapi peristiwa itu benar-benar sangat mengejutkan. Sulit membayangkan apa yang baru saja dilihatnya.     

"Semua yang baru saja kau lihat akan terjadi di kemudian hari. Tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya." Kata si penjaga.     

Mendengar itu, Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya. Apapun itu, dia tidak terima bila wanita tersebut bakal berakhir seperti itu. Seharusnya tidak seperti itu.     

"Kenapa?"     

"Kenapa harus dia?"     

"Kenapa harus berakhir seperti ini?"     

Zhang Ruochen mulai mempertanyakan dirinya sendiri. Wajahnya sangat merah, bahkan rambutnya terlihat acak-acakan. Dia mirip seperti orang yang baru saja kesurupan.     

Pada saat ini, Kolam Takdir kembali normal. Apapun yang ada di sekitarnya kembali tenang, seolah peristiwa itu tidak pernah terjadi sebelumnya.     

"Beberapa tahun yang lalu, wanita yang kau cari juga sempat datang kemari dan melihat peristiwa yang sama di Kolam Takdir. Ketika itu, reaksinya juga sama sepertimu. Tanpa ragu-ragu, dia pun masuk ke dalam Pintu Kematian." Kata si penjaga.     

Mendengar itu, Zhang Ruochen pun merasa terkejut. "Apa Huang Yanchen juga mengintip takdirnya? Takdir siapa yang diintip oleh wanita tersebut? Apa itu adalah Zhang Ruochen?"     

"Apa Huang Yanchen masuk ke Dunia Neraka karena dia telah melihat takdir orang yang sangat dicintainya? Tapi kenapa dia membuat keputusan seperti itu? Apa alasan di balik tindakannya?"     

Si penjaga kembali bertanya, "Anak muda, apa kau ingin masuk ke Pintu Kematian?"     

Pada saat ini, Zhang Ruochen sudah tidak terlalu mempedulikannya. Dia masih teringat mengenai peristiwa yang baru saja dilihatnya, yang berkaitan dengan Huang Yanchen.     

"Jika kau tidak ingin masuk ke sana, maka kau harus segera pergi dari sini."     

Setelah si penjaga berkata demikian, maka tangan sepanjang ratusan mil mendadak keluar dari istana.     

BANG!     

Sebelum Zhang Ruochen dan Blackie sempat bereaksi, mereka sudah lebih dulu ditampar oleh tangan raksasa tersebut. Di waktu yang sama, penglihatan mereka langsung berubah menjadi gelap, hingga mereka merasa sangat pusing.     

"Brengsek... Padahal aku belum bertemu dengannya..." teriak Blackie.     

Selanjutnya, mereka berdua muncul di ketinggian 3.000 meter di atas planet putih, sebelum akhirnya terjatuh ke tanah. Mereka berdua sama-sama tak bisa mengendalikan dirinya.     

BOOM! BOOM!     

Dengan dua ledakan kencang, Zhang Ruochen dan Blackie mendarat ke tanah dan menciptakan dua lubang raksasa.     

Kalau menilai dari kemampuan mereka, maka benturan itu tidak akan mampu melukai mereka.     

Setelah terjatuh dari ketinggian yang lumayan, Zhang Ruochen kembali tersadar. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap Pintu Kematian raksasa.     

"Aku sama sekali tidak percaya dengan takdir. Jika semuanya memang sudah ditakdirkan, lantas apa gunanya kita bekerja keras dan berkultivasi? Jika takdir memang ada, maka aku harus mengubahnya." Sorot mata Zhang Ruochen berubah menjadi tegas.     

"Apa yang kau lihat barusan? Apa yang kau lihat? Kenapa kau tiba-tiba menggila?" tanya Blackie.     

Zhang Ruochen mengepalkan tangannya kencang-kencang dan tak berkata apapun.     

Apa yang baru saja terjadi telah membuatnya kehilangan minat dengan Pintu Kematian.     

Terutama setelah dia melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada Huang Yanchen. Zhang Ruochen pun semakin kehilangan minat untuk masuk ke Pintu Kematian.     

Lagipula, Pintu Kematian diciptakan oleh salah satu dewa tangguh. Kalau menilai dari kultivasinya sekarang ini, maka dia masih belum mampu membongkar semua rahasianya.     

Lebih jauh, dia masih punya banyak hal yang harus dilakukan di Daratan Kunlun. Maka dari itu, dia tidak bisa terlalu lama berada di sana.     

Paling tidak, dia baru saja memecahkan satu misteri baru. Perjalanan itu tidak sia-sia.     

"Blackie, ayo kita kembali," kata Zhang Ruochen.     

Blackie menggelengkan kepalanya berulang kali dan berkata, "Aku tidak akan pergi kemanapun. Aku akan tetap berada di sini. Aku akan menunggu Permaisuri keluar dan menemuiku. Dia tidak akan pernah melupakanku."     

Karena Blackie sangat keras kepala, maka Zhang Ruochen tidak lagi menanggapinya. Hanya saja, apa wanita itu benar-benar Permaisuri Seribu Tulang?     

Dulu, Permaisuri Seribu Tulang pernah membunuh dewa, meskipun dia belum menjadi dewa.     

Sekarang, setelah 100 ribu tahun berlalu, jika wanita itu benar-benar kembali, sekuat apa dirinya?     

Setelah meninggalkan Blackie di planet putih, Zhang Ruochen segera pergi dari sana dengan menggunakan formasi teleportasinya. Setelah beberapa kali berteleportasi, akhirnya dia tiba di salah satu lembah tersembunyi di Gunung Kerajaan.     

"Aku harus pergi ke Bottomless Abyss," kata Zhang Ruochen sambil memicingkan matanya.     

Meski dia tidak ingin bertemu dengan beberapa orang yang ada di Bottomless Abyss, tapi kali ini, dia harus berangkat ke sana.     

Berbekal formasi taktis peninggalan Biksu Suci Xumi, maka dia tidak terlalu kesulitan untuk mengakses Bottomless Abyss.     

Ketika dia masih berada di Klan Divine Dragon, saat itu Zhang Ruochen sempat menggunakan formasi teleportasinya untuk berpindah ke Wilayah Utara.     

Dan bila menilai dari Ilmu Ruang-nya sekarang ini, meski formasi teleportasinya tidak terlalu akurat, namun dia masih bisa mengandalkannya.     

Tidak lama kemudian, Zhang Ruochen mulai mengatur koordinat formasi teleportasinya. Tanpa berlama-lama, dia kembali memasukinya.     

Seribu mil jauhnya dari Sekte Dewa Darah, di sana ada sebuah lubang besar yang tercipta akibat pertempuran sebelumnya.     

Tapi sekarang, lubangnya sudah hilang dan berubah menjadi tanah yang lapang.     

Yang jelas, murid-murid Sekte Dewa Darah yang memperbaiki tempat tersebut.     

Lagipula, di atas lubang raksasa itu, di sana terdapat gerbang sekte. Lubang itu benar-benar menghancurkan harga diri sekte, sebagai salah satu di antara tujuh sekte terkuat di Daratan Kunlun.     

Setelah pertempuran tersebut, terutama setelah diserang oleh Xue Lingxian, maka semua orang paham bahwa ada yang tidak lazim di dalam Sekte Dewa Darah. Maka dari itu, tidak ada seorangpun yang berani bertindak gegabah di sana.     

Akan tetapi, masih banyak kultivator yang memata-matai Sekte Dewa Darah. Namun, mereka tidak berani bertindak gegabah.     

Secara natural, Zhang Ruochen bisa merasakan kehadiran mereka semua. Namun, karena Sekte Dewa Darah telah dilindungi oleh formasi kuno, maka dia tidak terlalu memikirkannya.     

"Kenapa Zhang Ruochen tiba-tiba berada di Wilayah Pusat? Apa dia akan kembali memicu keributan?"     

Begitu melihat kemunculan Zhang Ruochen, para mata-mata itu pun merasa terkejut.     

Namun, mereka tidak bisa melakukan apapun. Karena biasanya, kemanapun Zhang Ruochen muncul, maka dia akan selalu memicu keributan. Pada saat itu, darah akan tumpah dan mengalir seperti sungai. Beberapa kultivator tangguh akan dikabarkan mati.     

Sekarang ini, kebanyakan orang akan menghindari Zhang Ruochen. Lagipula, dia adalah sosok terkuat di bawah Alam Supreme Saint.     

Zhang Ruochen tidak kembali ke Sekte Dewa Darah. Sebaliknya, dia langsung mengarah menuju Bottomless Abyss. Dia harus menjawab pertanyaan yang ada di benaknya secepat mungkin.     

Bottomless Abyss adalah tempat yang damai, seperti yang sudah-sudah. Mungkin karena Permaisuri Darah tinggal di sana, maka tidak ada binatang buas darah lagi di sekitarnya.     

Zhang Ruochen sangat familier dengan jalanan menuju Bottomless Abyss. Maka dari itu, dia langsung turun menuju ke lantai pertama.     

Begitu dia hendak masuk ke lantai kedua, tiba-tiba dua binatang buas raksasa muncul di depannya. Mereka adalah Bloodbeast King, yang sudah berada di Alam Saint King level sembilan.     

Sosok anggun sedang berdiri di salah satu kepala mereka. Zhang Ruochen sangat mengenalnya. Dia adalah Beguiler Demon, Qiu Yichi.     

Ketika itu, Qiu Yichi membungkuk kepada Zhang Ruochen dan tersenyum ramah, "Master mengetahui kedatangan Anda. Maka dari itu, Master mengutus saya untuk menyambut Anda. Silahkan, Yang Mulia."     

Zhang Ruochen tidak menanggapinya. Lantas, dia bergerak dan naik ke kepala binatang buas yang satunya.     

Karena wanita itu menguasai Ilmu Pikiran, maka dia paham bahwa suasana hati Zhang Ruochen sedang tidak baik. Oleh karena itu, dia tidak berani bertindak sembrono.     

Kedua binatang buasnya terbang dan masuk ke lantai kedua.     

Pada saat itu, Zhang Ruochen melihat bahwa jumlah binatang buasnya tidak terlalu berbeda dari sebelumnya, namun kualitas mereka telah berkembang jauh lebih baik. Bahkan ada lebih banyak binatang buas di level Saint King.     

Tidak lama kemudian, kedua binatang buasnya tiba di puncak gunung, yang berselimutkan darah dewa.     

Begitu Zhang Ruochen melompat dari kepala binatang buas, sosok wanita bergaun hijau kerajaan menyambutnya dengan senyuman ramah. Jika wanita itu bukan Permaisuri Darah, siapa lagi?     

"Chen'er, ternyata kau pulang. Biar Ibu melihatmu."     

Sorot matanya sangat lembut. Dia merentangkan tangannya dan ingin menyentuh tangan Zhang Ruochen.     

Namun, Zhang Ruochen langsung mundur satu langkah. Ketika itu, sorot matanya terlihat dingin, hingga membuatnya berkata. "Aku datang kemari untuk menanyakan sesuatu."     

"Apa itu, Chen'er?" intonasinya masih sangat lembut.     

Zhang Ruochen langsung menatap mata Permaisuri Darah. "Di mana Chi Kunlun?"     

Mendengar itu, Permaisuri Darah yakin bahwa Zhang Ruochen pasti telah mendengar kebenarannya.     

Semirip apapun bayangan Chi Kunlun, namun itu adalah Chi Kunlun palsu. Begitu mereka bertemu, maka Zhang Ruochen pasti bisa menemukan perbedaannya.     

Sambil menghembuskan nafasnya, Permaisuri Darah berkata, "Kelihatannya kau sudah tahu mengenai keberadaan Chi Kunlun. Dia berada di tangan Yan Wushen."     

Pada saat ini, sorot mata Zhang Ruochen terlihat semakin dingin, begitu pula dengan aura yang memancar dari tubuhnya. Seumur hidupnya, dia benar-benar membenci kebohongan.     

"Master tidak bermaksud untuk bohong kepada Anda. Sebaliknya, Master khawatir dengan keselamatan Anda. Lagipula, dulu Anda masih belum sekuat sekarang."     

"Di samping itu, Master sempat mengutus saya, Xuemo, dan Yan Liren untuk melawan Yan Wushen dan menjemput Chi Kunlun. Sayangnya, saat itu Yan Wushen masih sangat kuat dan mampu menggagalkan rencana kami."     

Karena suasananya mendadak tegang, Qiu Yichi pun mengambil inisiatif untuk menjelaskan situasinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.