Gen Super

Ubur-ubur Laut Dalam



Ubur-ubur Laut Dalam

1"Kau menang." Wajah Dewa Hitam merah padam saat dia berbicara.     

Dewa Hitam tidak mempunyai pilihan lain, selain menyerah. Tetapi sekarang dia merasa ketakutan; dia telah memaksakan kekuatannya dan telah mencapai ambang batas. Jika dia terus bertarung, dia tahu bahwa tidak lama lagi dia akan terbunuh.     

Han Sen merasa kecewa dalam hati. Dia belum mengeluarkan keahlian memblokirnya. Cukup mudah mengalahkan Pisau Tornado, tetapi jika dia ingin membantai Dewa Hitam, dia harus bergantung padanya. Tidak mungkin membunuhnya dalam satu tebasan, maka Dewa Hitam mendapatkan kesempatan untuk menyerah.     

Dia mengamati Dewa Hitam memanggil anak-anak buahnya dan pergi, wajahnya dipenuhi dengan rasa jengkel. Li Xinglun kemudian mengembalikan Putri Salju dan Banteng Neraka kepada Han Sen.     

"Kakak Han, keahlianmu sangat mengesankan. Aku tidak dapat mempercayai bahwa keahlianmu dapat menangkal setiap aksi yang akan dilakukan oleh Dewa Hitam," Li Xinglun memujinya.     

"Keahlianku biasa saja, mungkin Dewa Hitam terlalu lemah!" Han Sen tertawa.     

Dewa Hitam masih dapat mendengar percakapan mereka dan wajahnya menjadi merah padam ketika mendengar perkataan mereka. Tetapi dia tidak mengggubrisnya dan terus berjalan.     

Setelah pertarungan itu, semua orang di medan es mengenal nama "Han Sen." Pertarungannya melawan Dewa Hitam segera menjadi terkenal, tersebar luas dan menjadi topik diskusi yang hangat.     

Han Sen tidak sempat mendengar perkataan orang lain, setibanya dia di Istana Kristal. Dia mengendarai Istana Kristal menuju Tempat Penampungan Dewi, agar dia dapat memeriksa situasi di sana. Pada saat yang sama, dia mengumpulkan banyak daging dari makhluk-makhluk laut dalam untuk dijual.     

Di sepanjang perjalanan, Han Sen berusaha agar Putri Salju dapat menguasai tubuhnya. Tetapi dia hanya merasakan dingin dan wajahnya memucat. Rambutnya berubah menjadi putih dan struktur tubuhnya menjadi jauh lebih feminin, jika dibandingkan dengan penampilan biasanya yang maskulin.     

Han Sen menguji kecepatannya, dan merasa telah banyak meningkat. Walaupun jiwa binatang hanya meningkatkan kecepatannya, namun jumlah peningkatannya sangat signifikan.     

Rasa dingin dalam tubuhnya memungkinkan Han Sen untuk menjalankan keahlian Kulit Es dengan jauh lebih mudah. Jika orang biasa yang menggunakan Putri Salju, seluruh tubuhnya mereka mungkin akan membeku.     

Sekarang dengan bantuan jiwa binatang Putri Salju, Han Sen merasa sangat puas dengan hasil yang didapatkan. Dia menyuapi kristal hitam pada Putri Salju dan mengembangkannya menjadi varian amuk.     

Setelah kembali ke Tempat Penampungan Dewi, Han Sen memberikan daging-daging yang dia kumpulkan pada Yang Manli. Dia berencana untuk melanjutkan perjalanan ke Persekutuan sekarang, tetapi Yang Manli memberitahunya bahwa Nol akhir-akhir ini tidak bernafsu makan, dan dia telah tidak makan selama beberapa hari.     

"Mengapa kau tidak makan? Apakah kau tidak menyukai makanannya?" Ketika Han Sen melihat Nol, dia sedang duduk dekat sebuah jendela di menara. Dia mengamati salju di luar, tampak sedang menikmati lamunannya.     

Nol menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak lapar."     

"Kau bukan Tuhan, bagaimana mungkin tidak lapar? Ayo, beritahu aku apa yang ingin kau makan dan aku akan membuatnya untukmu." Han Sen membelai kepalanya saat dia berbicara.     

"Dapatkah kau membawaku bersama jika kau pergi lain kali?" Nol menatap Han Sen saat dia berbicara, melebarkan matanya.     

"Hm.. tentu…"     

Han Sen merasa ragu-ragu sesaat. Identitas Nol agak misterius, dan dia tidak ingin Nol terlalu banyak mengetahui siapa dirinya. Tetapi memikirkan dia yang tidak punya keluarga, dia mungkin satu-satunya orang yang memiliki hubungan dengannya. Dia merasa kasihan padanya, maka dia tidak ingin menolaknya.     

Wajah Nol akhirnya tersenyum. Walaupun hanya menaikkan sedikit bibirnya, dia sudah dapat meluluhkan hati setiap orang yang melihatnya.     

"Ayo, kita makan dulu. Beritahu aku apa yang kau suka, dan aku akan membuatkan untukmu. Aku tidak berbohong ketika memberitahumu bahwa keahlian memasakku tidak berada di bawah koki restoran kelas tiga." Han Sen membujuknya untuk memakan sesuatu.     

Han Sen sedang berbohong: sebenarnya, kemampuan memasaknya sangat buruk. Kemampuannya hanya sebatas merebus dan memanggang daging. Jika makanan yang dia makan tidak dapat dimasak dengan kedua cara ini, maka dia akan memakannya mentah-mentah.     

Untuk Nol, dia memanggang udang cangkang merah yang paling segar yang dia miliki. Dia memandang Han Sen mempersiapkan makanannya sambil menopang kepala dengan kedua tangan mungilnya dan duduk di dekat meja. Han Sen mencincang udang dan setelah selesai memanggang, dia langsung menyuapi Nol. Nol membuka mulutnya dan memakan satu sendok penuh udang. Matanya menutup saat menikmati masakan Han Sen, dan wajahnya pun menyinarkan kebahagiaan.     

Han Sen mengamatinya, dan tiba-tiba merasa bersalah. Pakaian yang dikenakan Nol adalah pakaian yang dibeli sejak lama. Dia mengingat bahwa itu adalah pakaian yang sama yang dia belikan untuknya pada saat mereka pertama kali bertemu. Tampaknya dia tidak terlalu mempedulikan kehidupannya lagi. Dia merasa kuatir hanya Nol mungkin hanya punya dua stel pakaian, dan warnanya juga sudah memudar, karena sudah dicuci berkali-kali.     

Setelah makan, Han Sen memutuskan untuk membelikan beberapa pakaian baru untul Nol dari toko yang sangat ramai di Tempat Penampungan Dewi. Dia kemudian memberinya waktu untuk pulang dan bertukar pakaian baru. Ketika dia keluar dengan pakaian barunya, Nol terlihat jauh lebih cantik dan muda daripada sebelumnya.     

"Begini seharusnya penampilan seorang gadis muda," kata Han Sen pada dirinya sendiri.     

Han Sen tidak terlalu memperhatikan Nol seperti dahulu karena dia sungguh-sungguh berpikir bahwa Nol tidak punya orang lain yang sangat digantungkan. Tetapi itu bukan satu-satunya alasan, Dia tahu betapa kuat badannya sekarang, sehingga memberinya lebih sedikit alasan untuk menghindarinya.     

Dia membawa Nol ke Istana Kristal, dan mereka menari makhluk mutan laut dalam yang kesepian bersama-sama. Mereka juga berusaha untuk menguasai keahlian Pedang Ganda. Han Sen menikmati perjalanan yang bebas di lautan, dia tidak berani mendekati tempat penampungan yang berada di dasar lautan. Makhluk-makhluk dalam air biasanya bepergian dalam kelompok, dan jumlah mereka sangat banyak, Jika dia ingin berburu makhluk tingkat tinggi, dia harus mencari makhluk yang tinggal sendirian.     

Nol duduk dengan tenang di salah satu sudut, kedua tangan menopang rahangnya ketika dia mengamati Han Sen berlatih keahlian Pedang Ganda. Dia tidak berminat untuk berbicara dengan Putri Salju.     

Kapal itu telah berlayar selama beberapa hari ketika Han Sen melihat seekor ubur-ubur yang menyala seperti lampion raksasa, berlayar dalam air dengan tenaga yang besar; terlihat sangat cantik.     

"Tampaknya ada banyak ubur-ubur dalam lautan, tetapi sebagian besar berada dalam kelompok. Sangat langka menemukan yang sedang sendirian. Mari kita coba memburunya." Han Sen memikirkan apa yang harus dilakukan dan kemudian memanggil Baju Baja Emas dan piktograf. Dia meninggalkan Istana Kristal dan berenang menuju ke ubur-ubur.     

Walaupun tidak ada makhluk lain di dekatnya, Han Sen mengenakan baju baja dan piktograf untuk berjaga-jaga. Bahkan jika ubur-ubur adalah jenis berdarah sakral, Han Sen telah melindungi dirinya. Tidak sulit baginya untuk melarikan diri dan kembali ke Istana Kristal jika diperlukan.     

Berbeda ketika berada dalam air. Arus air yang ditimbulkan Han Sen saat berenang, menyebabkan kehadirannya dapat diketahui oleh makhluk lain dengan cukup cepat.     

Tetapi ubur-ubur yang tampak seperti lampion raksasa sekarang tampak bergerak cukup lambat, tidak berpindah tempat, kemudian dia naik dan turun di dalam air. Tampaknya dia tidak menyadari kehadiran Han Sen di dekatnya.     

"Ubur-ubur ini tampak sangat bodoh, tidak mungkin dia adalah makhluk kelas tinggi." Han Sen mendekati ubur-ubur itu tetapi tidak memanggil Cakar Bertapak Hantu, Dia hanya mendekatinya dan memukul tubuh ubur-ubur yang berbentuk setengah lingkaran.     

Cakar Bertapak Hantu beracun. Walaupun Han Sen tidak takut dengan racun, rasa makhluk yang teracuni akan berbeda. Oleh karena itu dia memilih untuk menggunakan kekuatan Yin untuk memukul mati ubur-ubur itu. Rasanya akan lebih enak ketika dipanggang nanti.     

Han Sen meninju ubur-ubur tembus pandang yang terhuyung-huyung dan tinju serta lengannya langsung menembus tubuh ubur-ubur.     

Kemudian, tiba-tiba, wajah Han Sen berubah. Dia merasa kepalan tangannya meninju tumpukan lumpur. Dia kehilangan semua kekuatan, dan kekuatan Yin tidak bekerja lagi.     

Dia ingin menarik kembali tangannya, yang masih terbenam dalam tubuh ubur-ubur, tetapi dia menyadari bahwa makhluk itu menahannya dari dalam dan tidak mau melepaskannya. Tidak peduli dia menarik dari arah mana, ubur-ubur itu mengikuti dan tetap menahannya.     

Tentakel ubur-ubur kemudian melingkari Han Sen dan mengikatnya. Dia merasakan sengatan listrik dari ubur-ubur, membuat tubuhnya terasa kejang dan kram. Tidak dapat mengendalikan tubuhnya, mulut Han Sen terbuka dan menelan air laut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.