Gen Super

Menindas Annie



Menindas Annie

2"Apa maumu?" Annie pikir Han Sen ingin dirinya menekan kekuatannya untuk menghadapi Han Sen.     

Annie tidak memperdulikan hal itu. Bahkan jika dia harus menurunkan kekuatannya, dia yakin dia bisa benar-benar mengalahkan Han Sen.     

"Ayo pergi ke ruang latihan," kata Han Sen dan berjalan ke arah ruang latihan.     

"Sekarang bukanlah saatnya," Annie tidak bergeming, dan berkata dengan dingin.     

"Apa? Kau takut?" Han Sen menatapnya dengan sinis.     

Annie mengabaikannya dan berkata, "Sekarang aku masih harus kerja. Aku akan menemuimu di ruang latihan dalam tiga jam."     

"Oke, aku akan menunggumu." Han Sen sangat menghargai sifatnya ini.Dia memang prajurit yang baik, setia pada tugasnya.     

Han Sen kembali ke ruangannya dan menangkap kumbang tanduk yang berkeliaran ke mana-mana. Tanpa makan atau minum, dia tidak kelaparan.     

Han Sen mencoba memberinya makan banyak hal, tetapi dia tidak tertarik pada makanan. Han Sen penasaran bagaimana dia tetap hidup.     

Di waktu yang telah disepakati, saat Han Sen sampai di ruang latihan, di melihat Annie telah mengganti seragamnya dengan baju tempur putih.     

"Mari kita mulai," katanya dengan dingin saat melihat Han Sen tiba.     

"Apa maumu?" Han Sen berdiri di luar dan tidak masuk ke dalam.     

"Bukankah kau ingin aku mengurangi kekuatanku untuk menghadapimu? Apa kau takut sekarang?" kata Annie dengan jijik.     

"Nona, kapan aku bilang begitu? Aku bukan orang idiot. Bahkan jika kau menekan kekuatanmu sendiri. Daya pandang dan refleks bukanlah hal yang bisa dikurangi. Aku tidak bodoh, jadi mengapa aku meminta hal itu?" Han Sen menyunggingkan bibirnya.     

"Lalu apa yang kau inginkan?" Annie mengerutkan dahi.     

"Kita berdua telah mempelajari tinju militer, kan?" kata Han Sen.     

"Kenapa memangnya?" tanya Annie.     

"Kalau kau telah mempelajarinya, mudah sekali. Mari lakukan dengan cara yang bersahabat. Aku akan menyebutkan satu gerakan dan kemudian kau bisa menyebutkan satu gerakan. Kita berdua hanya akan menggunakan teknik militer saja. Apakah itu adil?" kata Han Sen.     

"Cara bertarung berfokus pada refleks dan kelenturan. Jika kita berbicara soal gerakan, bagaimana kita memutuskan siapa pemenangnya? Menggerakkan bibir tidaklah seru," kata Annie cemberut.     

"Bilang saja kalau kau tidak berani melakukannya. Kalau kau tidak berani, kau bisa pergi sekarang dan menyingkir dari hadapanku lain kali," kata Han Sen dengan menghina.     

"Oke, Aku akan melihat seperti apa trik yang kau miliki." Annie tidak yakin Han Sen akan menang menggunakan tinju militer yang sama.     

"Wanita terlebih dahulu. Silahkan maju." Han Sen merasa santai karena dia sangat percaya diri.     

Berbicara soal gerakan, dia pasti akan menang. Semua elemen lainnya dikesampingkan dan hanya gerakan yang dipentingkan. Ini seperti bermain go. Meskipun semua bidak adalah sama, metode untuk memperhitungkan berbeda-beda.     

Supaya menang, strategi adalah kuncinya, yang merupakan kelebihan Han Sen. Kekuatan, kecepatan, dan refleks kurang begitu penting.     

Meskipun Annie adalah surpasser, pertarungan bersahabat seperti ini menyapu bersih seluruh keunggulannya. Di sisi lain, Han Sen yang pandai dalam memperhitungkan memiliki keunggulan.     

"Pukulan kepala!" Annie berpikir dan mengatakan satu gerakan menyerang.     

"Pukulan menyamping, ke kiri rusukmu," jawab Han Sen dengan cepat.     

"Siku ke belakang, berputar ke kiri untuk menyerang lehermu." Annie merasa sedikit tidak nyaman. Dia belum pernah mencoba melakukan gerakan dalam hati dan harus berpikir untuk beberapa saat sebelum mengatakan sesuatu.     

Dua orang itu bertukar tiga puluh gerakan dan kemudian Annie merasa ada sesuatu yang salah. Dia mendapati dirinya terjebak dalam situasi berbahaya.     

Meskipun gerakannya semua sama, Annie merasa kesulitan untuk menyerang. Saat bertukar empat belas gerakan, dia tidak bisa lagi memikirkan cara untuk menghindari serangan Han Sen.     

"Kau kalah," kata Han Sen dengan puas.     

"Ini hanyalah kata-kata. Jika ini pertarungan sungguhan, kau tidak akan pernah bisa melakukannya," kata Annie, tidak rela menerima kekalahannya.     

"Tidak masalah. Kita bisa melakukan apa yang kita katakan. Akan tetapi, kali ini, tidak ada satu pun dari kita yang menggunakan tenaga. Kita hanya akan memperagakan apa yang kita katakan," Han Sen menghampiri Annie dan berkata.     

"Oke," Annie tidak mempercayainya.     

Akan tetapi, saat dua orang itu bertarung seperti yang Han Sen telah jelaskan, Annie tidak bisa menghindar saat sampai di gerakan tiga puluh sembilan. Jika Han Sen menggunakan kecepatan dan kekuatannya, dia pasti akan kalah.     

"Bagaimana? Apa kau percaya?" Han Sen melirik Annie dan berkata.     

"Ini pertama kalinya aku melakukan ini. Aku tidak seperti kau yang cuma bisa bicara." Annie tidak terpengaruh. Dia tidak percaya kalau dia lebih lemah dari Han Sen.     

"Tidak apa-apa. Kita bisa melakukannya lagi. Aku akan mengalahkanmu sampai kau yakin," Han Sen menyunggingkan bibirnya dan berkata.     

"Oke, tapi kita akan mengatakan dan memperagakannya sekaligus kali ini," Annie pikir dia kalah dari Han Sen karena dia tidak pandai berimajinasi.     

"Oke," Han Sen tersenyum dan berkata. Memperagakan bukanlah hal yang utama. Selama tidak menggunakan kekuatan, maka Annie tidak akan lebih lemah darinya.     

Lagi pula, semua orang punya kelebihan, dan kelebihan Han Sen adalah memperhitungkan. Annie tampaknya tipe yang pandai dalam gerakan brutal.     

Pertarungan dimulai kembali. Namun, hasilnya tidak berbeda dari sebelumnya. Kali ini, dia bahkan kalah lebih cepat. Dia tidak lagi bisa melanjutkan setelah tiga puluh lima gerakan.     

"Apa kau yakin?" tanya Han Sen lagi.     

"Tidak..." Annie menggigit bibirnya, tidak mampu menerima kenyataan bahwa dia lebih lemah dari Han Sen. Tidak mungkin dia kini adalah tandingan pria yang hidup dari seorang wanita.     

"Kalau begitu ayo lakukan lagi," Han Sen menyeringai dan berkata. Annie mencari masalah sendiri, jadi dia tidak punya alasan untuk mengalah padanya.     

"Annie adalah orang yang keras kepala. Mereka bertarung sebanyak lebih dari tiga puluh kali dan dia tidak menang sekali pun. Kalah, kalah, dan kalah, dia bahkan tidak sampai ke gerakan empat puluh sekali pun.     

Meskipun dia tidak menggunakan kekuatan dan energinya tidak terpakai, dia menjadi pucat dan keningnya berkeringat. Dia tidak mengerti mengapa dia kalah lagi dan lagi dari Han Sen menggunakan gerakan yang sama dengan urutan yang berbeda, apa lagi dengan cara yang menyedihkan. Awalnya, dia pikir selama dia mengenali cara bertarung ini, dia bisa membalikkan situasi. Semua kekalahan sebelumnya hanya karena dia belum terbiasa. Akan tetapi, kenyataan begitu kejam. Entah dia memahami dengan baik cara bertarung ini atau tidak, dia tetap saja kalah.     

Annie mendapati bahwa dia begitu lemah di hadapan Han Sen hanya berdasarkan gerakan bela diri. Pria yang dia benci tampaknya sangat pandai dalam hal ini. Kini Annie paham dia bukanlah lawan Han Sen dalam hal ini.     

"Apa kita perlu melanjutkannya?" Han Sen tersenyum pada Annie.     

"Tidak heran kalau kau mau karena kau telah mempelajari hal sederhana ini. Akan tetapi, jika ini adalah pertarungan yang sebenarnya, tidak mungkin kau bisa mengalahkanku." Annie tahu dia telah kalah, tetapi dia tidak mengakuinya.     

"Kalau begitu mari bertarung sungguhan," kata Han Sen tiba-tiba.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.